Kata sholawat merupakan kata yang
berasal dari akar kata shad, lam dan ta’. Kata tersebut
mengalami perubahan dalam bentuknya, sebagaimana dijelaskan dalam buku karunia
bersholawat Syekh Yusuf ibn Ismail al-Nabhani, bahwa Kata shollu
berasal dari akar kata shalah ( الصلاة ) (bentuk tunggal dari shalawat
( الصلوات ) ), yang berarti
menyebut yang baik, ucapan yang mengandung kebajikan, do’a dan curahan rahmat.
Sehingga kata Shalawat dapat diartikan
sebagai kalimat doa dan salam khusus atas Rasulullah Saw yang disampaikan oleh
kaum Muslim tatkala menyebutkan nama Nabi Muhammad Saw dengan cara yang beragam
seperti;
اللهم صلّ علی محمد و آل محمد
“Shalawat Allah Swt kepada Rasulullah
Saw bermakna rahmat”
Dasar Hukum Sholawat
Dasar hukum membaca sholawat adalah al-Qur’an dan al-hadits.
1. Dalil Alqur’an
Perintah membaca sholawat terdapat
dalam Alqur’an surat al-Ahzab ayat 56
إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا
الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا
Artinya
“Sesungguhnya Allah dan
malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman,
bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya.”
(Q.S Al-Ahzab (33) ayat 56)
2. Dalil Hadits
Ada banyak sekali hadits-hadits yang menjelaskan
tentang keutamaan sholawat, diantaranya:
a) Orang yang membaca sholawat satu kali, maka Allah akan menurunkan rahmat
kepadanya sepuluh kali
Dari Abdillah bin ‘Amr bin Ash r.a, bahwa dia mendengar Rasulullah SAW
bersabda:
مَنْ صَلَّى عَلَيَّ صَلاَةً صَلَّى
اللهُ عَلَيْهِ بِهَا عَشْراً
Artinya:
”Siapa saja yang membaca shalawat kepadaku, maka
Allah akan memberikan kepadanya 10 shalawat.” (H.R.
Muslim)
b)
Orang yang bersholawat,
akan dicatat untuknya sepuluh kebaikan dan akan dihapus sepuluh keburukannya
Dari Anas bin Malik
Radhiyallaahu ‘anhu, bahwa Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wasallam
bersabda:
مَنْ صَلَّى عَلَيَّ
صَلَاةً وَاحِدَةً صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ عَشْرَ صَلَوَاتٍ وَحُطَّتْ عَنْهُ
عَشْرُ خَطَيَاتٍ وَرُفِعَتْ لَهُ عَشْرُ دَرَجَاتٍ
“Barangsiapa yang bersholawat kepadaku satu kali, maka Allah
bersholawat kepadanya 10 kali shalawat, dihapuskan darinya 10 kesalahan, dan
ditinggikan baginya 10 derajat.”
(HR. an-Nasa’i, III/50)
c)
Orang yang bersholawat
kepada Nabi sepuluh kali di pagi hari dan sepuluh kali di sore hari, maka ia
berhak mendapatkan syafa’at Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam
pada hari kiamat.
Hal ini
berdasarkan hadits shohih berikut ini:
Dari Abu Ad-Darda Radhiyallaahu ‘anhu, bahwa Rasulullah Shallallaahu
‘alaihi wasallam bersabda:
مَنْ صَلَّى عَلَيَّ حِينَ
يُصْبِحُ عَشْرًا وَحِينَ يُمْسِي عَشْرًا أَدْرَكَتْهُ شَفَاعَتِي يَوْمَ
الْقِيَامَةِ
“Barangsiapa yang bersholawat kepadaku di pagi hari 10 kali dan di
sore hari 10 kali, maka dia akan mendapatkan syafaatku pada hari kiamat.” (HR.
ath-Thabrani).
d) Bersholawat
kepada Nabi Muhammad merupakan salah satu sebab terkabulnya doa.
Hal ini
berdasarkan hadits shohih berikut ini:
Dari Anas bin Malik Radhiyallaahu ‘anhu, bahwa Rasulullah
Shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda:
كُلُّ دُعَاءٍ مَحْجُوبٌ
حَتَّى يُصَلِّي عَلَى النَّبِيِّ
“Setiap doa tertutup (terhalang dari pengabulannya, pent) hingga
ia bershalawat kepada Nabi Shallallaahu ‘alaihi wasallam.” (HR. ad-Dailami).
Dan juga Berdasarkan hadits Fadholah bin ‘Ubaid Radhiyallaahu
‘anhu, ia berkata, “Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wasallam mendengar seorang
laki-laki berdoa dalam shalatnya lalu tidak bershalawat kepada Nabi
Shallallaahu ‘alaihi wasallam. Maka beliau bersabda, “Orang ini tergesa-gesa.”
Kemudian beliau memanggil dan berkata kepadanya:
إِذَا صَلَّى أَحَدُكُمْ
فَلْيَبْدَأْ بِتَحْمِيدِ اللهِ وَالثَّناءِ عَلَيْهِ ثُمَّ لْيَصَلِّ عَلَى
النَّبِيِّ ثُمَّ لْيَدْعُ بِمَا شَاءَ
“Apabila salah seorang dari kalian berdoa, maka hendaklah dia
memulainya dengan memuji Allah dan mengagungkan-Nya, kemudian bershalawatlah
kepada Nabi, lalu berdoa lah dengan apa yang dia kehendaki.” (HR. at-Tirmidzi,
Abu Dawud, an-Nasa’i).
Hakikat Sholawat
Dalam kitab ‘Ajaib al-Qur’an karya Fakhruddin Muhammad ibn
‘umar ibn al-husayn al-razi menyebutkan bahwa
Dalil Al-Qur’an
Surat Al-Ahzab ayat 56
إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ
عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا
تَسْلِيمًا
Artinya : Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk
Nabi. Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan
ucapkanlah salam penghormatan kepadanya. (Q.S Al-Ahzab (33) ayat 56)
Disebutkan bahwa menjelang ayat tersebut turun, Nabi Muhammad SAW,
bersabda, “Ucapkan salam kepadaku!”. Maka para sahabat mengucap, “salam untukmu
wahai Rasulullah. Lalu apa bagian untuk kami?”.
Segera saja turun ayat Allah surat Al-Ahzab ayat 43
uqèd Ï%©!$# Ìj?|Áã öNä3øn=tæ ¼çmçGs3Í´¯»n=tBur /ä3y_Ì÷ãÏ9 z`ÏiB ÏM»yJè=à9$# n<Î) ÍqY9$# 4 tb%2ur tûüÏZÏB÷sßJø9$$Î/ $VJÏmu ÇÍÌÈ
Artinya:
“Dialah yang memberi rahmat kepadamu dan malaikat-Nya (memohonkan
ampunan untukmu), supaya Dia mengeluarkan kamu dari kegelapan kepada cahaya
(yang terang). dan adalah Dia Maha Penyayang kepada orang-orang yang beriman.”
Ayat diatas menunjukkan bahwa Allah memberikan sholawat kepada
Rasulullah SAW di dunia. Lalu Dia juga tidak lupa memberikan sholawat kepada
mereka yang berdosa.
Salawat dari Allah terdiri dari tiga bentuk, yaitu umum, khusus
dan yang lebih khusus lagi.
1. Yang umum
Sebagaimana firman Allah surat Al-Ahzab ayat 43
uqèd Ï%©!$# Ìj?|Áã öNä3øn=tæ
“Dialah yang memberi sholawat
kalian...”
2. Yang khusus
Sebagaimana firman Allah dalam
surat Al-baqarah ayat 157
y7Í´¯»s9'ré& öNÍkön=tæ ÔNºuqn=|¹ `ÏiB öNÎgÎn/§ ×pyJômuur ( Í´¯»s9'ré&ur ãNèd tbrßtGôgßJø9$#
“mereka
Itulah yang mendapat keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka dan
mereka Itulah orang-orang yang mendapat petunjuk.
3. Yang lebih khusus
Sebagaimana firman Allah surat Al-Ahzab ayat 56
إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ
عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا
تَسْلِيمًا
Sesungguhnya Allah dan
malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman,
bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya
Allah telah menempatkan keluarga Nabi Muhammad SAW yang sama dengan beliau
dalam lima hal, yaitu;
1. Dalam cinta
Sebagaimana Firman Allah dalam surat Ali
imran ayat 31
“Katakanlah: "Jika kamu (benar-benar)
mencintai Allah, ikutilah Aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni
dosa-dosamu." Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”
2. Dalam haramnya menerima sedekah
Sebagaimana Firman Allah dalam surat
Al-Syuura ayat 23
Itulah (karunia) yang (dengan itu) Allah menggembirakan hamba- hamba-Nya yang beriman dan mengerjakan amal yang saleh. Katakanlah: "Aku tidak meminta kepadamu sesuatu upahpun atas seruanku kecuali kasih sayang dalam kekeluargaan". dan siapa yang mengerjakan kebaikan akan Kami tambahkan baginya kebaikan pada kebaikannya itu. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Mensyukuri.
3. Dalam kesucian
Sebagaimana Firman Allah dalam surat Thaha:2-3
مَا أَنْزَلْنَا عَلَيْكَ الْقُرْآنَ لِتَشْقَى (٢) إِلا تَذْكِرَةً لِمَنْ يَخْشَى (٣)
2. Kami tidak menurunkan Al Quran
ini kepadamu agar kamu menjadi susah;
3. tetapi sebagai peringatan bagi
orang yang takut (kepada Allah),
Kemudian Allah berfirman dalam
surat al-Ahzab ayat 33
هُوَ ٱلَّذِى يُصَلِّى عَلَيْكُمْ وَمَلَٰٓئِكَتُهُۥ لِيُخْرِجَكُم مِّنَ ٱلظُّلُمَٰتِ إِلَى ٱلنُّورِ ۚ وَكَانَ بِٱلْمُؤْمِنِينَ رَحِيمًا
“dan hendaklah kamu tetap di
rumahmu dan janganlah kamu berhias dan bertingkah laku seperti orang-orang
Jahiliyah yang dahulu dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan taatilah
Allah dan Rasul-Nya. Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa
dari kamu, Hai ahlul bait dan membersihkan kamu sebersih-bersihnya.”
4. Dalam salam
Allah berfirman
“salam sejahtera atasmu, wahai
Nabi.”
Lalu tentang keluarga beliau,
Allah berfirman dalam surat al-shaffat ayat 130
سَلَٰمٌ عَلَىٰٓ إِلْ يَاسِينَ
"Salamun 'ala ilyaasiin"
“salam sejahtera atas Nabi Ilyas”
ada yang mengatakan
"salamun 'ala aali yaasiin"
5. Dalam sholawat atas nabi dan keluarga beliau
Sebagaimana terdapat dalam do’a
tasyahud ahir
Ibnu Abbas ra berkata, “Yushallun
(bersholawat) artinya Yubarikun (memberi keberkahan).” Dan Barakah
atau keberkahan berarti bertambah dan berkembang.
Sebagian mufassir tidak berbeda pendapat dalam
memahami ayat ini. Sholawat ada tiga tingkatan yaitu;
1.
Sholawat
Allah kepada Rasul berupa limpahan rahmat,
keberkahan dan anugrah (menurut imam al-hafidz al-Sakhawi berkata ayat tersebut
memakai sighat mudhari’ (bentuk kini dan akan datang) yang menunjukkan
sesuatu yang berkesinambungan dan terus-menerus. Jadi Allah SWT dan seluruh
malaikat-Nya selalu dan selamanya bersholawat kepada Nabi Muhammad SAW).
2.
Sholawat
malaikat berupa permohonan agar derajat Nabi Muhammad
SAW ditinggikan dan kepadanya dicurahkan maghfirah (ampunan).
3.
Sholawat
orang mukmin (manusia) adalah permohonan agar
Allah memberi rahmat dan kesejahteraan kepada nabi Muhammad dan keluarganya.
Dan Allah berfirman dalam surat Al-Baqarah ayat 157
أُو۟لَٰٓئِكَ عَلَيْهِمْ صَلَوَٰتٌ مِّن رَّبِّهِمْ وَرَحْمَةٌ ۖ وَأُو۟لَٰٓئِكَ هُمُ ٱلْمُهْتَدُونَ
“mereka Itulah yang mendapat shalawat yang
sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka dan mereka Itulah orang-orang yang
mendapat petunjuk.”
Dalam ayat tersebut, kata sholawat dan rahmat disebutkan secara
terpisah. Menurut Hakim al-Tirmidzi dalam kitabnya ‘ilm al-awliya’,
hal 113-115, sholawat memiliki makna lebih yang tidak dimiliki rahmat. Rahmat
bisa berupa karunia Tuhan untuk seorang hamba, kemudian karunia itu dicabut
darinya karena ia berbuat dosa. Lain halnya dengan sholawat, apabila Allah
memberikan sholawat-Nya kepada seorang hamba, ia berhak atasnya dalam setiap
gerak dan keadaanya sejak ia mendapatkannya sampai tiba ia tiba di pintu surga.
Apa fungsi sholawat kita kepada Nabi, sedangkan Allah dan para
malaikatNya sudah menyampaikannya? Bukankah beliau adalah manusia paripurna,
sudah dijamin keselamatannya, sudah diampuni dosa-dosanya terdahulu maupun yang
akan datang? Tidakkah sholawat kita hanya sepercik sinar lilin dihadapan
matahari.
Imam Fakhruddin Muhammad ibn ‘umar ibn al-husayn al-razi di dalam kitab tafsir Mafâtîhul Ghaib
menjelaskan:
الصَّلَاةُ عَلَيْهِ لَيْسَ لِحَاجَتِهِ
إِلَيْهَا وَإِلَّا فَلَا حَاجَةَ إِلَى صَلَاةِ الْمَلَائِكَةِ مَعَ صَلَاةِ
اللَّهِ عَلَيْهِ، وَإِنَّمَا هُوَ لِإِظْهَارِ تَعْظِيمِهِ، كَمَا أَنَّ اللَّهَ
تَعَالَى أَوْجَبَ عَلَيْنَا ذِكْرَ نَفْسِهِ وَلَا حَاجَةَ لَهُ إِلَيْهِ،
وَإِنَّمَا هُوَ لِإِظْهَارِ تَعْظِيمِهِ مِنَّا شَفَقَةً عَلَيْنَا لِيُثِيبَنَا
عَلَيْهِ
Artinya:
“Bershalawat kepada Nabi bukanlah karena
kebutuhan beliau kepadanya. Bila Nabi membutuhkan shalawat maka tak ada
kebutuhan terhadap shalawatnya malaikat yang bersamaan dengan shalawatnya Allah
kepada beliau. Shalawat itu hanya untuk menampakkan pengagungan terhadap
beliau, sebagaimana Allah memerintahkan kita untuk mengingat Dzat-Nya sementara
Allah tak memeiliki kebutuhan untuk diingat. Hal itu semata-mata karena untuk
menampakkan sikap pengagungan terhadap beliau dari kita dan untuk Allah
memberikan ganjaran bagi kita atas pengagungan tersebut.”
(Fakhrudin Ar-Razi, Mafâtîhul Ghaib, 2000
[Beirut: Darul Fikr, 1981], Jil. XXV, hal. 229)
Sebagimana Allah memuliakan nabi Adam AS dengan sujud para malaikat.
Firman Allah dalam surat Al-baqarah ayat 34
“Sujudlah kamu kepada Adam...”
Memuliakan Nabi Nuh dengan mengabulkan doanya, firman Allah dalam
surat Nuh ayat 26
“Janganlah engkau biarkan seorang pun dantara orang-orang
kafir itu tinggal diatas bumi”
Memuliakan nabi Musa dengan mengajaknya bercakap-cakap, firman
Allah dalam surat al-nisa’ ayat 164
وَرُسُلًا قَدْ قَصَصْنَٰهُمْ عَلَيْكَ مِن قَبْلُ وَرُسُلًا لَّمْ نَقْصُصْهُمْ عَلَيْكَ ۚ وَكَلَّمَ ٱللَّهُ مُوسَىٰ تَكْلِيمًا
“Dan Allah telah berbicara kepada musa secara langsung”
Memuliakan Nabi Ibrahim dengan diangkat sebagai kekasihNya, firman
Allah dalam surat al-Nisa’ ayat 125
وَمَنْ أَحْسَنُ دِينًا مِّمَّنْ أَسْلَمَ وَجْهَهُۥ لِلَّهِ وَهُوَ مُحْسِنٌ وَٱتَّبَعَ مِلَّةَ إِبْرَٰهِيمَ حَنِيفًا ۗ وَٱتَّخَذَ ٱللَّهُ إِبْرَٰهِيمَ خَلِيلًا
“Dan Allah mengangkat ibrahim sebagai kekasihNYA”
Allah memuliakan Nabi Muhammad SAW dengan sholawat.
Al-Hafidz Al-Sakhawi menjelaskan,
dengan ayat diatas Allah memberi tahu hamba-Nya mengenai kedudukan Nabi
Muhammad di sisi-Nya. Dia memuji beliau dihadapan para malaikat yang dekat
dengan-Nya. Lalu malaikat juga bersholawat untuk beliau, setelah itu, Dia
memerintahkan penduduk bumi untuk bersholawat dan memberikan salam kepada
beliau, sehingga sanjungan penduduk langit dan bumi untuk beliau terkumpul menjadi
satu.
Senada dengan al-Razi dan al-Sakhawi, Ibn
al-Qayim lalu menambahkan, “jika Allah dan para malaikat-Nya saja
bersholawat kepada nabi Muhammad, kalian juga harus bersholawat kepadanya,
sudah semestinya kalian memanjatkan sholawat dan salam kepada-Nya, karena
kalian mendapatkan berkah risalah yang diembannya dan telah diberi kabar
gembira oleh mahluk yang paling mulia di dunia dan ahirat ini. Dengan kata
lain, sholawat kita merupakan bentuk syukur atas segala jasa Nabi Muhammad SAW
yang telah menuntun kita ke jalan kebenaran serta menyebut-nyebut keistimewaan
dan jasa beliau untuk dijadikan panutan dalam kehidupan.”