OLEH H. SALIM BAHREISY
Segala puji bagi
Allah ,Tuhan yang mengisi (memenuhi) hati para walinya dengan kasih sayangnya
dan mengistimewakan jiwa mereka dengan memperhatikan kebesarannya dan
memeprsiapkan sir mereka untuk menerima bahan ma’rifatnya (mengenal
padaNYa),maka hati nurani mereka merasa bersukaria dalam kebun ma’rifatnya dan roh mereka bersuka-suka di alam malakutNYa sedang sir
mereka berenang dilautan jabarut ,maka keluar dari alam fikiran mereka barbagai permata ilmu ,dan dari lidah
mereka murtiara hikmat/pengertian .Maha
suci Allah yang memilih mereka untuk
mendekat padaNYa dan mengutamakan mereka dengan kasih sayangNya. Maka terbagi
antara salik dan majdzub dan mencintai dengan yang dicintai mereka
tenggelam dalam cinta Dzatnya dan timbul
kembali karena memperhatikan sifatnya.
Kemudian selawat
dan salam atas junjungan kita nabi
Muhammad sumber dari semua ilmu dan nur,bibit dari semua ma’rifat dan sir(rahasia) dan semoga Allah ridha pada keluarga dan sahabatnya yang tetap taat
mengikuti jejaknya.Aaamin.
Amma ba’du : Adapun dalam segala masa maka ilmu tasawwuf
yang dahulunya atau hakikatnya ilmu Tauhid untuk mengenal Allah,maka termasuk
semulya-mulya ilmu terbesar dan tertinggi sebab ia sebagai intisari daripada
syari’at bahkan menjadi sendi yang utama dalam agama Islam,sebab Allah telah
berfirman:
Wa maa khalaq tul jinna wal insa
illa liya’budun
(Tidakkah Aku
menjadikan Jin dan Manusia kecuali supaya mengenalku)
Karena pengertian
ilmu Tauhid ,telah berubah nama menjadi ilmu Kalam,ilmu Filsafat yang sama sekali ,seolah-olah tidak ada
hubungannya dengan akhlaq dan amal usaha,maka timbul nama ilmu Tauhid yang
dijernihkan kembali dari sumber yang semula diajarkan dan dilakukan oleh Nabi
saw dan sahabatnya.
Sebab dari ilmu
inilah akan dapat memancar nur hakikat, sehingga dapat menilai semua soal hidup
dan penghidupan ini dengan tuntunan Allah dan pelaksanaan Rasulullah saw.
Sedang kitab Al-Hikam
yang disusun oleh Abul Fadhel Ahmad bin Muhammad bin Abdul Karim bin Abdurrahman
bin Abdullah bin Ahmad bin Isa bin Alhusain bin Atha' Allah Aliskandary.
Satu satunya kitab yang sangat mantap ajaran tauhidnya sehingga tampak benar
bahwa ia berupa ilmu ladunni dan rahasia quddus.
Adapun Had (
definisi ) ilmu tassawuf (tauhid) : Al-junaid berkata;
a. Mengenal
Allah, sehingga antaramu dengan Allah tidak ada perantara (hubungan dengan
Allah tanpa perantara).
b. Melakukan
semua akhlak yang baik menurut sunnaturrasul dan meninggalkan semua akhlak yang
rendah.
c. Melepas hawa
nafsu menurut sekehendak Allah
d. Merasa tiada
memiliki apapun, juga tidak dimiliki oleh siapapun kecuali Allah.
Adapun acaranya :
Yaitu mengenal asmaa Allah dengan penuh keyakinan, sehingga menyadari
sifat-sifat dan af'aal Allah di alam semesta ini.
Adapun Gurunya :
Maka Nabi Muhammad saw., yang telah mengajarkan dari tuntunan wahyu dan
melaksanakannya lahir batin sehingga diikuti oleh para sahabat-sahabatnya ra.
Adapun
Manfa'atnya : Mendidik hati sehingga mengenal dzat Allah, sehinngga berbuah
kelapangan dada, dan bersih hati berbudi pekerti yang luhur menghadapi semua
makhluk.
Abul-Hasan Asysyadzili ra. berkata : Perjalanan kami
terdiri di atas lima :
1. Takwa pada
Allah lahir batin dalam pribadi sendiri atau di muka umum.
2. Mengikuti
sunnaturrasul dalam semua kata dan perbuatan.
3. Mengabaikan
semua makhluk dalam kesukaan atau kebencian mereka (yakni Tidak menghiraukan apakah mereka suka atau
benci).
4. Rela (ridha)
menurut hukum Allah ringan atau berat.
5. Kembali kepada
Allah dalam suka dan duka.
Maka untuk
melaksanakan taqwa harus berlaku wara'(menjauh dari semua.yang makruh, subhat
dan haram), dan tetap istiqamah dalam mentaati semua perintah, yaitu tetap
tabah tidak berubah.
Dan untuk
melaksanakan sunnaturrasul harus selalu waspada dan melakukan budi pekerti yang
baik (luhur)
Dan untuk
melaksanakan tidak hirau pada makhluk dengan sabar dan tawakal (berserah diri
pada Allah ta'ala). Dan untuk melaksanakan : Rela (ridha) pada Allah dengan
terima (qana' ahl tidak rakus) dan' menyerah.
Dan untuk
melaksanakan : Kembali kepada Allah dalam suka-duka dengan bersyukur dalam suka
dan berlindung kepada-Nya dalam duka. Dan semua ini berpokok pada lima :
l. Semangat yang tinggi
2. Dan
berhati-hati dari yang haram atau menjaga kehormatan
3. Baik dalam
berkhidmat sebagai hamba
4. Melaksanakan
kewajiban
5. Menghargai
(menjunjung tinggi) nikmat.
Maka siapa yang tinggi semangat,
pasti naik tingkat derajatnya.
Dan siapa yang meninggalkan larangan
yang diharamkan Allah, maka Allah akan menjaga kehormatannya.
Dan siapa yang benar dalam taatnya,
pasti mencapai tujuan kebesaran-Nya / kemuliaan-Nya.
Dan siapa yang melaksanakan
kewajibannya dengan baik, maka bahagia hidupnya.
Dan siapa yang menjunjung nikmat,
berarti mensyukuri dan selalu akan menerima tambahan nikmat yang lebih besar.
Abul-Hasan Asysyadzily ra. berkata : Aku di pesan oleh
guruku (Abdus-Salam bin Masyisy ra.) : Jangan anda melanggkahkan kaki kecuali
untuk sesuatu yang dapat mencapai keridhaan- Allah, dan jangan duduk di majlis
kecuali yang aman dari murka Allah (yakni yang bukan.Maksiat). Dan jangan
bersahabat kecuali kepada orang yang dapat membantu berbuat taat kepada Allah.
Dan jangan memilih sahabat karib kecuali orang yang menambah keyakinanmu terhadap
Allah. Sedang yang demikian ini kini sangat jarang didapat.
Sayid Ahmad Al-badawy ra berkata Perjalanan kami berdasarkan kitab Allah dan sunaturrasul saw ...
- Benar dan jujur
- Bersih Hati
- Menepati janji
- Menanggung tugas dan derita
- Menjaga kewajiban
Seorang muridnya yang bernama Abdul Ali
bertanya ,apakah syarat yang harus diperbuat oleh orang yang ingin menjadi
Waliyullah
Jawabnya seorang yang benar benar dalam syarat ada dua
belas Tandanya
- Benar benar mengenal Allah yakni mengerti benar
tauhid dan mantab iman keyakinannya kepada Allah
- Menjaga benar benar perintah Allah
- Berpegang teguh
pada sunaturrasul
- Selalu berwudlu yakni bila berhadas segera
membahuruhi wudlu
- Rela menerima hukum gadha Allah dalam suka duka
- Yakin terhadap semua janji Allah
- Putus harapan dari semua apa yang ditangan makhluk manusia
- Tabah,sabar menanggung berbagai derita dan gangguan
orang
- Rajin mentaati perintah Allah
- Kasih sayang terhadap semua makhluk Allah
- Tawadhu merendah diri terhadap yang lebih tua atau lebih muda
12.Menyadari selalu bahwa syaitan itu musuh yang utama
sedang sarang syaitan itu dalam hawa
nafsumu dan selalu berbisik untuk mempengaruhimu firman Allah
6. Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh bagimu, Maka anggaplah
ia musuh(mu), karena Sesungguhnya syaitan-syaitan itu hanya mengajak
golongannya supaya mereka menjadi penghuni neraka yang menyala-nyala
Kemudian Ahmad
Albadawy melanjutkan nasehatnya; Hai Abdul-Aal : berhati-hatilah daripada cinta
dunia. Sebab itu bibit dari segala dosa, dan dapat merusak amal shalih.
Sebagaimana sabda
Nabi saw. :
Dalil sabda nabi
"Hubbud
duniaa ra'su kulli khathi'ah-
Cinta pada dunia
itu pokok (bibit/sumber) segala dosa/kejahatan.
Sedang Allah swt.
berfirman :
"Innallaaha
ma'alladzitinat faqaw walladziinahum muhsinuun" " sesungguhnya Allah
itu selalu menolong/membantu orang yang taqwa, dan orang yang benar-benar berbuat
baik. ( AN'NahI 128).
Orang boleh kaya
dunia, tetapi Nabi saw., melarang jangan cinta dunia, seperti Nabi Sulaiman as.
dan para sahabat yang kaya, kita harus menundukkan dunia, dunia tidak boleh
diletakkan dalam hati.
Hai Abdul-Aal. : Kasihanilah anak yatim dan berikan pakaian pada orang
yang tidak berpakaian, dan beri makan pada orang yang lapar, dan hormatilah
tamu dan orang gharib (rantau),semoga dengan begitu anda diterima oleh Allah.
Dan perbanyaklah dzikir, jangan sampai termasuk golongan orang yang lalai disisi
Allah. Dan ketahuilah bahwa satu rakaat di waktu malam lebih baik dari seribu
rakaat di waktu siang, dan jangan mengejek balar /musibah yang menimpa
seseorang.
Dan jangan
berkata ghibah atau namimah (menyebut kejelekan orang atau mengadu-domba antara
seorang dengan yang lain). Dan jangan membalas, mengganggu pada orang yang'
mengganggumu. Dan maafkanlah orang yang aniaya padamu. Dan berilah pada orang yang
bakhil padamu. Dan berlaku baik pada orang yang jahat padamu.Dan sebaik-baik
manusia akhlak budi pekertinya ialah yang sempurna imannya. Dan siapa yang
tidak berilmu. maka tidak berharga di dunia dan akhirat. Dan siapa yang tidak
sabar, tidak berguna ilmunya. Siapa yang tidak loman (dermawan), tidak mendapat
keuntungan dari kekayaannya. Siapa tidak sayang sesama manusia, tidak mendapat
hak syafaat disisi Allah. Siapa yang tidak sabar tidak mudah selamat.Dan siapa
yang tidak bertaqwa, tidak berharga disisi Allah. Dan siapa memiliki
sifat-sifat ini tidak mendapat tempat di surga.
Berdzikirlah pada
Allah dengan hati yang hadir (khusyuk), dan berhati-hati daripada lalai, sebab
lalai itu menyebabkan hati beku.Dan serahkan dirimu pada Allah, dan relakan
hatimu menerima bala ujian sebagaimana kegembiraanmu ketika menerima nikmat dan
kalahkan hawa nafsu dengan meninggalkan sahwat.
Dalil
1). Setengah dari
tanda bahwa seorang itu bersandar diri pada kekuatan amal usahanya, yaitu
berkurangnya pengharapan terhadap rahmat karunia Allah ketika terjadi padanya
suatu kesalahan / dosa.
Kalimat : Laa
ilaaha illallaah. Tidak ada Tuhan, berarti tidak ada tempat bersandar,
berlindung, berharap kecuali Allah, tidak'ada yang menghidupkan dan mematikan,
tiada yang memberi dan menolak melainkan Allah. Dhohirnya syariat menyuruh kita
berusaha beramal, sedang hakikat syariah melarang kita menyandarkan diri pada
amal usaha itu, supaya tetap bersandar pada karunia rahmat Allah.
Kalimat : Laa
haula walaa quwwata illaa billaahi. Tidak ada daya untuk mengelakkan diri dari
bahaya kesalahan. Dan tidak ada kekuatan untuk berbuat amal kebaikan kecuali
dengan bantuan pertolongan Allah dan karunia rahmat-Nya semata-mata.
Firman Allah :
ö@è% È@ôÒxÿÎ/ «!$# ¾ÏmÏFuH÷qtÎ/ur y7Ï9ºxÎ7sù (#qãmtøÿuù=sù uqèd ×öyz $£JÏiB tbqãèyJøgs ÇÎÑÈ
58. Katakanlah: "Dengan kurnia Allah dan rahmat-Nya,
hendaklah dengan itu mereka bergembira. kurnia Allah dan rahmat-Nya itu adalah
lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan".(Yunus 59).
Sedang bersandar
pada amal usaha itu berarti lupa pada kurnia rahmat Allah yang memberi taufiq
hidayat kepadanya yang akhirnya pasti ia ujub. sombong, merasa sempurna diri,sebagaimana
yang telah terjadi pada iblis ketika diperintah bersujud kepada Adam, ia
berkata
Aku lebih baik
dari dia (Adam).
Juga telah terjadi pada Qaarun ia berkata :
tA$s% !$yJ¯RÎ) ¼çmçFÏ?ré& 4n?tã AOù=Ïæ üÏZÏã
78. Karun berkata: "Sesungguhnya aku hanya diberi harta
itu, karena ilmu yang ada padaku".(
.Al Qashash 78 )
Apabila kita
dilarang menyekutukan Aliah dengan berhala, batu, kayu, pohon, binatang dan manusia,
maka janganlah menyekutukan Allah dengan kekuatan diri sendiri, seolah-olah
merasa sudah cukup kuat dan dapat berdiri sendiri tanpa pertolongan Allah,
tanpa rahmat taufiq hidayat dan karunia Allah. Sedangkan kita harus bertauladan
pada Nabi Sulaiman as. Ketika ia menerima nikmat karunia Allah, ketika mendapat
istana ratu Bulqis.
Firman Allah :
#x»yd `ÏB È@ôÒsù În1u þÎTuqè=ö6uÏ9
ãä3ô©r&uä ÷Pr& ãàÿø.r& ( `tBur
ts3x©
$yJ¯RÎ*sù
ãä3ô±o ¾ÏmÅ¡øÿuZÏ9 ( `tBur
txÿx.
¨bÎ*sù
În1u
@ÓÍ_xî
×LqÌx. ÇÍÉÈ
" lni
semata-mata dari karunia Tuhanku, untuk menguji padaku, apakah aku berSyukur
(terima kasih) atau kufur (lupa pada Attah).Maka siapa yang syukur, maka syukur
itu untuk dirinya. Dan siapa yang kufur maka Tuhanku dzat yang terkaya lagi pemurah
(tidak berhajat sedikitpun dari makhluknya, bahkan makhlukyang berhajat
kepada-Nya)"; {AN-Naml40).
Dalil
2). Keinginan untuk tajrid (melulu beribadat, tanpa berusaha dunia),
padahal Allah masih menempatkan engkau pada golongan orang-orang yang harus
berusaha (kasab) untuk mendapat kebutuhan sehari-hari, maka keinginanmu itu
termasuk syahwat hawa nafsu yang samar (halus). Sebaliknya keinginanmu untuk
berusaha kasab, padahal Allah telah menempatkan dirimu pada golongan orang yang
melulu beribada tanpa kasab, maka keinginan yang demikian berarti menurun dari
semangat dan tingkat yang tinggi.
Sebab kewajiban
seorang hamba, menyerah kepada apa yang dipilihkan oleh majikannya. Lebih-lebih
apabila majikan itu Tuhan,Allah yang mengetahui benar-benar apa yang
menguntungkan baginya dan yang menyusahkannya. Dan tanda bahwa Allah menempatkan
dirimu dalam golongan orang yang harus berusaha kasab, apabila terasa ringan
bagimu, sehingga tidak menyebabkan tertinggalnya sesuatu kewajiban dalam
agamamu juga menyebabkan kau tidak tamak (rakus) terhadap hak orang lain. Dan
tanda bahwa Allah telah mendudukkan dirimu dalam golongan hamba yang tidak
berusaha kasab : Apabila Tuhan memudahkan bagimu kebutuhan hidup dari jalan
yang tidak disangka, kemudian jiwamu tetap tenang ketika terjadi kekurangan,
karena tetap ingat dan bersandar kepada Tuhan, dan tidak berubah dalam
menunaikan kewajiban-kewajiban. Syaithan sebagai musuh manusia, tidak suka bila
melihat manusia itu tenang maka ia datang membisikkan kepada manusia, supaya
tidak puas terhadap apa yang telah diberikan Allah kepadanya, dan selalu membayangkan
kepadanya kesenangan, kemewahan, ketenangan lain orang untuk membangkitkan
sifat tamak (rakus), iri hati terhadap apa yang bukan bagiannya, sehingga
apabila ia telah melepaskan apa yang ia telah tenang, tentram itu untuk
menurutkan sifat tamak rakusnya gagal amal perbuatannya dan kecewa. Firman
Aliah yang mcnunjukkan bagaimana tipu daya syaithan terhadap bapak Adam dan Hawa
as.
$tB $yJä38uhtR $yJä3/u ô`tã ÍnÉ»yd Íotyf¤±9$# HwÎ) br& $tRqä3s? Èû÷üs3n=tB ÷rr& $tRqä3s? z`ÏB tûïÏ$Î#»sø:$# ÇËÉÈ
20. "Tuhan kamu tidak melarangmu dan mendekati pohon ini,
melainkan supaya kamu berdua tidak menjadi Malaikat atau tidak menjadi
orang-orang yang kekal (dalam surga)".
{S, Al -A'raf 20).
Dalam
Zuqóuqsù Ïmøs9Î) ß`»sÜø¤±9$# tA$s% ãPy$t«¯»t ö@yd y79ßr& 4n?tã Íotyfx© Ï$ù#èø:$# 77ù=ãBur w 4n?ö7t ÇÊËÉÈ
120.
kemudian syaitan membisikkan pikiran jahat kepadanya, dengan berkata: "Hai
Adam, maukah saya tunjukkan kepada kamu pohon khuldi[948] dan kerajaan yang
tidak akan binasa?"
[948] Pohon itu dinamakan
Syajaratulkhuldi (pohon kekekalan), karena menurut syaitan, orang yang memakan
buahnya akan kekal, tidak akan mati, pohon yang dilarang Allah mendekatinya
tidak dapat dipastikan, sebab Al Quran dan Hadist tidak menerangkannya. ada
yang menamakan pohon khuldi sebagaimana tersebut dalam
Seorang
berkata :
Beberapa kali saya telah meninggalkan usaha kasab tetapi terpaksa kembali berkasab,
sehingga akhirnya akulah yang di tinggalkan oleh kasab itu, maka tiadalah aku
kembali kepadanya. Seorang murid merasa, bahwa untuk sampai kepada Allah dan
masuk dalam barisan para waii dengan sibuk pada ilmu dhahir dan bergaul dengan
sesama manusia agak jauh dan tak mungkin lalu ia pergi menghadap gurunya,
tiba-tiba sebelum ia sempat bertanya, guru
bercerita :
Jawab : Bukan itu yang harus kamu
lakukan, tetapi tetaplah dalam kedudukanmu, sedang apa yang akan diberikan
Allah kepadamu pasti sampai (tercapai) kepadamu (olehmu).
DALIL
3). Kekerasan
semangat/perjuangan itu, tidak dapat menembus tirai takdir, kekeramatan atau
kejadian-kejadian yang luar biasa dari seorang wali itu,tidak dapat menembus
keluar dari takdir, maka segala apa yang terjadi semata-mata dengan takdir
Allah.
Firman Allah :
$tBur tbrâä!$t±n@ HwÎ) br& uä!$t±o ª!$# >u úüÏJn=»yèø9$# ÇËÒÈ
29.
dan kamu tidak dapat menghendaki (menempuh jalan itu) kecuali apabila
dikehendaki Allah, Tuhan semesta alam.(
$tBur tbrâä!$t±n@ HwÎ) br& uä!$t±o ª!$# 4 ¨bÎ) ©!$# tb%x. $¸JÎ=tã $VJÅ3ym ÇÌÉÈ
30. dan kamu tidak mampu (menempuh jalan itu), kecuali bila
dikehendaki Allah. Sesungguhnya Allah adalah Maha mengetahui lagi Maha
Bijaksana. (S. Al'Insan 30).
DALIL
4). Istirahatkan dirimu/fikiranmu daripada kerisauan Mengatur kebutuhan
duniamu, sebab apa yang sudah dijamin/diselesaikan oleh lainmu, tidak usah kau
sibuk memikirkannya
Sebagai seorang
hamba wajib dan harus melulu mengenal kewajiban, sedang jaminan upah ada
ditangan majikan, maka tidak usah risau fikiran perasaan untuk-mengatur, karena
kuatir kalau apa yang selah dijamin itu tidak tiba. atau terlambat, sebab ragu
terhadap jaminan Allah tanda kurangnya iman.
DALIL
5). Kerajinanmu untuk mencapai apa-apa yang telah dijamin pasti akan sampai
kepadamu, disamping keteledoranmu terhadap kewajiban kewajiban yang telah
diamanatkan (ditugaskan) kepadamu, membuktikan butanya mata hatimu
Firman Allah :
ûÉiïr(2ur `ÏiB 7p/!#y w ã@ÏJøtrB $ygs%øÍ ª!$# $ygè%ãöt öNä.$Î)ur 4 uqèdur ßìÏJ¡¡9$# ãLìÎ=yèø9$# ÇÏÉÈ
60. dan berapa banyak binatang yang tidak (dapat) membawa
(mengurus) rezkinya sendiri. Allah-lah yang memberi rezki kepadanya dan
kepadamu dan Dia Maha mendengar lagi Maha mengetahui. (S. Al'Ankabuut 60)
Firman Allah :
öãBù&ur y7n=÷dr& Ío4qn=¢Á9$$Î/ ÷É9sÜô¹$#ur $pkön=tæ ( w y7è=t«ó¡nS $]%øÍ ( ß`øtªU y7è%ãötR 3 èpt6É)»yèø9$#ur 3uqø)G=Ï9 ÇÊÌËÈ
132. dan perintahkanlah kepada keluargamu mendirikan shalat dan
bersabarlah kamu dalam mengerjakannya. Kami tidak meminta rezki kepadamu,
kamilah yang memberi rezki kepadamu. dan akibat (yang baik) itu adalah bagi
orang yang bertakwa. (S. Thaha 132).
Kerjakan apa yang
menjadi kewajibanmu terhadap Kami, dan Kami melengkapi bagimu bagian Kami'
Disini ada dua : satu, yang dijamin
oleh Allah, maka jangan menuduh (su'udhan) terhadap Allah. Kedua, yang dituntut oleh Allah, maka jangan kau abaikan '
Hambaku .
taatilah semua perintah-Ku, dan jangan memberitahu kepada-Ku apa yang baik
bagimu, (atau jangan mengajari kepada- Ku apa yang menjadi hajat kebutuhanmu)
Dalam sebuah, hadist
yang kurang lebih artinya demikian :
"Mengapakah
orang-orang mengagunqkan orang yang kaya, pemboros dan menghina ahli-ahii
ibadat. dan mengikuti tuntunan Qur'an hanya yang sesuai dengan hawa nafsu
mereka. sedang yang tidak sesuai dengan hawa nafsunya ditinggalkan (diabaikan),
padahal yang demikian itu berarti mempercayai sebagian kitab Allah. dan mengabaikan
(kafir) terhadap sebagian isi kitab Allah. Mereka berusaha untuk mencapai
apa-apa yang dapat dicapai tanpa usaha yaitu bagian yang pasti tiba dan ajal
yang tertentu, dan rizki yang menjadi bagiannya, tetapi tidak berusaha untuk
mencapai apa yang tidak dapat dicapai kecuali dengan usaha, yaitu pahala pahala
yang besar dan amal-amal ibadat dan dagangan yang tidak akan rusak".
Ibrahim Alkhawash berkata :
Jangan rnemaksa
diri untuk mencapai apa yang telah dijamin (dicukupi), dan Jangan
menyia-nyiakan (mengabaikan) apa yang di amanatkan (ditugaskan) kepadamu.
Oleh sebab itu,
maka siapa yang berusaha untuk mencapai apa yang sudah dijamin, dan mengabaikan
apa yang ditugaskan kepadanya, maka berarti buta mata hatinya, karena sangat
bodohnya.
6) Janganlah kelambatan masa pemberian Tuhan kepadamu, padahal engkau
bersungguh-sungguh dalam berdoa menyebabkan patah harapan. sebab Allah telah
menjamin menerima semua doa dalam apa yang Ia kehendaki untukmu, bukan menurut
kehendakmu dan pada waktu yang ditentukanNya, bukan pada waktu yang engkau
tentukan.
Firman Allah :
/uur ß,è=øs $tB âä!$t±o â$tFøsur 3 $tB c%2 ãNßgs9 äouzÏø:$# 4 z`»ysö6ß «!$# 4n?»yès?ur $£Jtã tbqà2Îô³ç ÇÏÑÈ
68. dan Tuhanmu menciptakan apa yang Dia kehendaki dan
memilihnya. sekali-kali tidak ada pilihan bagi mereka[1134]. Maha suci Allah
dan Maha Tinggi dari apa yang mereka persekutukan (dengan Dia).al Qosos 68
[1134] Bila Allah
telah menentukan sesuatu, Maka manusia tidak dapat memilih yang lain lagi dan
harus menaati dan menerima apa yang telah ditetapkan Allah.
Sebaiknya-seorang
hamba yang tidak mengetahui apa yang akan terjadi mengakui kebodohan dirinya,
sehingga tidak memilih sesuatu yang tampak baginya sepintas lalu baik, padahal
ia tidak mengetahui bagaimana akibatnya. Karena itu bila Tuhan yang maha
mengetahui lagi bijaksana memilihkan untuknya sesuatu, hendaknya rela dan menerima
pilihan Tuhan Yang Maha belas kasih lagi rnengetahui dan bijaksana itu,
walaupun pada lahirnya pahit dan pedih rasanya,
namun itulah yang
terbaik baginya, karena itu bila berdoa, kemudian belum juga tercapai
keinginannya, janganlah keburu patah harapan;
Firman Allah :
| ( #Ó|¤tãur br& (#qèdtõ3s? $\«øx© uqèdur ×öyz öNà6©9 ( #Ó|¤tãur br& (#q6Åsè? $\«øx© uqèdur @° öNä3©9 3 ª!$#ur ãNn=÷èt óOçFRr&ur w cqßJn=÷ès? ÇËÊÏÈ
Mungkin kamu
membenci sesuatu, Padahal ia Amat baik bagimu, dan boleh Jadi (pula) kamu
menyukai sesuatu, Padahal ia Amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu
tidak mengetahui. Al baqoroh 216.
Abu-Hasan Asy-Syadzily ra. ketika mengartikan ayat
tA$s% ôs% Mt6Å_é& $yJà6è?uqô㨠$yJÉ)tGó$$sù wur Èeb!$yèÎ7Fs? @Î6y úïÏ%©!$# w tbqßJn=ôèt ÇÑÒÈ
89. AlIah berfirman: "Sesungguhnya telah diperkenankan
permohonan kamu berdua, sebab itu tetaplah kamu berdua pada jalan yang Lurus
dan janganlah sekali-kali kamu mengikuti jalan orang-orang yang tidak
Mengetahui". Yunus 89
Maka
terlaksananya kebinasaan Fir'aun yang berarti setelah diterima doa'itu, sesudah
40 tahun.
Rasullullah saw. bersabda :
DALIL
Pasti diterima doamu itu selama tidak keburu, yaitu berkata Aku telah
berdoa dan tidak diterima.
Anas ra. berkata ;
Tiada seorang
berdoa, melainkan pasti diterima Allah doanya, atau dihindarkan daripadanya
bahaya, atau diampunkan sebagian dosanya, selama ia tidak berdoa untuk sesuatu
yang berdosa, atau untuk memutuskan hubungan famili.
Abul Abbas Almarsi ketika'sakit, datang seorang sambang kepadanya lalu berkata
:
Semoga Allah
menyembuhkan kau (Afakallahu). Abul Abbas tinggal diam tidak menyambut
kata-kata itu. Kemudian orang itu berkata pula : Allah yu aafika. Maka dijawab
oleh Abul Abbas :
Apakah kau kira
saya tidak minta 'afiyah kepada Allah, sungguh saya telah minta 'afiyah, dan
penderitaanku ini termasuk 'afiyah, ketahuilah Rasulullah minta 'afiyah dan ia
berkata : Selalu bekas makanan khaibar itu terasa olehku, dan kini masa
putusnya urat jantungku.
Abubakar Assiddiq minta 'afiyah dan mati terkena racun. Umar bin Khattab
minta 'afiyah dan mati terbunuh. Usman bin Affan, juga minta 'afiyah dan juga
mati tertikam. Ali bin Abi Thalib minta 'afiyah juga mati terbunuh.
Maka bila kau
minta 'afiyah kepada Allah, mintalah menurut apa yang ditentukan oleh Allah
untukmu, maka sebaik-baik seorang hamba ialah yang menyerah menurut kehendak
Tuhannya, dan mempercayai bahwa yang diberi Tuhan itulah yang terbaik baginya meskipun
tidak cocok dengan kemauan hawa nafsunya'.
Dan syarat utama
untuk diterimanya suatu doa, ialah keadaan terpaksa.
Firman Allah : An
Naml 62
`¨Br& Ü=Ågä §sÜôÒßJø9$# #sÎ) çn%tæy ß#ϱõ3tur uäþq¡9$# öNà6è=yèôftur uä!$xÿn=äz ÇÚöF{$# 3 ×m»s9Ïär& yì¨B «!$# 4 WxÎ=s% $¨B crã2xs? ÇÏËÈ
62. atau siapakah yang memperkenankan (doa) orang yang dalam
kesulitan apabila ia berdoa kepada-Nya, dan yang menghilangkan kesusahan dan
yang menjadikan kamu (manusia) sebagai khalifah di bumi[1104]? Apakah disamping
Allah ada Tuhan (yang lain)? Amat sedikitlah kamu mengingati(Nya).
[1104] Yang
dimaksud dengan menjadikan manusia sebagai khalifah ialah menjadikan manusia
berkuasa di bumi.
Apakah yang
selalu menerima doa orang terpaksa, apabila berdoa ( minta) kepadaNya.
Keadaan terpaksa
itu, bila merasa tidak ada sesuatu yang diharapkan selain Semata-mata karunia
Allah, tidak ada sesuatu yang dapat dijadikan perantara baik dari luar yang
berupa benda, atau dari dalam dirinya sendiri.
DALIL
7) Jangan sampai meragukan kamu, terhadap janji Allah, karena tidak
terlaksananya apa yang telah dijanjikan itu, meskipun telah tertentu (tiba)
masanya, supaya tidak menyalahi pandangan mata hatimu, atau memadamkan nur
cahaya hatimu (sirmu)'
Manusia sebagai
harnba tidak mengetahui bilakah Allah akan menurunkan karunia rahmatNya,
sehingga manusia jika melihat tanda-tanda ia menduga (mengira) mungkin telah
tiba saatnya, padahal bagi Allah belum memenuhi sernua syarat yang
dikehendaki-Nya, maka bila tidak terjadi apa yang telah dikira-kira itu,
hendaknya tiada ragu terhadap kebenaran janji Allah. sebagaimana yang terjadi dalam
Sul hul-Hudaibiyah, ketika Rasulullah saw. menceriterakan impiannya kepada
sahabat, sehingga mereka mengira bahwa pada tahun itu mereka akan dapat masuk
Mekkah dan melaksanakan ibadat umroh dengan aman sejahtera (yaitu mimpi Nabi saw.
yang tersebut dalam surat Al fathi ayat 27)'Sehingga ketika gagal tujuan umroh
karena ditolak oleh bangsa Quraisy dan terjadi penanda tanganan perjanjian Sulhul-Hudaibiyah,
yang oleh Umar dan sahabat sahabat lainnya dianggap sangat mengecewakan, rnaka
ketika Umar ra. memajukan beberapa pertanyaan, dijawab oleh Nabi saw : Aku
hamba Allah dan utusannya, dan Allah tidak akan mengabaikan aku'
Firman Allah : Al
Baqoroh 214
÷ 4Ó®Lym tAqà)t ãAqߧ9$# tûïÏ%©!$#ur (#qãZtB#uä ¼çmyètB 4ÓtLtB çóÇnS «!$# 3 Iwr& ¨bÎ) uóÇnS «!$# Ò=Ìs% ÇËÊÍÈ
214. Dalam menghadapi ujian Allah. Sehingga Rasulullah dan
para sahabat yang percaya kepadaNya sama-sama berkata : Bilakah tibanya bantuan
(pertolongan) Allah ? Ingatlah, sesungguhnya bantuan penolongan Allah telah
hampir tiba ( amat dekat. (S. Al-Baqarah 214)'
DALIL
8) Apabila Tuhan membukakan bagimu suatu jalan untuk ma'rifat mengenal
padaNya), maka jangan menghiraukan soal amal-mu yang masih sedikit, sebab Tuhan
tidak membukakan bagimu, melainkan Ia akan memperkenalkan diri kepadamu. Tidakkah
kau ketahui bahwa ma'rifat semata-mata pemberian karunia Allah kepadamu, sedang
amal perbuatanmu hadiah daripadamu, maka di manakah letak perbandingannya antara
hadiahmu dengan pemberian karunia Allah kepadamu.
Ma'rifat
(mengenal) kepada Allah, itu adalah puncak keuntungan seorang hamba, maka
apabila Tuhan telah membukakan bagimu suatu jalan untuk mengenal kepadaNya,
maka tidak usah kau hiraukan berapa banyak amal perbuatanmu meskipun masih
sangat sedikit amal kebaikanmu. Sebab ma'rifat itu suatu karunia pemberian
langsung dari Allah, maka ia sekali-kali tidak tergantung kepada banyak atau sedikitnya
amal kebaikan.
Abuhurairah ra. berkata: Bersabda Rasulullah saw : Allah berfirman : Apabila Aku
menguji hambaKu yang beriman, kemudian ia tidak mengeluh kepada
pengunjung-pengunjungnya, maka Aku lepaskan ia dari ikatanKu' dan Aku gantikan
baginya daging dan darah yang lebih baik dari semula, dan ia boleh
memperbaharui amal, sebab yang lalu telah diampuni semua. Diriwayatkan : Allah
telah menurunkan wahyu kepada salah seorang Nabi saw. Aku telah menurunkan
bala' (ujian) kepada seorang hamba maka ia berdoa, dan-tetap Aku tunda
permintaannya, akhirnya ia mengelu, maka Aku berkata kepadanya : hambaku
bagaimana aku akan melepaskan daripadamu rahmat yang justru bala' itu
mengandung rahmatku. Karena dengan segala kelakuan kebaikanmu engkau tak dapat sampai
ke tingkat yang akan Aku berikan kepadamu, maka dengan bala' itulah engkau
dapat mencapai tingkat dan kedudukan di sisi Allah.
DALIL
9) Beraneka warna jenis amal perbuatan, karena bermacam-macam pula
pemberian karunia Allah yang diberikan kepada hambanya.
Karena itu tiap
orang shalih yang menuju ke suatu maqam (tingkat) harus mengerti dalam ibadat
yang mana ia rasakan nikmat ibadat, maka disitulah akan terbuka baginya, apakah
dalam sembahyang atau puasa dan lain-lainnya.
DALIL
10) Amal perbuatan itu sebagai kerangka yang tegak'. Sedang ruh (jiwa)nya,
ialah terdapatnya rahasia ikhlas (ketulusan) dalam amal perbuatan itu.
Keikhlasan seseorang dalam amal perbuatannya menurut tingkat kedudukannya, maka keikhlasan orang abrar, apabila amal
perbuatan itu telah bersih dari riyaa' yang jelas maupun yang samar' sedang
tujuan amal perbuatan mereka selalu hanya pahala yang dijanjikan oleh Allah
kepada hambaNya yang ikhlas. Dan ini terambil dari ayat : "lyyaaka ,na'budu"
: Hanya kepadaMu kami menyembah' dan tiada kami mempersekutukan engkau dalam
ibadatku ini kepada sesuatu yang lain.
Adapun keikhlasan orang.orang muqarrabin
ialah.menterapkan pengertian : ,Laa haula walaa quwwata illaa billaahi" :
Tiada daya untuk. mengelakkan, dan tiada kekuatan untuk berbuat apapun kecuali
dengan pertolongan langsung dari Allah,
tiada daya kekuatan sendiri sedang semua
itu hanya daripada Allah, ia merasa bahwa semua amal perbuatan semata-mata
kurnia Allah kepadanya' sebab Allah yang memberi hidayat dan taufiq, ini
terambil dari ayat : "Iyyaaka nasta'iin" : Hanya kepadaMu kami
mingharap bantuan pertolongan' sebab kami sendiri tidak berdaya. Amal orang abrar dinamakan amal
lillah : Beramal karena Allah. Sedangkan amal muqarrabin dinamakan : Amal bilahi
:
Beramal dengan bantuan kurnia Allah. Amal lillah
menghasilkan sekedar mernperhatikan hukum lahir,sedangkanama billahi menembus ke
dalam perasaan hati. seorang guru berkata : Perbaikilah arnal perbuatanmu dengan
ikhlas, danperbaikilah keikhlasanmu itu dengan perasaan
tidak ada
kekuatan sendiri, sedang semua kejadian itu hanya Semata mata karena bantuan
pertolonganAllahta'ala
DALIL
11)Tanamlah dirimu dalam tanah kerendahan,sebab tiap sesuatu yang tumbuh tetapi
tidak ditanam' maka tidak sempurna hasil buahnya.
tiada sesuatu
yang lebih bahaya bagi seorang yang beramal, daripada menginginkan kedudukan
dan terkenal di tengah-tengah masyarakat pergaulan. Dan ini termasuk keinginan
hawa nafsu yang utama.
Rasulullah saw. telah bersabda :
DALIL
Siapa yang
merendah diri maka Allah akan memuliakannya, dan siapa yang sombong (besar
diri), Allah akan menghinanya.
Ibrahim bin Ad-ham ra. berkata :
Tidak benar-benar
bertujuan kepada Allah siapa yang ingin masyhur (terkenal).
Ayyub Assakh-tiyaany ra. berkata :
Demi Allah tiada
seorang hamba yang sungguh-sungguh ikhlas pada Allah, melainkan ia merasa
senang, gembira jika ia tidak mengetahui kedudukan dirinya.
Mu'aadz bin Jabal ra. berkata : Bersabda Rasulullah saw. :
Sesungguhnya
sedikitnya riyaa' itu, sudah termasuk syirik. Dan siapa yang memusuhi seorang
waliyullah, berarti telah melawan berperang kepada Allah. Dan Allah kasih
sayang pada hamba yang taqwa, yang tersembunyi (tidak terkenal), yang bila
tidak ada tidak dicari, dan bila hadir tidak dipanggil dan tidak dikenal. Hati
mereka sebagai pelita hidayat, mereka terhindar dari segala kegelapan
kesukaran.
Abuhurairah ra. berkata :
Ketika kami di
majlis Rasulullah saw. tiba-tiba Rasulullah saw. berkata : Besuk pagi akan ada
seorang ahli surga yang sembahyang bersama kamu. Abuhurairah berkata : Aku berharap
semoga akulah orang yang ditunjuk oleh Rasulullah itu. Maka pagi-pagi aku
sembahyang di belakang Rasulullah saw. Dan tetap tinggal di majlis setelah
orang-orang pulang. Tiba-tiba ada seorang hamba hitam berkain cumpang-camping
datang berjabat tangan pada Rasulullah saw. sambil berkata : Ya Nabiyallah,
doakan semoga aku mati syahid. Maka Rasulullah saw. berdoa sedang kami mencium
bau kasturi dari badannye. Kemudian aku bertanya : Apakah orang itu ya
Rasuiullah? Jawab Nabi : Ya benar Ia hamba sahaya dari bani fulan. Abu hurairah
berkata : Mengapa tidak kau beli, dan kau merdekakan ya Nabiyallah? Jawab Nabi
: Bagaimana Aku akan dapat berbuat demikian, bila Allah akan menjadikannya
seorang raja di surga. Hai Abuhurairah,
sesungguhnya di surga itu ada raja dan orang-orang terkemuka. Dan ini salah
seorang raja dan terkemuka,
Hai Abuhurairah: Sesungguhnya Allah kasih kepada makhluknya yang suci
hati, yang samar, yang bersih, yang terurai rambut, yang kempis perut kecuali
dari hasil yang halal, yang bila akan masuk kepada raja tidak diizinkan, bila
meminang wanita bangsawan tidak diterima, bila tidak ada tidak dicari, bila
hadir tidak dihirau, bila sakit tidak dijenguk, bahkan bila mati tidak dihadiri
jenazahnya.
Ketika sahabat
bertanya : Tunjukkan kepada kami seorang dari mereka ? Jawab Nabi : Yaitu Uwais
Alqarany, seorang berkulit coklat, lebar kedua bahunya, sedang tingginya selalu
menundukkan kepalanya sambil membaca qur'an, tidak terkenal di bumi, tetapi
terkenal di langit, andaikan ia bersungguh-sungguh minta sesuatu kepada Allah
pasti diberinya. Dibawah bahu kirinya ada bekas belang sedikit. Hai umar dan
Ali jika kamu bertemu padanya, maka mintalah kepadanya supaya membacakan
istighfar untukmu.
DALIL
12)Tiada sesuatu yang sangat berguna bagi hati (jiwa), sebagaimana menyendiri
untuk masuk ke medan berfikir (tafakur).
Rasulullah saw
bersabda:
Perumpamaan teman
yang tidak baik,bagaikan tukang besi yang membakar besi, jika engkau tidak
terbakar oleh peltikan apinya, maka terkena bau busuknya.
Allah mewahyukan
kepada Nabi Musa as.: Hai putera Imraan waspadalah selalu dan pilihlah untuk
dirimu teman (sahabat), dan tiap teman (kawan) tidak membantumu untuk berbuat
taat (bakti) kepadaku maka ia adalah
musuhmu.
Demikian pula wahyu Allah kepada Nabi Dawud as.: Hai Dawud, mengapakah
engkau menyendiri? Jawab Dawud : Aku menjauhkan diri dari makhluk untuk
mendekat kepadaMu. Maka Allah berfirman: Hai Dawud waspadalah selalu, dan
pilihlah untukmu kawan-kawan, dan tiap kawan yang tidak membantu untuk berbakti
kepadaku, maka itu adalah musuhmu, dan akan menyebabkan keras hatimu, serta
jauh dan padaKu.
Nabi Isa as. bersabda : Jangan berkawan pada orang-orang yang mati, niscaya mati
hatimu. Ketika ditanya: Siapakah orang-orang yang mati itu ? Jawabnya : Mereka
yang rakus kepada dunia.
Rasulullah saw. bersabda : Yang sangat aku kuatirkan terhadap ummatku
ialah kelemahan dalam iman keyakinan.
Nabi Isa as. berkata : Berbahagialah orang yang perkataannya dzikir, dan
diamnya berfikir, dan pandangannya perhatian. Sesungguhnya orang yang sempurna
akal ialah yang selalu mengoreksi hari kemudian sesudah mati.
Sahl bin Abdullah Attustary ra. berkata : Kebaikan itu
terhimpun dalam empat macarn, dan dengan itu tercapai derajat wali (yakni di
samping melakukan semua kewajiban-kewajiban agama), yaitu : 1 . Lapar,
2.Diam,3. Menyendiri dan 4. Bangun malam (yakni benahajjud).
DALIL
13)Bagaimana akan dapat terang hati seseorang yang gambar dunia ini
terlukis dalam lensa/cerrnin hatinya. Atau bagaimana akan pergi menuju kepada
Allah, padahal ia masih terikat (terbelenggu) oleh syahwat hawa nafsunya. Atau
bagaimana akan dapat masuk kehadirat Allah, padahal ia belum bersih (suci) dari
kelalaiannya yang di sini diumpamakan dengan janabatnya. Atau bagaimana mengharap
akan mengerti rahasia yang halus (dalam)' pada hal sebelum tobat dari
kekeliruan-kekeliruannya.
Berkumpulnya dua
hal yang berlawanan dalam satu tempat dan masa, mustahil {tidak mungkin).
sebagaimanau'berkumpul antara diam dengan gerak, antara cahaya terang dengan
gelap' Demikian pula nur (cahaya) iman berlawanan dengan gelap yang disebabkan
karena selalu masih berharap/menyandar kepada sesuatu selain Allah. Demikian
pula berjalan menuju kepada Allah harus bebas dari belenggu hawa nafsu supaya
sampai kepada Allah.
Firman Allah :
DALIL
"Bertaqwalah
kepada Allah, dan Allah yang akan mengajarkan kepadamu segala hajat
kebutuhanmu" '
Rasulullah saw. bersabda :
Siapa yang
mengamalkan apa yang telah diketahui, maka Allah akan mewariskan kepadanya
pengetahuan apa-apa yang belum ia ketahui".
Ahmad bin Hambal
ra. bertemu dengan Ahmad bin Abil-Hawari,maka berkata Ahmad bin Hambal :
ceritakanlah kepada kami apa-apa yang pernah kau dapat dari gurumu Abu
Sulaiman.
Jawab Ibn Hau'ari
: Bacalah Subhaanallaah tetapi tanpa
rasa kekaguman. Setelah di baca oleh
Ahmad bin Hambal
: "subhnanallaah".Maka berkata Ibn Abil Hawari : Aku telah mendengar Abu Sulaiman berkata :
Apabila jiwa (hati) manusia benar-benar berjanji akan meninggalkan semua dosa,
niscaya akan terbang ke alam malakut (di
langit), kemudian kembali membawa berbagai ilmu Hikma tanpa berhajat kepada
guru. Ahmad bin Hambal setelah mendengar keterangan itu langsung ia bangkit
bangun/berdiri dan duduk di tempatnya berulang tiga kali, lalu berkata : Belum
pernah aku mendengar keterangan serupa ini sejak aku masuk Islam. Ia sungguh
merasa puas dan sangat gembira menerima keterangan itu, kemudian ia membaca hadits
: " man amila bimaa alima warratsahullaahu ilma man lam ya' lam" .
DALIL
14) Alam itu kesemuanya berupa kegelapan, sedang yang meneranginya, hanya
karena tampaknya haq (Allah) padanya, maka siapa yang melihat alam kemudian
tidak melihat Allah di dalamnya, atau padanya atau sebelumnya atau sesudahnya,
maka benar"benar ia telah disilaukan"oleh nur cahaya, dan tertutup
baginya surya (nur) ma'rifat oleh tebalnya awan benda-benda alam ini.
Alam semesta yang
mulanya tidak ada (Adam) memang gelap, sedang yang mendhahirkannya sehingga berupa
kenyataan, hanya kekuasaan Allah padanya, karena itu siapa yang melihat sesuatu
benda alam ini, kemudian tidak terlihat olehnya kebesaran kekuasaan Allah yang
ada pada benda itu, sebelum atau sesudahnya, berarti ia telah disilaukan'oleh
cahaya. Bagaikan ia melihat cahaya yang kuat, lalu ia mengira tidak ada bola
yang menimbulkan cahaya itu. Maka semua Seisi alam ini bagaikan sinar sedang
yang hakiki (sebenarnya) terlihat itu semata-mata kekuasaan dzat Allah swt.
DALIL
15)'Di antara bukti-bukti yang menunjukkan adanya kekuasaan Allah yang luar
biasa, ialah dapat menghijab engkau daripada melihat kepada-Nya dengan hijab yang
tidak ada wujudnya (yakni : Bayanganbayangan hijab) di sisi Allah.
Sepakat para
arifin, bahwa segala sesuatu selain Allah tidak ada, artinya: tidak dapat
disamakan adanya sebagaimana adanya Allah, sebab adanya alam terserah kepada
karunia Allah, bagaikan adanya bayangan yang tergantung selalu kepada benda
yang mernbayanginya. Maka siapa yang melihat bayangan dan tidak melihat kepada yang
membayanginya. di sini terhijabnya.
Firman Allah :
DALIL
Segala sesuatu
rusak hancur kecuali dzat Allah.
Rasulullah saw.
membenarkan perkataan pujangga yang berkata :
-
Camkanlah, bahwa
segala sesuatu selain Allah itu palsu belaka'
Dan tiap nikmat
kesenangan dunia, pasti akan rusak lenyap'
16) Bagaimana dapat dibayangkan bahwa Allah dapat dihijab oleh
sesuatu padahal Allah yang mendhahirkan (menampakkan) segala sesuatu.
17) Bagaimana mungkin akan dihijab oleh sesuatu, padahal Dia (Allah) yang
tampak dhahir pada segala sesuatu.
18)Bagaimana akan mungkin dihijab oleh sesuatu, padahal Dia yang terlihat
dalam tiap sesuatu.
19) Bagaimana akan dapat ditutupi oleh sesuatu, padahal Ia yang nampak pada
tiap segala sesuatu.
Bagaimana akan
dapat dibayangkan, bahwa Allah dapat dihijab oleh sesuatu, padahal Allah yang
ada dhahir sebelum adanya sesuatu. lebih jelas (tampak) dari segala sesuatu.
20) Bagaimana akan mungkin dihijab oleh sesuatu padahal dia lebih jelas
tampak dari segala sesuatu.
21)Bagaimana mungkin akan dihijab oleh sesuatu, padahal Dia yang Esa
(tunggal) yang tidak ada disarnpingnya sesuatu apapun.
22)Bagaimanaakah dihijab oleh sesuatu padahal dia Allah lebih dekat
kepadamu dari segala sesuatu.
23)Bagaimanaakanmungkin.dihijabolehsesuatu,padahal andaikan tidak ada
Allah, niscaya tidak akan ada segala sesuatu.
Demikian tampak
jelas sifat-sifat Allah di dalam (pada) tiap-tiap sesuatu di alam ini, yang
semua isi alam- ini sebagai bukti kebesaran, kekuasaan, keindahan;
kebijaksanaan dan kesempurnaan dzat Allah yang tidak menyerupai sesuatu apapun
dari makhlukny'a. Sehin gga-bila masih ada manusia yang tidak mengenal Allah
(tidak melihat Allah), maka benar-benar ia telah silau oleh cahaya yang sangat
terang, dan telah terhijab dari surya ma'rifat oleh awan tebal yang berupa alam
sekitamya.
24) Alangkah ajaibnya (sungguh sangat ajaib), bagaimana tampak wujud di
dalam adam (tidak ada). Atau bagaimana dapat bertahan sesuatu yang hancur itu,
di samping dzatyang bersifat qidam'
Yakni sesuatu
yang hakikatnya tidak ada bagaimana dapat tampak ada wujudnya. Hakikat adam
(tidak ada) itu gelap, sedangkan wujud itu bagaikan nur terang. Demikian pula
batil dan hak. Batil itu harus rusak hancur. Sedang hak itulah yang harus tetap
kuat bertahan'
25) tiada meninggalkan sedikitpun dari kebodohan, siapa yang berusaha akan
mengadakan sesuatu dalam suatu masa, selain dariapa yang dijadikan oleh Allah
di dalam masa itu.
Sungguh amat
bodoh seorang yang akan mengadakan sesuatu yang tidak dikehendaki oleh Allah.
Di dalam lain
fasal ada keterangan : Tiada suatu saat yang berjalan melainkan di situ pasti ada takdir Allah yang
dilaksanakan.
Firman Allah :
Tiap hari (tiap
saat) Dia (Allah) menentukan urusan. menciptakan, menghidupkan, mematikan,
memuliakan, menghina dan sebagainya.
Maka sebaiknya
seorang hamba menyerah dengan rela hati kepada hukum ketentuan Allah pada tiap
waktu, sebab ia harus percaya kepada rahmat dan kebijaksanaan kekuasaan Allah.
26) Menunda amal firbuutun (kebaikah) karena menantikan kesempatan yang
lebih baik, sesuatu tanda kebodohan yang mempengaruhi jiwa.
Kebodohan itu disebabkan oleh :
1. Karena ia
mengutamakan duniawi. Padahal Allah berfirman :
Tetapi kamu
mengutamakan kehidupan dunia, padahal akhirat itu lebih baik dan kekal
selamanya.
2. Penundaan amal
itu kepada masa yang ia sendiri tidak mengetahui apakah ia akan mendapatkan
kesempatan itu, atau kemungkinan ia dilanda oleh ajal (mati) yang telah
menantikan masanya.
3. Kemungkinan
azam, niat dan hasrat itu menjadi lemah dan 'berubah.
Kata pujangga : Janganlah
menunda sampai besok, apa yang dapat engkau kerjakan
hari ini.
Waktu sangat berharga,
maka jangan engkau habiskan kecuali untuk sesuatu yang berharga.
27) Jangan anda meminta kepada Allah supaya dipindah dari suatu hal kepada
yang lain, sebab sekiranya AIlah menghendakinya tentu telah memindahmu, tanpa
merubah keadaa-nmu yang lama.
Dalam hikayat :
Ada seorang shalih biasa bekerja dan beribadat, lalu ia berkata : Andaikan aku
bisa mendapatkan untuk tiap hari, dua potong roti, niscaya aku tidak susah
bekerja dan melulu beribadat. Tibatiba ia tertuduh dan karenanya ia harus masuk
penjara, dan dia tiap hari ia menerima dua potong roti, kemudian setelah
beberapa lama ia menderita dalam penjara, ia berpikir : Bagaimana sampai
terjadi demikian ini ? Tiba-tiba teringat dalam perasaannya : Engkau minta dua
potong roti, dan tidak minta selamat maka Kami (Allah) memberi permintaanmu. Setelah
itu ia minta ampun dan membaca istighfar, maka ketika itu pula pintu penjara
terbuka dan dilepas darirpenjara. Sebab Allah menjadikan manusia dengan segala
hajat kebutuhannya, sehingga tidak usah manusia kuatir atau ragu atau jemu
terhadap sesuatu pemberian Allah, meskipun berbentuk penderitaan bala' pada lahirnya,
sebab hakikatnya nikmat besar bagi siapa yang mengetahui hakikatnya, sebab
tidak ada sesuatu yang tidak terort dari rahmat kurnia dan hikmat Allah ta'ala.
28) Tiada berkehendak semangat seorang shalih (yang berjalan rnenuju kepada
Allah) untuk berhenti ketika terbuka baginya sebagian yang ghaib, melainkan
segera diperingatkan oleh suara hakikat. Bukan itu tujuan, dan teruslah
berjalan ke depan. Dernikian pula tiada tampak baginya keindahan alam,
melainkan diperingatkan oleh hakikatnya : Bahwa karni semata-mata sebagai
ujian. maka janganlah tertipu hingga rnenjadi kafir.
Abul-Hasan Attus tary berkata : Di dalam.jalan menuju kepada Allah
jangan menoleh kepada yang lain, dan pergunakan selalu dzikir kepada Allah, itu
sebagai benteng pertahananmu. Sebab segala sesuatu selain Allah, akan
menghambat perjalananrnu.
Abul-Hasan (Ali) Asysyadzrly ra. berkata : Jika engkau
ingin mendapatkan apa yang telah dicapai oieh para waliyullah, maka hendaknya
engkau mengabaikan semua manusia, kecuali orang-orang yang menunjukkan kepadamu
jalan menuju Allah, dengan isyarat (teori) yang tepat atau perbuatan yang tidak
rrrenyalahi Kitabullah dan sunnaturrasul, dan abaikan dunia tetapi jangan
mengabaikan sebagian untuk mendapat bagian yang lain, sebaliknya hendaknya
engkau menjadi hamba Allah yang diperintah mengabaikan musuh-Nya. Apabila
engkau telah dapat melakukan dua sifat itu, yaitu : mengabaikan manusia dan
dunia maka tetaplah tunduk kepada hukum ajaran Allah dengan Istiqomah dan
selalu tunduk, Istighfar.
Pengertian
keterangan ini : Supaya engkau benar-benar merasa diri sebagai hamba Allah
dalam semua yang engkau kerjakan atau engkau tinggalkan, dan menjaga hati
perasaan, jangan sampai merasa seolah-olah di dalam alam ini ada kekuasaan bagi
lain Allah, yakni bersungguh-sungguh dalam menanggapi (memfahami):
DALIL
Tiada daya dan
tiada kekuatun sama sekali, kecuali dengan bantuan pertolongan Allah.
Maka apabila
masih merasa ada kekuatan diri sendiri berarti : belum sempurna mengaku diri
hamba Allah. Sebaliknya bila telah benar-benar perasaan Laa haula walaa Quwwata
illaa billaah itu, dan tetap demikian beberapa lama niscaya Allah membukakan
untuknya pintu rahasia rahasia yang tidak pernah mendengar dari manusia seisi
alam
DALIL
29) Permintaanmu dari Allhh mengandung pengertian menuduh Allah, kuatir tidak
memberi kepadamu. Dan mintamu kepada Allah supaya mendekatkan dirimu kepadaNya,
berarti engkau masih merasa jauh daripadaNya.
Dan mintamu
kepada Allah untuk mencapai kedudukan dunia akherat' membuktikan tiada malumu
kepadaNya, dan perrnintaanmu kepada sesuatu selain dari Allah menunjukkan
jauhmu dari padaNya. Permintaan hamba kepada Allah terbagi dalam empat macam,
dan kemudian kesemuanya itu tidak tepat bila diteliti lebih jauh dan mendalam.
Permintaan kepada
Allah mempunyai pengertian menuduh, sebab sekirlnya ia percaya bahwa Allah akan
memberi tanpa minta, tidak akan minta, maka karena kuatir tidak diberi apa yang
dibutuhkannya menurut pendapatnya, atau menyangka Allah melupakannya, dan lebih
jahat lagi bila ia merasa berhak, tetapi oleh Allah belum juga diberi.Dan permintaanmu
untuk taqarrub, menunjukkan bahwa engkau merasa ghaib daripadaNya. Sedang
permintaanmu sesuatu dari kepentingan kepentingan duniawi membuktikan tiada
malunya dari-padaNya, sebab sekiranya engkau malu dari Allah tentu tidak merasa ada
kepentingan bagimu selain mendekatkan kepadaNya. Sedang bila engkau minta dari
sesuatu selain Allah, membuktikan jauhmu daripad'aNya, sebab sekiranya engkau
mengetahui bahwa Allah dekat kepadamu tentu engkau takkan minta kepada lainNya.
Kecuali permintaan yang semata mata untuk menurut perintah Allah. Hanya inilah
yang tepat benar.
DALIL
30) Tiada suatu nafas terlepas daripadamu, melainkan di situ pula ada
takdir Allah yang berlaku di atasmu.
Sebab pada tiap
nafas hidup manusia pasti terjadi suatu taat atau maksiat, nikmat atau bala'
(ujian). Berarti nafas yang keluar sebagai wadah bagi sesuatu kejadian, karena
itu jangan sampai nafas itu terpakai untuk maksiat dan perbuatan terkutuk oleh
Allah.
DALIL
31) Jangan menantikan selesai (habis)nya perintang-perintang untuk lebih
mendekat kepada Allah, sebab yang demikian itu akan memutuskan engkau dari
kewajiban menunaikan hak terhadap apa yang Allah telah mendudukkan engkau di
dalamnya. (Sebab yang demikian itu memutuskan kewaspadaanmu terhadap
kewajibanmu).
Abbdullah bin Umar ra. berkata : Jika engkau berada di waktu
senja,maka jangan menunggu tibanya pagi, demikian pula jika engkau berada diwaktu
pagi, jangan menunggu sore. Pergunakan kesempatan di waktu muda, sehat kuat dan
kaya untuk menghadapi masa tua. sakit, lemah dan miskin.
Sahl bin Abdullah Attultary berkata : Jika tiba wakru
malam maka jangan mengharap tibanya siang hari; sehingga engkau menunaikan hak
Allah, waktu malam itu. Dan menjaga benar-benar hawa nafsumu, demikian pula
bila engkau berada pada pagi hari.
Firman Allah :
@ä. <§øÿtR èps)ͬ!#s ÏNöqyJø9$# 3 Nä.qè=ö7tRur Îh¤³9$$Î/ Îösø:$#ur ZpuZ÷FÏù ( $uZøs9Î)ur tbqãèy_öè? ÇÌÎÈ
35. tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kami akan
menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang
sebenar-benarnya). dan hanya kepada kamilah kamu dikembalikan. (Al-Anbiyaa'35).
Ujian itu berupa
: sehat, sakit, kesukaran, kelapangan, kaya dan miskin. Untuk ujian kekuatan
atau ketetapan beriman/ber-Tuhan kepada Allah sampai di mana syukurnya menerima
nikmat dan bagaimana sabarnya menghadapi ujian kesukaran bala'.
32) Jangan heran atas terjadinya kesukaran-kesukaran selama engkau masih di
dunia ini, sebab ia tidak melahirkan kecuali yang layak atau asli rnenjadi
sifatnya.
Abdullah bin Mas'ud ra. Serkata : Dunia adalah kerisauan dan duka
cita, maka apabiia terdapat kesenangan di dalamnya berarti laba dan
keuntungannYa.
Ja'far As,shaddiq ra. : Siapa yang meminta sesuatu yang tidak dijadikan oleh
Allah, berarti melelahkan dirinya dan tidak akan diberi. Kitika ditanya :
Apakah itu ? Jawabnya ' Kesenangan di dunia'
Junaid Al-Bagh-dady ra. berkata : Aku tidak merasa keji terhadap apa
yang rnenimpa pada diriku, sebab saya telah berpendirian bahwa duniu ini tempat
kerisauan dan ujian, dan alam ini.diliputi oleh bencana, maka sudah selayaknya
ia menyambut saya dengan segala kesukaran, kerisauan, maka apabiia ia menyambut
aku dengan kesenangan maka itu berarti suatu kurnia dan kelebihan.
Rasulullah saw. berkata kepada Abdullah bin Abbas : Jika
engkau dapat beramal karena Allah dengan rela dan keyakinan, maka
laksanakanlah, dan jika tidak dapat, maka bersabarlah' Maka sesungguhnya sabar
menghadapi kesukaran itu suatu keuntungan yang besar.
Umar bin Khoththob ra. berkata kepada seorang yang dinasehatinya: Jika engkau
sabar,maka hukum Allah tetap berjalan dan engkau mendapat pahala, dan apabila engkau tidak sabar tetap berlaku
ketentuan Allah sedang engkau
berdosa.
DALIL
33) Tidak akan terhenti (macet) suatu permintaan yang semata-mata engkau
minta (engkau sandarkan) kepada kurnia (kekuasaan) Tuhanmu' dan tidak mudah
tercapai permintaan (pengharapan) yang engkau sandarkan kepada kekuatan dan
daya upaya serta kepandaian dirimu sendiri.
DALIL
34) Suatu tanda akan lulusnya seorang pada akhir perjuanggannya jika selalu
tawakkal, menyerah kepada Allah sejak mulai perjuangannya.
Seorang arief berkata : Siapa yang menyangka bahwa ia akan dapat sampai kepada
Allah, dengan perantaraan sesuatu selain Allah, pasti akan putus karenanya, Dan
siapa dalam ibadatnya bersandar pada kekutan dirinya diserahkan oleh Allah
kepada kekuatan dirinya. yakni, hanya sampai disitu saja, dan tidak dapat
mencapai bahagianbahagian yang hanya dapat dicapai dengan tawakkal menyandarkan
diri kepada Allah.
DALIL
35) Siapa yang terang (makmur) waktunya dengan taat di masa salik
(permulaannya), pasti akan terang pula di masa akhirnya (sampainya) dengan
cahaya nur ma'rifat.
Siapa yang kuat
tawakkalnya di masa hidayah (permulaan), maka akan terang terus hingga masa
sampainya ke hadirat Tuhannya'
DALIL
36) Apa yang tersembunyi dalam rahasia ghaib, yaitu yang berupa nur Ilahi
dan ma'rifat, pasti akan tampak bekas (pengaruhnya) pada anggota lahir.
Abu Hafash berkata : Bagusnya adab kesopanan lahir, membuktikan adanya adap
yang di dalam batin.
Rasulullah saw. k
e t i k a melihat seorang yang main-main tangannya ketika sembahyang, maka Rasulullah saw' bersabda :
DALIL
Andaikan khusyu'
hati orang itu, niscaya khusyu' semua anggota badannya.
Abu Thalib Almakky berkata : Allah telah menunjukkan tanda bukti
seorang kafir, yaitu bila disebut nama Allah saja mereka mengejek dan enggan
tidak mau menerima'
Firman Allah :
#sÎ)ur tÏ.è ª!$# çny÷nur ôN¨r'yJô©$# Ü>qè=è% tûïÏ%©!$# w cqãZÏB÷sã ÍotÅzFy$$Î/ ( #sÎ)ur tÏ.è z`Ï%©!$# `ÏB ÿ¾ÏmÏRrß #sÎ) öNèd tbrçųö;tGó¡o ÇÍÎÈ
45. dan apabila hanya nama Allah saja disebut, kesallah hati
orang-orang yang tidak beriman kepada kehidupan akhirat; dan apabila nama
sembahan-sembahan selain Allah yang disebut, tiba-tiba mereka bergirang hati. (S.
Azzumar 45).
Di dalam ayat ini
Allah menyatakan sendiri perbedaan antara jiwa orang mukmin yang merasa puas jika
dikatakan kepadanya.Ini dari Allah, sedang orang kafir tidak merasa puas,
bahkan keberatan kepadanya sesuatu terjadi semata-mata karena kekuasaan dan kehendak
Allah. Dan ini pula merupakan perbedaan antara iman tauhid dengan syirik.
DALIL
37) Jauh berbeda antara orang yang berdalil; adanya Allah menunjukkan
adanya alam, dengan orang yang berdalil; bahwa adanya alam inilah yang
menunjukkan adanya Allah. Orang yang berdalil adanya Allah rnenunjukkan adanya
alam, yaitu orang yang mengenal hak dan meletakkan pada tempatnya, sehingga
menetapkan adanya sesuatu dari asal mulanya. Sedang orang yang berdalil adanya
alam menunjukkan adanya Allah, karena ia tidak sampai kepada Allah. Maka
bilakah Allah itu ghaib sehingga memerlukan dalil untuk mengetahuinya. Dah
bilakah Allah itu jauh sehingga adanya alam ini dapat menyampaikan kepadanya.
Firman Allah :
ª!$#ur Nä3y_t÷zr& .`ÏiB ÈbqäÜç/ öNä3ÏF»yg¨Bé& w cqßJn=÷ès? $\«øx© @yèy_ur ãNä3s9 yìôJ¡¡9$# t»|Áö/F{$#ur noyÏ«øùF{$#ur öNä3ª=yès9 crãä3ô±s? ÇÐÑÈ
78. dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam Keadaan
tidak mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan
hati, agar kamu bersyukur.(S.An-Nahi 78).
Memang asal mula
kejadian manusia bodoh tidak mengetahui apaapa,kemudian Allah memberinya alat
untuk mengetahui dan mengenal-Nya, pendengaran, penglihatan, perasaan dan
fikiran semua alat mengenal Allah itu supaya manusia bersyukur, sebab dengan
bersyukur itu manusia sempurna dan sejahtera hidupnya, yaitu setelah mengenal
kepada Tuhan Allah yang menjadikan dan menjamin segala hajat kebutuhannya.
DALIL
38) Hendaknya membelanjakan tiap orang kaya menurut kekayaannya, ialah
mereka yang telah sampai kepada Allah. Dan orang yang terbatas rizqinya yaitu
orang sedang berjalan menuju kepada Allah.
orang yang telah
sampai kepada Allah, karena mereka telah terlepas dari kurungan melihat kepada
seiuatu selain Allah, ke alam tauhid maka luaslah pandangan mereka, maka mereka
berbuat di alam mereka lebih leluasa sebaliknya orang yang masih
rnerangkak-rangkak di dalam ilmu dan faham yang terbatas, rnereka inipun
mengeluarkan sekedarnya.
DALIL
39)orang-orang shalih(yang menuju kepada Allah)telah mendapatkan hidayat
dengan nur (pelita) ibadat yang merupakan amalan untuk taqarrub (mendekat)
kepada Allah, sedang orang-orang- yang telah sampai, mereka tertarik oleh nur
yang langsung dari Tuhan bukan sebagai hasil ibadat, tetapi semata-mata kurnia
rahmat Allah. Maka orang-orang shalih menuju ke alam nur, sedangkan yang telah
sampai berkecimpungan di dalam nur, sebab orang yang telah sampai itu telah bersih
dari segaia sesuatu selain Allah'
Sebagai firman
Allah :
DALIL
Katakanlah :
Allah, kemudian biarkan yang lain-lain di dalam kesibukan mereka berkecimpung
(bermain-main)'
Hakikat tauhid
itu bila telah tidak melihat pengaruh-pengaruh sesuatu selain Allah, dan inilah
yang bernama haqqul-yaqin' dan melihat, merasa adanya pengaruh dari suatu
selain Allah itu hanya permainan belaka, dan itu bersifat penipuan atau
munafik' Katakanlah : Allah, yakni jangan menganggap/melihat ada sesuatu selain
Allah yang dapat kau harap, kau takuti atau berkuasa sebab semua harapan kepada
sesuatu selain Allah berarti syirik, terang atau samar, besar atau kecil dalam
pengertian syirik hampir tiada berbeda.
DALIL
40) Usahamu untuk mengetahui ciri-ciri yang masih ada di dalam dirimu, itu
lebih baik dari usahamu untuk terbukanya bagimu tirai ghaib.
Kata orang arif : Jadilah hamba Allah yang selalu ingin mencapai Istiqamah,
dan jangan menjadi hamba yang menuntut keramat. Istiqamah berarti menunaikan
kewajiban, sedang keramat berarti menuntut kedudukan. Sedang karamah atau
kedudukan yang diberikan Allah kepada seorang wali-itn, sebagai hasil dari
Istiqamah. Istiqamah berarti tetap dalam Ubudiyah, tidak berubah iman
kepercayaannya kepada Allah, ke'Tuhanan Allah, kekuasaan Allah dan
kebijaksanaan Allah, baik
dalarn sehat atau
sakit, senang atau susah, suka atau duka, kaya atau miskin.
DALIL
41 ) Alhaq yaitu Allah ta' ala, tiada terhijab oleh sesuatu apapun, sebab
tidak mungkin adanya sesuatu yang dapat menghijab Atlah ta'ala. Sebaliknya manusialah
yang terhijab sehingga tidak dapat melihat adanya Allah.Sebab sekiranya ada
sesuatu yang menghijab Allah, berarti sesuatu itu dapat menutupi Allah, dan
andaikata ada futup bagi Allah, berarti wujud .Allah dapat terkurung,.dan
sesuatu yang mengurung itu. dapat menguasai yang dikurung, padahal Allah yang
berkuasa atas semua makhlukNya.
DALIL
42) Keluarlah dari sifat-sifat kemanusiaanmu (yakni yang jelek dan rendah),
ialah semua sifat yang menyalahi kehambaanmu' supaya mudah bagimu untuk
menyambut panggilan Allah dan mendekat kepadaNya'
Sifat sifat
manusia yang berhubungan dengan faham agama terbagi dua : Lahir yaitu yang dilakukan
dengan anggota jasmani' dan Batin yaitu yang berlaku alam hati (rohani)' Sedang
yang berhubungan dengan anggota lahir juga terbagi dua : Yang sesuai dengan
perintah bernama taat dan yang *nyalahi perintah bernama maksiat' Demikian pula
yang berhubungan dengan hati terbagi dua : Yang sesuai dengan hakikat
(kebenaran) bernama iman dan ilmu' dan yang berlawanan dengan hakikat kebenaran
bernama nifaq dan kebodohan.
Sifat-sifat yang
jelek (rendah) yaitu : Hasud' iri hati' dengki,sombong,mengadu,domba, merampok
dan gila pangkat' sangat cinta pada dunia, dan tamak, rakus dan lain-lain
sebagainya'
Dan dari
sifat-sifat jelek ini akan timbul cabang-cabangnya yang berupa permusuhan
kebencian, merendah terhadap orang kaya' menghina orang miskin, bermuka-muka, sempit
dada, hilang kepercayaan terhadap jaminan
Allah, kejam, tidak malu dan lain-lain sebagainya'
Apabila seorang
telah dapat mengusir dan membersihkan diri dari sifat-sifat yang rendah, yang
bertentangan dengan kehambaan itu, maka pasti ia ukan sanggup menerima dan
menyambut tuntunan Tuhan baik yang langsung dalam ayat-ayat Qur'an atau yang
berupa tuntunan dan contoh yang diberikan oleh Rasulullah saw.Dan dengan demikian
berarti ia telah mendekat ke hadirat Tuhan'
Sifat ubudiyah
(kehambaan) ialah patuh taat terhadap semua perintah dan larangan mengerjakan
perintah dan meninggalkan larangan tanpa membantah dan merasa keberatan'
DALIL
43)Pokok dari semua
maksiat dan kelalaian serta syahwat itu, karena ingin memuaskan hawa nafsu'
Sedang pokok dari segala ketaatan,-kesadaran dan kesopanan akhlak budi 'ialah karena
ada pengekangan (penahanan) terhadap hawa nafsu.
Sebagaimana
firman Allah :
* !$tBur äÌht/é& ûÓŤøÿtR 4 ¨bÎ) }§øÿ¨Z9$# 8ou$¨BV{ Ïäþq¡9$$Î/ wÎ) $tB zOÏmu þÎn1u 4 ¨bÎ) În1u Öqàÿxî ×LìÏm§ ÇÎÌÈ
53. dan aku tidak membebaskan diriku (dari kesalahan), karena
Sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang
diberi rahmat oleh Tuhanku. Sesungguhnya Tuhanku Maha Pengampun lagi Maha
Penyanyang. (Yusuf 53).
Abu Hafsh berkata : Siapa yang tidak menuduh hawa nafsunya sepanjang masa,
dan tidak menentangnya dalam segala
hal, dan tidak aenariknya ke jalan kebaikannya,
maka ia telah tertipu. Dan siapa yang memandang padanya dengan merasa sudah baik, berarti telah membinasakannya.
Al-Junaid berkata : Jangan mempercayai hawa nafsumu, meskipun telah lama taat kepadamu, untuk berbuat ibadat kepada
Tuhanmu.
Al-Bushiry dalam Burdahnya berkata : Tentang selalu
hawa nafsu dan syaithan dan jangan menurutkan keduanya, meskipun keduanya itu memberi nasehat kepadamu untuk berbuat kebaikan, tetap engkau harus
curiga dan berhati-hati.
DALIL
44) Dan sekiranya engkau berkawan seorang bodoh yang tidak menurutkan hawa
nafsunya, lebih baik daripada berkawan seorang alim yang selalu menurutkan hawa
nafsunya. Maka ilmu. Apakah yang dapat digelarkan bagi seorang alim yang selalu
menurutkan hawa nafbunya itu, sebaliknya kebodohan apakah yang dapat disebutkan
bagi seorang yang sudah dapat mengekang (menahan) hawa nafsunya.
Bagaimana akan
dinamakan bodoh, seorang yang telah dapat menahan dan mengekang hawa nafsunya,
sehingga membuktikan bahwa semua amal perbuatannya hanya semata-mata untuk
keridhaan Allah dan bersih dari dorongan hawa nafsu. Sebaliknya apakah arti suatu
ilmu yang tidak dapat menahan atau memimpin hawa nafsu dari sifat kebinatangan
dan kejahatannya.
Dalam sebuah
hadits ada keterangan :
DALIL
Seorang itu akan
mengikuti pendirian sahabat karibnya, karena itu hendaknya seseorang itu memperhatikan,
siapakah yang harus dikawaninya'
Ahli syair berkata :
DALIL
Siapa bergaul
dengan orang-orang yang baik, akan hidup mulia. Dan yang bergaul dengan orang-orang
yang rendah akhlaqnya pasti tidak mulia.
45) Sinar matahati itu dapat
memperlihatkan kepadamu dekatnya Allah kepadamu. Dan matahati itu sendiri dapat
memperlihatkan kepadamu ketiadaanmu karena wujud (adanya) Allah, dan hakikat matahati
itulah yang menunjukkan kepadamu, hanya adanya Allah, bukan 'adam (ketiadaanmu)
dan bukan pula wujudmu.
Syu'aa'ulbashiirah yaitu cahaya akal. Ainul bashirah yaitu cahayailmu. Dan
haqqul bashirah yaitu cahaya ilahi.
Maka orang-orang
yang menggunakan akal mereka, masih merasa adanya dirinya dan dekatnya kepada
Tuhan (yakni Allah selalu meliputi mereka dan mengurung mereka). Sedang
orang-orang yang menggunakan nurul ilmu merasa dirinya tidak ada jika dibandingkan
dengan adanya Allah. Sedang ahli ha.kikat hanya rneiihat kepada Allah dan tidak
melihat apapun di sampingnya. Bukannya mereka tidak melihat adanya alam
sekitamya, tetapi karena alam sekitarnya itu tidak berdiri sendiri, tetapi
selalu berhajat kepada Allah, maka adanya alam ini tidak menarik perhatian
mereka, karena itu mereka menganggap bagaikan tidak ada.
DALIL
46) Telah ada Allah, dan tiada suatu di sarnpingNya, cian Ia kini sebagaimanadaNya
semula. Demikian contoh maqam fana', tiada melihat sesuatu kecuali Allah.
Bagaikan seorang
di dalam gedungnya, kemudian ia mengisi rumah dengan segala perabot dan boneka
atau patung" lalu ditanya : Siapakah yang ada di dalam gedung itu ?
Jawabnya : Hanya ia seorang, yakni sernua boneka dan berhala itu tidak dapat
disebut sebagai ternan atau kawannya. Demikian orang ahli hakikat tidak melihat
adanya sesuatu yang dapat disebut cli samping Allah.
DALIL
47) Jangan melanggar/melampaui niat tujuanmu (hasrat harapanmu) kepada
lain-lainNya" Maka Tuhan yang maha rnurah itu tidak dapat diliwati oleh
sesuatu harapan (angan-angan).
Perasaan yang
luhur enggan membuka hajat kebutuhannya kepada orang yang tidak dermawan, dan
tidak ada yang derrnawan pada hakikat yang sebenarnya kecuali Allah ta'ala.
Al-Junaid berkata:Al-Karim (Dermawan) itu ialah yang memberi hajat
kebutuhan sebelum diminta.
Ada pula pendapat : Al-Karim ialah yang tidak pernah mengecewakan harapan
orang yang berangan-angan (berharap)" Al-Karim yaitu apabila berkuasa
memaafkan, dan bila berjanji menepati, dan bila memberi lebih memuaskan dari
harapan, dan tidak hirau berapa pemberiannya, dan kepada siapa memberinya,
DALIL
48) Jangan mengadu/rneminta sesuatu hajat kepada lain Allah, sebab Ia sendiri
yang memberi/menuJunkan hajat itu kepadamu. Maka bagaimanakah sesuatu selain
Allah akan dapat menyingkirkan sesuatu yang diletakkan oleh Allah. siapa yang
tidak dapat menyingkirkan bencana yang menimpa dirinya sendiri, maka
bagaimanakah akan dapat menyingkirkan bencana dari lainnya.
Tibanya sesuatu
bencana itu menyebabkan engkau berhajat kepada bantuan pertolongan, maka dalam
tiap hajat jangan mengharap kepada lain Allah, sebab segala sesuatu selain
Allah itu juga berhajat seperti kau. sebab siapa yang menyandar (menggantungkan
nasib) pada sesuatu selain Allah, berarti tertipu
oleh sesuatu bayangan khayal, sebab tidak ada yang tetap selain Allah
yang selalu tetap karunia dan nikmat rahmatNya kepadamu.
Athaa' Al-Khurdsani berkata : saya bertemu dengan wahab bin
Munabbih di suatu jalan, maka saya berkata : Ceritakan kepadaku suatu hadits
yang dapat saya ingat, tetapi persingkatlah. Maka berkata Wahb : Allah telah mewahyukan kepada nabi Dawud as :
Hai Dawud, demi kemuliaan dan kebesaranKu, tiada seorang hambaKu yang minta tolong
kepadaKu dengan sungguh-sungguh kepadaKu, tidak pada lainnya, dan saya ketahui
yang demikian dari niatnya, kemudian orang itu akan diperdaya oleh penduduk langit
yang tujuh dan bumi yang tujuh, rnelainkan pasti Aku akan menghindarkannya dari
semua itu, sebaliknya demi kemuliaan dan kebesaranKu, tiada seorang yang
berlindung kepada seorang makhlukKu, tidak kepadaKu dan Aku ketahui yang
demikian dari niatnya melainkan Aku putuskan ia dari rahmat yang dari langit,
dan Aku longsorkan bumi di bawahnya, dan tidak Aku hiraukan dalam lembah jurang
yang lrlana ia binasa.
Muhammad hin Husain bin Hamdan berkata : Ketika saya di
majlis Yazid bin Flarun, saya bertanya kepada seorang yang duduk disarnpingku :
Siapakah namamu? Jawabnya : Saied. Saya bertanya : Siapakah gelarmu ? Jawabnya
: Abu Usman. Lalu saya bertanya tentang keadaannya.
Jawabnya : Kini telah habis belanjaku. Lalu saya tanya : Dan siapakah yang
engkau harapkan untuk kepentinganmu itu ? Jawabnya : Yazid bin Harun. Maka saya
berkata kepadanya : jika demikian , rnaka ia tidak menyarnpaikan hajatmu, dan
tidak akan membantul meringankan kebutuhanmu. Dia bertanya : Dari mana engkau
rnengetahui Hal itu ? Jawabku : Saya telah membaca dalam sebuah kitab :
Bahwasanya Allah telah berfirman : Demi kemuliaanKu dan kebesaranKu, dan kemurahanKu
dan ketinggian kedudukanKu, di atas arsy' Aku akan rnematahkan harapah orang
yang mengharap kepada lainKu dengan kekecewaan, dan akan Aku pakaikan kepadanya
pakaian kehinaan di mata orang, dan Aku singkirkan ia dari dekatku, dan Aku
putuskan dari hubunganku. mengapa ia mengharap lainKu dalam kesukaran, padahal kesukaran
itu di tanganku, dan Aku dapat rnenyingkirkannya, dan mengharapkan kepada
lainKu serta mengetuk pintu lain, padahal kunci pintu-pintu itu tertutup, hanya
pintuKu yang terliuka bagi siapa yang berdoa minta kepadaKu. Siapakah yang
pernah rnengharapkan Aku untuk menghalau kesukarannya lalu Aku kecewakan?
Siapakah yang pernah mengharapkan Aku karena besar dosannya, lalu Aku putuskan
harapannya? Atau siapakah yang pernah rnengetuk pintuKu, lalu tidak Aku bukakan
? Aku telah mengadakan hubungan yang langsung antaraKu dengan angan-angan dan
harapan sernua rnakhlukKu maka mengapakah kau bersandar kepada lainKu. Dan Aku
telah rnenyediakan semua harapan hambaKu, tetapi tidak puas dengan
perlindunganKu, dan Aku telah memenuhi langitKu dengan makhluk yang tidak jemu bertasbih
kepadaKu dari para Malaikat dan Aku perintahkan mereka supaya tidak menutup
pintu antaraKu dengan para harnbaKu, tetapi mereka tidak percaya kepada
sabdaKu. Tidakkah mei-rgetahui bahwa siapa yang ditimpa oleh bencana yang Aku
turunkan, tiada yang dapat menyingkirkannya selain Aku, maka mengapakah Aku
melihat ia dengan segala angan-angan harapannya selalu berpaling dari padaKu, mengapakah
ia tertipu oleh lainKu. Aku teiah memberi kepadanya dengan kemurahanKu apa-apa
yang tidak ia minta, kemudian Aku yang mencabut dari padanya lalu ia tidak
minta kepadaKu untuk mengembalikannya. dan minta kepada lainKu. Apakah Aku yang
memberi sebelum diminta, kemudian jika dimintai lalu tidak memberi kepada
peminta ? Apakah aku bakhil (kikir), sehingga dianggap bakhil oleh hambaKu. Tidakkah dunia dan akherat itu semua
milikKu ?
Tidakkah semua
rahasia dan kurnia itu di tanganKu ? Tidakkah dermawan dan kemurahan itu
sifatKu ? Tidakkah hanya Aku tempat semua harapan ? maka
siapakah yang dapat memutuskannya daripadaKu. Dan apa pula, yang diharapkan
oleh orang-orang yang mengharap,
andaikan Aku
berkata kepada sernua penduduk langit dan bumi : Mintalah kepadaKu, kemudian
Aku member i kepada masing-masing orang fikiran apa yang terfikir pada semuanya,
lalu Aku beri semua itu tidak akan mengurangi kekayaanKu meskipun sekecil debu
? Maka bagaimana akan berkurang kekayaan yang
lengkap, sedang Aku yang mengawasinya ? Alangkah sial belaka) orang yang putus
dari rahmatKu, alangkah kecewa orang maksiat kepadaKu dan tidak rnemperhatikan Aku,
dan tidak melakukan yang haram dan tiada malu kepadaKu.
Maka orang itu
berkata : ulangilah keteranganmu itu, lalu menulisnya.
Kemudian ia
berkata : Demi AIlah setelah ini saya tidak usah menulis suatu keterangan yang
lain.
DALIL
49) Jika engkau tidak bersangka baik (husnudh-dhan) terhadap Allah ta'ala
karena sifat-sifat Allah .yang baik itu, sangkalah baik kepada Allah karena
kurnia pemberianNya kepadamu. Tidakkah selalu ia memberi nikmat dan kurniaNya
kepadamu ?
Apabila engkau
tidak dapat berbaik sangka terhadap Allah, karena Allah itu bersifat: Rabbul
alamien (Tuhan yang mencipta, melengkapi, memelihara dan rnenjamin seisi alam,
Arrahman, Arrahhiem: pemurah lagi Penyayang). Maka sudah selayaknya engkau
harus berbaik sangka kepada Allah, karena tiada henti-hentinya nikrnat kumia
Allah atas dirimu dan anak keluargamu. Yakni sejak engkau berupa mani hingga
matimu.
Dan sebaik-baik
husnudh-dhan (baik sangka) terhadap Allah, diwaktu menerirna nikmat Allah yang
berupa ujian (bala'), bagaikan ayah yang menyambuk putera yang amat disayang,
demi untuk kebaikan putera itu sendiri.
Firmarr Allah :
DALIL
Mungkin kamu
enggan (tidak menyukai) sesuatu padahal itu baik bagimu. (S. Al-Baqarah 216).
DALIL
Mungkin kamu
e:nggan (tidak menyukai) sesuatu, sedang Allah telah menjadikan pada apa yang
tidak engkau sukai itu kebaikan yang sebanyak-banyaknya (S" Annisaa' 19').
Jabir ra. berkata : Bersabda Rasulullah saw. : Siapa yang dapat melakukan
husnudh-dhan (baik sangka) kepada Ailah, sehingga ia tiada mati kecuali tetap
dalam husnudh-dhan terhadap Allah, maka harus berbuat demikian
Kemudian
membacakan ayat :
DALIL
Dan itulah jahat
sangkamu kepada Tuhanmu itulah yang membinasakan kamu. (S. Haa'Mim Fussilat (Assajdah) ayat 23).
Abuhurairah ra.
berkata : Bersabda Nabi saw. : Sesungguhnya baik sangka terhadap Allah i t u ,
sebaik.baik kelakuan ibadat kepada Allah. (Atau : Sesungguhnya baik sangka terhadap
Allah itu dari sebab baiknya ibadat kepada .Allah).
Ibnu Mas'ud ra. bersumpah : Demi Allah tiada seorang yang baik
sangka terhadap Allah, melainkan pasti Allah akan memberikan kepadanya apa yang
ia sangka, sebab kebaikan itu semuanya di tangan Allah, maka apabila Allah
telah memberi husnudh-dhaa, berarti Allah akan memberi apa yang disangkanya
itu. maka Allah yang memberinya husnudh-dhan berarti akan melaksanakannya.
Abu Said Al-Khudry ra. berkata : Rasulullah saw. sambang orang sakit,
maka Rasulullah bertanya kepada orang yang sakit itu : Bagaimanakah sangkamu
terhadap Tuhanmu ? Jawabnya : Ya Rasulullah husnudh-dhan. Maka bersabda Nabi
saw. : Sangkalah sesukamu kepada Allah, maka Allah selalu akan memberi apa yang
disangka oldh orang mukmin.
DALIL
50) Keajaiban yang sangat mengherankan (ajaib) terhadap orang yang lari
dari apa yang sangat dibutuhkan, dan tidak dapat lepas dari padanya, dan
berusaha mencari apa yang tidak akan kekal padanya. Sesungguhnya bukan mata
kepala yang buta, tetapi yang buta ialah" matahati yang di dalam dada.
Seorang yang
melarikan diri dari panggilan Tuhan untuk berbuat ibadat semata-mata karena
ingin mernuaskan hawa nafsu syahwatnya, nyata-nyata sebagai tanda buta
matahatinya, sebab ia telah mengutamakan bayangan daripada hakikat, mengutamakan
yang sementara dan meninggalkan yang kekal abadi, mengutamakan yang rusak daripada
yang tetap kekal untuk selamanya.
Dalil
51 ) Jangan berpindah dari satu alam ke alam yang lain, berarti sama dengan
himar (keledai) yang berputar di sekitar penggilingan, ia berjalan menuju ke
tempat tujuan, tiba-tiba itu pula tempat yang ia mula-mula berjalan
daripadanya, tetapi hendaklah engkau pergi dan semua alam menuju kepada
pencipta alam; Sesunggunya kepada Tuhanmu puncak segala tujuan.
Jangan berpindah
dari syirik yang terang ke alam syirik yang samar. Amal kebaikan yang dinodai
oleh riya', sum'ah mengharap pujian orang), tidak dianggap oleh syariat/tidak
diterima oleh Allah' Dan apabila telah bersih dari semua itu, kemudian beramal
terdorong oleh karena menginginkan kedudukan atau kekayaan, atau kekeramatan dunia
atau akherat, sebab itu masih termasuk alam hawa nafsu, tetapi belum mencapai
tujuan ikhlas yang berarti bersih dari segala tujuan selain melulu kepada
Allah, yakni sepi ing pamrih. Karena itu selama berpindah dari alam ke alam
tidak berbeda dengan keledai yang berputar di sekitar penggilingan, tetapi
seharusnya sekali berangkat dari alam langsung menuju pencipta alam.
Karena itu Nabi Isa as. pernah berkata kepaila sahabat hawariyyin : Semua yang
ada padamu dari berbagai nikmat kesenangan itu langsung dari kurnia Allah kepadamu, maka manakah kiranya yang lebih besar harganya (nilainya) ?
Apakah pemberiannya, ataukah yang
memberi ? "Wa
anna ila Rabbiknl-muntaha" : Sesungguhnya kepada Tuhanmu itulah puncak
segala tujuan. Sebab siapa yang telah mendapatkan Allah, berarti telah mencapai
segala sesuatu, baikpun urusan dunia maupun urusan akherat.
DALIL
52) Dan perhatikan sabda Nabi saw. : Maka siapa yang hijrahnya menuju
kepada Allah dan Rasulullah(karena menurut perintah Allah dan Rasulullah), maka
hijrahnya akan sampai diterima oleh Allah dan Rasulullah. Dan siapa yang hijrah
karena kekayaan dunia yang akan di dapat, atau karena perempuan yang akan
dikawin, maka hijrahnya terhenti pada apa yang ia hijrah kepadanya. Carikanlah sabda
Nabi saw. ini dan perhatikan persoalan ini jika engkau mempunyai
kecerdasan faham.
Dan yang utama dalarn
hadits ini ialah sabda Nabi saw. Bahwa hijrah yang tadak niat ikhlas kepade
Allah akan terhenti pada tujuan yang sangat rendah dan tidak berarti, dan tidak
akan mencapai keridhaan Allah. Seorang minta nasehat kepada,Abu Yazid
Al-busthami, maka berkata abu Yazid : Jika Allah menawarkan kepadamu akan diberi
kekayaan dari Arsy sampai ke bumi, rnaka katakanlah : Bukan itu ya Allah,
tetapi hanya Engkau ya Allah Tujuanku.
Abu Sulairnan Addarani berkata : Andaikan aku disuruh pilih antara
masuk surga jannatul-Firdaus dengan sernbahyang dua rakaat, niscaya saya pilih
sembahyang dua rakaat. Sebab di dalam surga saya dengan bagianku, dan dalam
sembahyang aku dengan Tuhanku"
Asysyibli ra. berkata : Berhati-hatilah dari ujian Allah, meskipun dalam
perintah : Kuluu wasyarabuu (makan dan minumlah). Sebab dalam pemberian nikmat
itu ada ujian untuk diketahui, siapakah yang silau dan lupa kepadaNya setelah
menerima nikmat, dan siapa yang tetap padaNya sebelum dan sesudah menerirna
nikmat.
Seorang penyair berkata : Sembahyang dan puasa karena sesuatu yang ia harapkan
sehingga
setelah tercapai hajatnya
tidak sembahyang dan tidak puasa.
53) Jangan berkawankan seorang yang tidak rnembangkitkan semangat taat
kepada Allah, amal kelakuannya dan tidak memimpin engkau ke jalan Allah
kata-katanya.
Dalam hadits :
DALIL
Seorang akan
mengikuti pendirian (kelakuan) temannya, karena itu tiap orang harus memilih
siapakah yang harus didekati sebagai kawan (teman).
Sufyan Astsaury berkata : Siapa yang bergaul dengan orang banyak harus mengikuti
mereka, dan siapa mengikuti rnereka harus bermuka-rnuka pada mereka, dan siapa
yang bemuka-muka kepada mereka, maka binasa seperti mereka pula.
Sahl bin Abdultah berkata : Berhati-hatilah jangan berkawan dengan tiga macam
manusia :
1. Pejabat
pemerintah yang kejam.
2. Ahli'quraa'
yang bermuka-muka.
3. Orang tasawuf
gadungan (yang bodoh tentang hakikat tasawuf)"
Ali-bin Abi Thalib ra. berkata : Sejahat-jahat teman yang memaksa
engkau bermuka-muka dan memaksa engkau minta maaf atau selalu mencari alasan.
DALIL
54) Kemungkinan engkau berbuat kekeliruan (dosa)' maka ditampakkan kepadamu
sebagai kebaikan, oleh karena persahabatanmu kepada orang yang jauh lebih
rendah akhlak (Iman) daripadamu'
Bersahabat dengan
yang lebih rendah budi, iman itu, sangat bahaya, sebab persahabatan itu
pengaruh mempengaruhi, percaya mempercayai, sehingga dengan demikian sukar
sekali untuk dapat melihat atau mengoreksi kesalahan sahabat yang kita sayangi,
bahkan kesetiaan sahabat akan rnembela kita dalam kesalahan dan dosa kekeliruan
itu, yang dengan itu kami pasti akan binasa karenanya' Sedang seorang tidak
dapat mengoreksi diri sendiri, kecuali dengan kacamata orang lain; tetapi jika
justru kacamata orang laih itu.pula mengelabui kita, maka bahayalah yang pasti
menimpa pada kita.
DALIL
55) Tidak dapat dianggap kecil/sedikit amal perbuatan yang dilakukan dengan
ikhlas (sepi ing pamrih) dan tidak dapat dianggap banyak amal yang dilakukan
oleh seorang yang tidak ikhlas.
Ali bin Abi
Thalib ra. berkata : Tumpahkan semua hasrat keinginanmu itu kepada usaha untuk
diterimanya amal perbuatanmu, sebab tidak dapat dianggap kecil/sedikit amal perbuatan
yang diterima oleh Allah :
Firman Allah :
DALIL
Sesungguhnya
Allah hanya menerima amal perbuatan dari orang yang'bertakwa (ikhlas baginya,
dan tepat menurut ajarannya).
Abdullah bin Mas'ud ra. berkata : Dua rakaat yang dilakukan oleh
orang alim yang mengerti dan ikhlas (tidak rakus kepada dunia), lebih baik dari
ibadat orang-orang ahli ibadat sepanjang masa.
Abu Sulaiman Addarany bertanya kepada Ma'ruf Al-Karkhi : Mengapakah
orang-orang itu kuat taat sampai sedemikian rupa banyaknya? Jawabnya : Karena mereka telah membersihkan hati mereka daripada cinta. kepada dunia,
andaikata masih ada sedikit cinta
dunia, tidak akan diterima dari mereka amal perbuatan itu.
Seorang shalih
mengeluh kepada Abu Abdilah Alqurasyi; bahwa ia telah berbuat berbagai amal
kebaikan, tetapi belum bisa merasakan kelezatan amal kebaikan itu dalam
hatinya. Jawab Abu Abdullah Alqurasyi : Karena engkau masih memelihara puteri
iblis yaitu kesenangan dunia, dan lazimnya ayah itu selalu berziarah kepada
puterinya.
DALIL
56) Baiknya amal perbuatan itu, sebagai hasil dari baiknya budi dan hati,
dan baiknya hati itu sebagai hasil dari kesungguhan istiqammah pada apa yang
diperintah oleh Tuhan (yakni tidak bergerak dari apa yang didudukkan oleh Tuhan).
Amal yang baik
itu hanya yang diterima oleh Tuhan, dan itu pasti karena baik dalam segi
keikhlasan kepada Allah' dan tidak mungkin ikhlas kecuali jika ia mengerti
benar-benar kedudukan dirinya terhadap Tuhannya.
Abu Hamid Alghazzaly berkata : Tiap tingkat dalam
kepercayaan/keyakinan itu mempunyai ilmu, dan hal (perasaan) dan amal
perbuatan.
Ilmu-yaqin (keyakinan yang didapat dari pengertian teori pelajaran).
Ainul-yaqin keyakinan yang didapat dari fakta kenyataan lahir
setelah terungkap/terbuka).
Haqqul-yaqin (keyakinan yang benar-benar langsung dari Allah,dan
tidak dapat diragukan sedikitpun, yaitu keyakinan yang mutlak'
DALIL
57) Jangan meninggalkan dzikir, karena engkau belum selalu ingat kepada
Allah di waktu berdzikir, sebab kelalaianmu terhadap Allah ketika tidak
berdzikir lebih berbahaya daripada kelalaianmu terhadap Allah ketika kamu
berdzikir.
Semoga Allah
menaikkan derajatmu daripada dzikir dengan kelalaian, kepada dzikir yang
disertai ingat (sadar) terhadap Allah, kemudian naik pula dari dzikir dengan
kesadaran ingat, kepada dztkir yang disertai rasa hadir, dan dari dzikir yang
disertai rasa hadir kepada dzikir hingga lupa terhadap segala sesuatu selain
Allah. Dan yang demikian itu bagi Allah tidak sukar (tidak berat).
Memindah
(menaikkan) dari satu tingkat ke lain tingkat (derajat), dzikir adalah
satu-satunya jalan yang terdekat menuju kepada Allah, bahkan yang sangat mudah
dan ringan.
Abu Qasim Aiqusyairy berkata : Dzikir itu simbul wilayah (kewalian),
dan pelita penerangan untuk sarnpai, dan tanda sehatnya permulaannya, .dan
menunjukkan jernihnya akhir puncaknya, dan tiada suatu amal yang menyamai
dzikir, sebab segala amal perbuatan itu ditujukan untuk berdzikir, maka dzikir
itu bagaikan jiwa dari segala amal. Sedang kelebihan dzikir dan keutamaannya
tak dapat dibatasi.
Firman Allah :
þÎTrãä.ø$$sù öNä.öä.ør& (#rãà6ô©$#ur Í< wur Èbrãàÿõ3s? ÇÊÎËÈ
152. karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya aku ingat
(pula) kepadamu[98], dan bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu mengingkari
(nikmat)-Ku.
[98] Maksudnya:
aku limpahkan rahmat dan ampunan-Ku kepadamu.
DALIL
Berdzikirlah kamu
kepadaKu niscaya Aku berdzikir kepadamu. (Al-Baqarah
152).
Dalam hadits
qudsy, Allah berfirman :
DALIL
Aku selalu
mengikuti sangkaan hambaKu terhadap diriku, dan Aku setalu menyertainya ketika
ia berdzikir kepadaKu.
Jika ia berdzikir
dalam hati peribadinya (sendirian). Akupun berdzikir padanya dalam diriKu dan
jika ia berdzikir padaKu di depan umum, Akupun berdzikir padanya di muka umum
yang lebih baik dari golongannya, dan bila ia mendekat padaku sejengkal Aku mendekat
padanya sehasta, dan bila ia mendekat padaku sehasta, Aku mendekat padanya
sedepa, dan bila ia datang kepadaku berjalan, Aku datang kepadanya berjalan
cepat (berlari). " .
Abdullah bin Abas ra. berkata : Tiada suatu kewajiban yang diwajibkan
oleh Allah pada hambaNya melainkan ada batas-batasnya, kemudian bagi
orang-orang yang berudzur dimaafkan bila tidak dapat melakukannya, kecuali
dzikir maka tidak ada batas, dan tidak ada udzur yang dapat diterima untuk
tidak berdzikir, kecuali jika berubah ,orang gila).
Firman Allah
tûïÏ%©!$# tbrãä.õt ©!$# $VJ»uÏ% #Yqãèè%ur 4n?tãur öNÎgÎ/qãZã_ tbrã¤6xÿtGtur Îû È,ù=yz ÏNºuq»uK¡¡9$# ÇÚöF{$#ur $uZ/u $tB |Mø)n=yz #x»yd WxÏÜ»t/ y7oY»ysö6ß $oYÉ)sù z>#xtã Í$¨Z9$# ÇÊÒÊÈ
191. (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri
atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan
langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan Kami, Tiadalah Engkau
menciptakan ini dengan sia-sia, Maha suci Engkau, Maka peliharalah Kami dari
siksa neraka.
Bagi orang yang
sempurna akal, iaLah mereka yang selalu berdzikir pada Allah sambil berdiri,
duduk dan berbaring di atas pinggangnya.
Firman Allah :
(S. Al-Imraan
191).
Hai sekalian
orang yang beriman : Berdzikirlah kamu kepada Allah sebanyak-banyaknya dzikir.
Dan bertasbihlah (mengagumkan) Allah pada pagi dan petang.Yakni pagi, siang,
sore, malam, di darat, di laut, di udara, pergi dan tidak pergi, yakni pada
segala tempat dan masa, bagi yang kaya, miskin, sehat, sakit, terang-terangan
atau sembunyian dengan lisan atau hati dan pada segala hal keadaan
DALIL
58) Sebagian daripada tanda matinya hati. yaitu iika tidak merasa sedih
(susah) karena tertinggalnya suatu amal perbuatan kebaikan, (kewajiban), juga
tidak menyesal jika terjadi berbuat suatu pelanggaran dosa.
Dalam Suatu
hadits Rasulullah saw. bersabda :
DALIL
Siapa yang merasa
senang oleh amal kebaikannya, dan merasa sedih/menyesal atas perbuatan dosanya,
maka ia seorang mukmin (beriman).
Abdullah bin Mas'ud ra. berkata : Ketika kami dalam majlis Rasulullah
saw. tiba-tiba datang seorang turun dari kendaraannya dan mendekat kepada Nabi
saw. dan berkata : Ya Rasulullah, saya telah melelahkan kendaraanku selama
sembilan hari, maka saya jalankan terus menerus selama enam hari, tidak tidur
diwaktu malam dan puasa pada siang hari, hingga lelah benar kendaraanku ini . keperluannya
hanya untuk menanyakan kepadamu dua masalah yang telah merisaukan hatiku hingga
tidak dapat tidur.
Lalu ditanya oleh Nabi saw. : Siapakah engkau ? Jawabnya : Zaidul-Khoir.
Berkata Nabi : Engkau Zaidul-Khoir, tanyakanlah kemungkinan sesuatu yang sukar
itu aku sudah pernah ditanyainya.
Berkata Zaid : Saya akan bertanya kepadamu tandanya orang yang disukai
oleh Allah dan yang tidak disukai (yang dimurkai)? Jawab Nabi saw : Untung, untung.
bagaimanakah keadaanmu kini hai Zaid.
Jawab Zaid : Saya kini suka kepada amal
kebaikan dan orang-orang yang melakukan amal kebaikan, bahkan suka akan
tersebarnya amal kebaikan itu, dan bila aku ketinggalan merasa menyesal dan
rindu pada kebaikan itu, dan bila aku berbuat amal sedikit atau banyak, tetap
saya yakin akan pahalanya.
Jawab Nabi
saw. : Ya itu,
yaitulah dia, andaikan Allah tidak suka kepadamu, tentu engkau disiapkan untuk
melakukan yang lain dari itu, dan tidak perduli di jurang yang mana engkau akan
binasa.
Berkata Zaid
:
Cukup-cukup, lalu ia berangkat kembali di atas kendaraannya itu.
59) jangan
sampai terasa bagimu kebesaran sesuatu dosa itu, dapat merintangi engkau dari
husnudh-dhan (baik sangka) Allah ta'ala, sebab siapa yang benar-benar mengenal
Allah taala maka akan menganggap kecil dosanya itu di samping keluasan Allah.
Merasa besarnya
suatu dosa itu baik, jika menimbulkan rasa akan bertobat dan niat tidak akan
mengulanginya untuk selamanya. Tetapi jika merasa besarnya dosanya itu akan
menyebabkan putus rahmat dari Allah. merasa seolah-olah rahmat dan maaf Allah
tidak akan dapat memaafkan padanya, maka perasaan yang demikian itu lebih
bahaya baginya dari dosa yang telah dilakukannya, sebab putus harapan dari rahmat
Allah itu dosa besar dan itu perasaan orang kafir semata-mata.
Abdullah bin Mas'ud ra. berkata : Seorang mukmin melihat dosanya bagaikan
bukit yang akan merubuhinya, sedang orang munafik melihat dosanya bagaikan
lalat,yang hinggap diujung hidungnya, maka diusir dengan tangannya. nabi saw.
telah bersabda: Demi Allah yang jiwaku ada di tanganNya, andaikan kamu tidak
berbuat dosa niscaya Allah akan mematikan kamu, dan mendatangkan suatu kaum
yang berbuat dosa lalu istighfar (minta ampun) dan diampunkan bagi mereka itu.
Nabi saw. bersabda : Andaikan perbuatan dosa itu tidak lebih baik bagi
seorang mukmin daripada ujub (merasa sombong karena amal kebaikannya), maka
Allah tidak akan membiarkan seorang mukmin berbuat dosa untuk selamanya. Sebab
ujub itu menjauhkan seorang hamba dari Allah, sedang dosa itu menarik hamba
mendekat kepada Allah. Dan ujub merasa besar diri, sedang dosa merasa kecil dan
rendah dari sisi Allah.
DALIL
60) Tidak ada dosa kecil jika Allah menghadapi engkau dengan keadilanNya,
dan tidak berarti dosa besar jika Allah menghadapimu dengan kurniaNya.
Nabi saw.
bersabda :
DALIL
Tidak ada artinya
dosa besar jika disertai dengan Istighfar (minta ampun), dan tidak dapat
dianggap dosa kecil jika dikerjakan terus menerus.
Yahya bin Mu'aadz r . a . berkata : Jika Allah
menggunakan keadilannya tidak berarti segala amai kebaikan, dan bila Allah menghadapi
dengan kurniaNya maka tidak ada artinya segala dosa.
Yahya bin Mu'aad'z dalam berdoa ia berkata: Tuhanku, jika Engkau
kasih kepadaku, Engkau ampunkan semua dosaku, tetapi jika Engkau murka kepadaku
tidak Engkau terima amal kebaikanku.
DALIL
6l) Tiada suatu amal kebaikan yang dapat diharapkan diterima oleh Allah,
melebihi dari amal yang terlupa olehmu adanya dan remeh/kecil dalam pandanganmu
kejadiannya.
Amal kebaikan
yang pasti diterima oleh Allah, yaitu jika merasa bahwa arnal itu semata-mata
terjadi karena taufiq hidayah dari Allah, kernudian ia tidak berbangga dengan
amal itu, dan tidak merasa seolaholah sudah cukup baik dengan adanya amal itu.
Karena amal itu telah ditujukan kepada keridhaan Allah, maka tidak usah
diingat-ingat lagi. Sebab siapa yang merasa sudah beramal, jarang sekali yang
tidak merasa ujub/bangga dengan arnalnya itu. Dan itu suatu bahaya bagi amal
itu.
DALIL
62) Sesunggunya Tuhan memberikan kepadamu warid (yaitu ilmu pengertian atau
perasaan dalam hati, sehingga mengenal dan merasa benar-benar akan kebesaran
kurnia rahmat Allah). Hanya semata-mata supaya kau mendekat dan masuk ke
hadirat Allah.
DALIL
63)Allah memberikan kepadamu waarid itu semata-mata untuk menyelamatkan
engkau dari cengkeraman benda-benda' dan membebaskan dari perbudakan segala
sesuatu selain Allah.
DALIL
64) Allah rnemberikan kepadamu (warid kurnianya) supaya engkau keluar atau
terlepas dari kurungan bentuk kejadian dan sifat-sifatmu, ke alam luar yang
berupa ma'rifat mengenal kebesaran kekuasaan dan kurnia Tuhanmu.
Dalam tiga
pelajaran berkenaan dengan warid (kurnia Tuhan) , yang pertarna diberikan
kepadamu, supaya kau ringan melakukan taat ibadat dan mendekat ke hadirat
Allah, tetapi kemungkinan masih kurang ikhlas, maka diturunkan warid yang kedua
untuk melepaskan dari tujuan kepada sesuatu selain Allah, sedang warid yang
ketiga untuk melepaskan dirimu dari sifat-sifat wujud yang sempit kepada alam
melihat kebesaran Tuhan yang tidak terbatas, sehingga lupa kepada diri dan
hanya ingat kepada Allah semata-mata.
DALIL
65) Nur (cahaya-cahaya) iman, keyakinan dan dzikir itu semua sebagai
kendaraan yang dapat mengantarkan hati manusia ke hadirat Allah serta menerima
segala rahasia daripadaNya.
DALIL
66) Nur (cahaya terang) itu sebagai tentara yang membantu hafi, sebagaimana
gelap itu tentara yang membantu hawa nafsu. Maka apabila Allah akan rnenolong
seorang hambaNya, dibantu dengan tentara nur Ilahi dan dihentikan bantuan
kegelapan dan kepalsuan.
Nur (cahaya
terang) yang berupa tauhid, iman dan keyakinan itu sebagai tentara pembela
pembantu hati, sebaliknya kegelapan syirik dan ragu itu sebagai tentara
pembantu hawa nafsu' sedang perang yang terjadi antara keduanya tidak kunjung
berhenti' dan selalu menang kalah. Dan di sinilah terlihat jelas pengertian :
siapa yang diberi
petunjuk oleh Allah maka tidak ada yang
dapat menyesatkannya
DALIL
Dan siapa yang
disesatkan oleh Allah, maka tidak ada yang dapat menunjukinya.
siapa yang diberi
petunjuk (hidayat) oleh Allah maka ialah yang mendapat petunjuk hidayat, dan
siapa yang disesatkan oleh Allah, maka tidak akan engkau dapatkan pelindung
atau pemimpin untuknya.
DALIL
67) Nur itulah yang menerangi (membuka) dan bashirah (matahati) itulah yang
menentukan hukum, dan hati yang melaksanakan atau meninggalkan Nur itulah yang
menerangi baik dan buruk, lalu dengan matahati ditetapkan hukum, dan setelah
itu maka hatinya yang melaksanakan atau menggagalkannya.
DALIL
68) Jangan merasa gembira atas perbuatan taat (bakti) karena engkau merasa
telah dapat melaksanakannya, tetapi bergembiralah atas perbuatan taat itu,
karena ia sebagai. kurnia taufiq, hidayat dari Allah kepadamu.
ö@è% È@ôÒxÿÎ/ «!$# ¾ÏmÏFuH÷qtÎ/ur y7Ï9ºxÎ7sù (#qãmtøÿuù=sù uqèd ×öyz $£JÏiB tbqãèyJøgs ÇÎÑÈ
Katakanlah:
"Dengan kurnia Allah dan rahmat-Nya, hendaklah dengan itu mereka
bergembira. kurnia Allah dan rahmat-Nya itu adalah lebih baik dari apa yang
mereka kumpulkan".(Yunus 58)
Gembira atas
perbuatan taat itu jika karena merasa mendapat kehormatan kurnia dan rahmat
Allah sehingga dapat melakukan taat, maka itu baik" Sebaliknya.jika
gembira karena merasa diri sudah kuat dan sanggup melaksanakan taat, maka ini menimbulkan
ujub/sombong dan bangga yang akan membinasakan amal taat itu.
DALIL
69) Allah telah memutuskan orang-orang yang berjalan menuju kepadaNya. dan
yang telah sampai padaNya, daripada melihat/mengagumi amal (ibadat) dan keadaan
diri mereka. Adapun orang yang masih sedang berjalan, karena mereka dalam amal
perbuatan ibadat itu belum dapat melaksanakan dengan ikhlas menurut apa yang
diperintahkan. Adapun orang-orang yang telah sampai, maka karena mereka telah
sibuk melihat kepada Allah, sehingga lupa pada amal perbuatan sendiri.
Sehingga bila ada
perbuatan diri, maka itu hanya kurnia taufiq dari Allah semata-mata. Tanda
bahwa Allah telah memberikan taufiq hidayat pada seorang hamba, apabila
disibukkan hamba itu dengan amal perbuatan taat, tetapi diputuskan daripada
ujub dan bangga dengan amal perbuatan itu, karena merasa belum tepat
mengerjakannya, atau karena merasa bahwa perbuatan itu semata-mata kurnia Allah
sedang ia sendiri merasa tiada berdaya untuk melaksanakan, andaikan tiada
kurnia rahmat Allah.
DALIL
70) Tidak akan berkembang biak berbagai cabang kehinaan itu, kecuali di
atas bibit tamak.(kerakusan).
Sifat tamak
(rakus) itu adalah bibit dari segala macam kehinaan dan kerendahan.
Abubakar Al-Warraq Alhakiem berkata : Andaikan sifat
tamak itu dapat ditanyaii :
Siapakah ayahmu?
Pasti jawabnya : Ragu terhadap takdir Allah. Dan bila ditanya :
Apakah pekerjaan mu ?
Jawabnya : Merendahkan diri. Dan bila ditanya :
Apakah tujuanmu?
Jawabnya : Tidak dapat apa-apa. Ketika Sayyidina Ali bin Abi Thalib
ra. baru masuk ke masjid jami' di Basrah, didapatkan banyak orang yang memberi
ceramah di dalamnya. Maka ia menguji mereka dengan beberapa pertanyaan dan yang
ternyata tidak dapat menjawab dengan tepat, diusir dan tidak diizinkan memberi
ceramah di masjid itu, dan ketika sampai ke majlis
Al-Hasan Al-Basry, ia bertanya : Hai pemuda, saya akan bertanya
kepadamu sesuatu, jika engkau dapat menjawab, aku izinkan engkau terus mengajar
di sini, tetapi jika.engkau tidak dapat menjawab, aku usir engkau sebagaimana
lain-lain temanmu yang teiah aku usir itu.
Jawab Al-Hasan : Tanyakan sekehendakmu.
Sayyidina Ali bertanya : Apakah yang dapat mengukuhkan agama ?
Jawab Al-Hasan : Wara' (yakni berjaga-jaga diri/menjauh dari segala syubhat
dan haram). Lalu ditanya :
Apakah yang dapat merusak agama ?
Jawabnya : Tama.k (rakus). Imam Ali berkata kepadanya : Engkau
boleh tetap mengajar di sini, orang yang seperti engkau inilah yang dapat memberi ceramah kepada
orang-orang.
Seorang guru berkata : Dahulu ketika dalam permulaan bidayahku di lskandariyah,
pada suatu hari'ketika aku akan membeli suatu keperluan dari seorang yang
mengenal aku, timbul dalam perasaan hatiku mungkin ia tidak menerima uangku ini,
tiba-tiba terdengar suara yang berbunyi ; Keselamatan dalam agama hanya dalam memutuskan
harapan dari sesama makhluk wara' dalam agama itu rnenunjukkan adanya keyakinan
dan sempurnanya bersandar diri kepada Allah.
Wara' yaitu jika sudah merasa tiada hubungan antara dia dengan
makhluk. baik dalam pemberian, penerirnaan atau penolakan, dan
Semua itu hanya
terlihat langsung dari Allah ta'ala.
Sahl bin Abdullah berkata : Di dalam iman tidak ada pandangan
sebab perantara, sebab itu hanya dalam Islam sebelum mencapai iman.
Sernua hamba
pasti akan makan rizqinya, hanya mereka berbeda beda : ada yang makan dengan
berhina-hina yaitu peminta-peminta. ada yang makan rizqinya dengan bekerja
keras yaitu kaum buruh, ada yang makan rizqinya dengan menunggu, yaitu pedagang
yang menunggu lakunya barang. Adapun yang makan rizqinya dengan rasa mulya,
yaitu orang sufi yang merasa tidak ada perantara dengan Tuhan.
DALIL
71) Tiada sesuatu yang dapat memimpin/menuntun engkau seperti angan-angan
(bayangan yang kosong).
Wahm : Ialah
tiap-tiap angan-angan terhadap sesuatu selain dari Allah, yang berarti angan-angan
terhadap sesuatu yang tidak mungkin terjadi.
DALIL
72) Engkau bebas merdeka dari segala sesuatu yang tidak engkau butuhkan,
dan engkau tetap menjadi hamba kepada apa yang engkau harapkan (inginkan).
Andaikan tidak
ada keinginan-keinginan yang palsu, pasti orang akan bebas merdeka tidak akan
diperbudak oleh sesuatu yang tidak berarti (berharga). Contohnya : Burung elang
rajawali yang terbang tinggi di angkasa lepas, sukar seorang akan mendapat
menangkapnya, tetapi ia melihat sepotong daging yang tergantung pada perangkap,
maka ia turun oleh sifat tamaknya dari angkasa itu, maka terjebak oleh perangkap
itu sehingga ia menjadi permainan anak-anak kecil.
Fateh Al-Maushily ketika ditanya tentang contoh orang yang menurutkan syahwat
hawa nafsu dan sifat tamaknya, sedang tidak jauh dari tempat itu ada dua anak
yang sedang makan roti, yang satu hanya makan roti, sedang yang kedua makan
roti dengan keju, lalu yang makan roti ingin keju, maka ia berkata kepada
temannya : Berilah kepadaku keju.
Jawab temannya : Jika engkau suka saya jadikan anjingku, saya beri keju.
Jawab yang minta : Baiklah. Maka lalu diikat lehernya dengan tali sebagai
anjing dan dituntun. Berkata Fateh
kepada orang yang bertanya: Andaikata anak itu tidak tamak pada keju,
niscaya tidak menjadi anjing.Terjadi ada seorang murid didatangi oleh gurunya,
maka ia ingin menjamu gurunya, lalu ia ingin keluarkan roti tanpa lauk pauk,
dan tergerak dalam hati murid sekiranya ada lauk pauknya tentu lebih sempurna.
Kemudian setelah selesai dimakan oleh guru apa yang dihidangkan itu, bangunlah
guru itu keluar tiba-tiba di bawa ke penjara untuk ditunjukkan berbagai
macamnya orang-orang yang dihukum, baik yang dipukul atau dipotong tangan dan
lain-lainnya,
lalu berkata guru kepada muridnya : Semua orang-orang
yang kau lihat itu, yaitu orang yang tidak sabar makan roti saja tanpa lauk
pauk.
Ada seorang yang
baru dikeluarkan dari penjara, yang masih terikat kakinya dengan rantai ia
minta-minta sepotong roti kepada orang, maka dikatakan oleh orang yang dimintai
: Andaikan sejak dahulu engkau terima dengan sepotong roti, maka takkan terikat
kakimu itu. Ada seorang melihat seorang hakiem sedang makan dari rerontokan buah
yang jatuh di sungai, makaorang itu berkata : Hai orang hakiem, sekiranya
engkau mau kerja pada raja tentu engkau tidak sampai makan rerontokan buah
dalam sungai.
maka dijawab oleh Hakiem : Andaikan engkau suka menerima
makanan ini tidak usah menjadi
buruhnya raja
(budak raja).
DALIL
73) Siapa yang tidak suka menghadap (mendekat) kepada Allah dengan halusnya
pemberian kurnia Allah, maka akan diseret supaya " ingat kepada Allah
dengan rantai ujian (bala').
Siapa yang tidak
suka sadar dzikir kepada Allah ketika sehat afiat dan murah rizqi,.maka akan
dipaksa supaya dzikir ingat kepada Allah ,dengan tibanya bala' bencana. maka
dalam kedua hal itu Allah berkenan akan menuangkan nikmat kurnia yang
sebesar-besarnya kepada hambaNya-
DALIL
74) Siapa yang tidak mensyukuri nikmat Tuhan, maka berarti berusaha untuk
hilangnya nikmat itu, dan siapa yang syukur atas nikmat berarti telah mengikat
nikmat itu dengan ikatan yang kuat kukuh.
Firman Allah : Lain
syakartum laa dzii dannakum
Bila kamu
bersyukur, pasti Kami akan menambah nikmat bagimu.
Firman Allah :
Wammaa bikum minni mati faminallahhi
Tiada terjadi
suatu nikmat bagimu melainkan itu dari Allah (maka , itu dari Allah).
Firman Allah :
Waammaa bini mati robbika fahaddist
maka kau Adapun
terhadap nikmat pemberian Tuhanmu, pergunakan (ceritakan/sebarkan).
Annu'maan bin Basyir ra. berkata : Bersabda Nabi saw. : Siapa yang
tidak mensyukuri nikmat yang sedikit, maka tidak akan dapat mensyukuri nikmat
yang banyak, dan siapa yang tidak berterima kasih kepada sesama manusia berarti
tidak bersyukur kepada Allah.
Syukur : Ialah merasa dalam hati, dan menyebut dengan lidah, dan
mengerjakan dengan anggota badan.
Al-Junaid berkata : Ketika saya baru berusia 7 tahun hadir dalam majlis
Assariyussaqathi, tiba-tiba saya ditanya :
Apakah arti syukur ?
Jawabku : Syukur ialah tidak menggunakan suatu nikmat yang diberi Allah
untuk perbuatan maksiat.
Assary berkata: Saya kuatir kalau bagianmu dari kurnia Allah hanya dalam
lidahmu belaka. Berkata Al-Junaid :
Maka karena kalimat yang dikeluarkan oleh Assary itu saya selalu menangis,
kuatir kalau
benar apa yang dikatakan oleh Assary itu.
DALIL
75) Hendaknya kau
merasa takut jika kau selalu mendapat kurnra Allah, sebaliknya kau tetap dalam
perbuatan maksiat kepadaNya jangan sampai kurnia itu semata-mata istidraj
(dilulu) oleh Allah'
Sebagaimana
firman Allah : Sanastad rijuhum min haistulaa yaklamuna
Akan aku lulu
(putar) mereka itu dengan jalan yang mereka tidak mengetahui (tidak sadar).
Istidraj : Yaitu mengulur, memberi terus menerus supaya bertambah lupa
kemudian dibinasakan, juga berarti memperdaya.
Firman Allah :
$£Jn=sù (#qÝ¡nS $tB (#rãÅe2è ¾ÏmÎ/ $oYóstFsù óOÎgøn=tæ z>ºuqö/r& Èe@à2 >äó_x« #Ó¨Lym #sÎ) (#qãmÌsù !$yJÎ/ (#þqè?ré& Nßg»tRõs{r& ZptGøót/ #sÎ*sù Nèd tbqÝ¡Î=ö7B ÇÍÍÈ
44. Maka tatkala mereka melupakan peringatan yang telah
diberikan kepada mereka, Kamipun membukakan semua pintu-pintu kesenangan untuk
mereka; sehingga apabila mereka bergembira dengan apa yang telah diberikan
kepada mereka, Kami siksa mereka dengan sekonyong-konyong, Maka ketika itu
mereka terdiam berputus asa. (Al-An'aam 44).
Demikian contoh
istidraj : Tiap berbuat dosa ditambah dengan nikmat, dan dilupakan minta ampun
istighfar.
'DALIL
76) Setengah dari
ta;da kebodohan murid jika ia berbuat salah lalu ditangguhkan hukumannya, lalu
ia berkata : Andaikata termasuk dosa tentu sudah diputuskan bantuan dan sudah
dijauhkan. Ingatlah adakalanya telah diputuskan bantuan (kurnia) denganjalan
yang ia tidak merasa, meskipun hanya berupa tidak ada tambahan baru, dan
adakalanya pula ia telah dijauhkan padahal ia tidak mengetahui, meskipun jauh
itu hanya berupa membiarkan engkau menurutkan hawa nafsumu.
Abul-Qasim Al-Junaid ra. berkata : Ketika saya
sedang menunggu janazah bersama orang-orang banyak yang akan disembahyangkan di
masjid Assyuniziyah, tiba-tiba ada seorang miskin minta-minta, maka dalam
perasaan hatiku : Andaikan orang itu bekerja sedikit sedikit supaya tidak
minta-minta, tentu akan lebih baik baginya. Kemudian ketika pada malam harinya,
saya akan mengerjakan wirid yang biasa saya kerjakan pada tiap malam, terbsa
sangat berat dan tidak dapat berbuat apa-apa, sambil duduk akhirnya tertidurlah
mataku. Tiba-tiba mimpi orang-orang datang membawa orang miskin itu di di atas
talam, dan orang-orang itu berkata kepadaku : Makanlah daging orang ini sebab
engkau telah meng-ghibah padanya. Maka langsung saya sadar, dan saya tidak
merasa ghibah padanya hanya tergerak dalam hati, tetapi saya diperintahkan
harus minta halal kepada orang itu, maka tiap hari saya berusaha mencari orang
itu, akhirnya bertemu di tepi sungai sedang mengambil daun-daunan yang rontok
untuk dimakan dan ketika saya memberi salam kepadanya, langsung
ia berkata : Apakah akan mengulangi lagi hai Abul Qasim ?
Jawabku : Tidak. Maka ia berkata : Semoga Allah mengampunkan kami dan
kamu.
Tanda seorang mendapat taufiq itu ada tiga:
1. Mudah
mengerjakan amal kebaikan, padahal ia tidak niat dan bukan tujuannya.
2. Berusaha untuk
berbuat maksiat, tetapi selalu terhindar daripadanya.
3. Selalu terbuka
baginya kebutuhan dan hajat kepada Allah ta'ala
Tanda seorang yang dihinakan oleh Allah ada tiga:
1. Sukar melakukan
ibadat/taat, padahal ia sudah berusaha sungguh-sungguh.
2. Mudah
terjerumus ke dalam maksiat, padahal ia berusaha menghindarkannya.
3. Tertutupnya
pintu berhajat kepada Allah; sehingga merasa tidak perlu berdoa dalam segala hal.
Rasulullah saw.
bersabda :
DALIL
Tuhan telah
mendidik saya sebaik-baik didikan dan menyuruhku melakukan akhlaq yang
sebaik-baiknya.
DALIL
Yaitu dalam ayat:
Ambilah hati
mereka dengan suka memaafkan, dan anjurkan perbuatan-perbuatan yang baik dan
mudah, dan abaikanlah orang-orang yang masih bodoh, (angan dituntut) mereka
yang masih bodoh itu.
Seorang sufi kehilangan anak; hingga tiga hari tidak mendapat beritanya,
maka ada orang yang berkata kepadanya : Mengapa engkau tidak minta kepada Allah,
supaya mengembalikan anak itu kepadamu ?
Jawabnya : Tantanganku terhadap putusan Allah itu akan lebih berat bagiku
daripada hilangnya anak.
Abu Sulaiman Addarany ra. berkata : Allah relah
mewahyukan kepada Nabi Dawud as. : Sesungguhnya Aku menjadikan itu syahwat
hanya untuk orang-orang yang lemah dari pada hambaKu, karena itu awaslahlah
jangan sampai hatimu tertawan oleh syahwat itu, maka seringan ringan siksa
untuknya ialah aku cabut manisnya rasa cinta kepadaku dari dalam hatimu. Dalam
sebagian wahyu Allah kepada Dawud as. : Hai Dawud berpeganglah pada ajaranKu,
dan tahanlah nafsumu untuk kesenangan dirimu, jangan sampai engkau tertipu
daripadanya, niscaya
engkau terhijab
dari cintaKu, putuskan syahwatmu karena Aku, sebab aku hanya memberikan syahwat
itu untuk hambaKu yang lemah, untuk apakah orang-orang yang kuat akan memuaskan
syahwat, padahal ia akan mengurangi
kelezatan bermunajat kepadaKu, sebab Aku tidak merelakan dunia ini untuk
kekasihKu, bahkan Aku bersihkan ia dari padanya. Hai Dawud, jangan engkau
mengadakan antaraKu dengan engkau suatu alam yang dapat menghijab engkau karena
mabuk pada alam itu daripada cinta kepada-Ku, mereka hanya perampok di tengah jalan
terhadap hambaKu yang baru berjalan.
Usahakanlah untuk
meninggalkan syahwat dengan banyak puasa. Hai Dawud cintailah Aku dengan
memusuhi hawa nafsumu, dan tahanlah dari syahwatnya, niscaya engkau melihat
kepadaKu, dan engkau akan dapat melihat yang terbuka antaraKu dengan engkau.
Ibrahim bin Adham ra. berkata : Seorang tidak akan mencapai derajat
orang shalihin, sehingga melalui enam rintangan :
1. Menutup pintu
kemuliaan, membuka pintu kehinaan.
2. Menutup pintu
nikmat, membuka pintu kesukaran.
3. Menutup pintu
istirahat, membuka pintu perjuangan.
4. Menutup pintu
tidur, membuka pintu jaga.
5. Menutup pintu
kekayaan, membuka pintu kemiskinan.
6. Menutup pintu harapan,
membuka pintu bersiap menghadapi maut:
Ibrahim Al-Khawaash ra. berkata : Ketika saya di tengah perjalanan
tiba-tiba merasa lapar, kemudian sampai di kota Array, maka berkata dalam hati
: Di sini saya ada banyak sahabat, maka jika saya bertemu tentu mereka akan
menjamu saya, maka ketika telah masuk ke kota, tiba-tiba saya melihat
perbuatan-perbuatan mungkar, yang mana saya merasa berkewajiban harus nahi
mungkar.
Tiba-tiba saya
ditangkap dan dipukuli oleh orang-orang. Sehingga bertanya dalam hati : Mengapa
saya dipukuli oleh orang padahal saya ini lapar. Tiba-tiba diingatkan dalam
hatiku : Engkau mendapat hukuman itu karena kau mengharap dijamu oleh
sahabat:sahabatmu.
Firman Allah
dalam salah satu wahyunya :
DALIL
sesunggunny a
seringan ringan siksaku terhadap [rang alim jika ia mengutamakan syahwatnya
daripada cintaKu, akan Aku haramkan daripada merasakan kelezatan bermunajat
kepadaKu'
DALIL
77) Jlkakau melihat seorang yang ditetapkan oleh Allah dalam menjaga
wiridnya, sampai lama tidak juga menerima kurnia (keistimewaan) dari Allah,
maka jangan kau remehkan pemberian Tuhan kepadanya, karena belum terlihat
padanya tanda orang arif, atau keindahan orang cinta pada Allah, sebab
sekiranya tidak ada warid (kurnia Allah), maka tidak mungkin adanya wirid'
Hamba Allah
yang.mendapat keistimewaan dari Allah ada dua macam : Abraar dan Muqarrabin.
Adapun hamba yang muqarrabin itu, maka mereka yang telah dibebaskan dari kepentingan
dunia, yang hanya sibuk menunaikan ibadat kepada Tuhan, karena merasa sebagai hamba
yang mengharapkan keridhaan Allah semata-mata, dan mereka ini yang disebut arifin,
muhibbin. Adapun orang Abraar, mereka yang masih merasa banyak kepentingan di dunia,
di samping kewajiban kewajiban taat ibadat kepada Allah, dan mereka yang
dinamakan orang zahid aabid, dan masing-masing mendapat,kurnia sendiri sendiri di
dalam tingkat derajatnya yang langsung dari Allah ta'ala.
Sebenarnya seorang
yang mendapat taufiq hidayat dari Allah sehingga istiqamah dalam menjalankan
suatu wirid (kelakuan taat/ ibadah), berani telah mendapat kurnia dan rahmat
yang besar sekali,sebab ia berarti telah diberi kunci oleh Allah untuk membuka
dan menghasilkan lain-lain karunia kebesaran dari Allah.
DALIL
78) Ada kaum yang oleh Allah didudukkan dalam bagian ibadat semata-mata dan
ada kaum yang diistimewakan oleh Allah dengan kacintaanNya. Untuk masing-masing
Kami (Allah) memberi Kurnia dan pemberian-pemberian, dan pemberian Tuhanmu tidak
terbatas.
Allah sendiri
yang memilih hambanya, maka ada yang dipilih untuk melaksanakan ibadat yang
lahir ialah mereka para aabid dan zahid, dan ada pula yang dipilih oleh Allah
untuk kesayangan kekasih) Allah dan mereka ini orang-orang aarif muhibbin yang
tidak ,ada tempat dalam hati mereka kecuali dzikrullah semata-mata.
menganggap dunia
ini kosong tidak ada apa-apa kecuali Allah yang rnenciptakan dan melaksanakan
segala sesuatunya.
DALIL
79) Jarang sekali terjadi kurnia besar dari Allah itu kecuali secara mendadak
(tiba-tiba), supaya tidak ada orang yang mengaku bahwa ia dapat karena telah
mengadakan persiapan untuk menerima kurnia itu.
Allah mewahyukan kepada Nabi Musa as. : Tahukah engkau mengapakah
Aku mengangkat engkau sebagai Nabi yang langsung mendengar kalamKu? Jawab Musa
: Engkau yang lebih mengetahui.
Bersabda Tuhan : Ketika Aku larikan semua kambing Nabi Syuaib yang kau
pelihara itu, sehingga dengan susah payah engkau mengejar kambing kambing itu
untuk mengembalikannya, tetapi kemudian setelah kembali semuanya engkau tidak
merasa jengkel/marah, maka itulah sebabnya.Dalam Hadits, seorang pelacur yang
memberi minum kepada anjing, tiba tiba Allah bersyukur kepadanya dan
mengampunkan semua dosanya. Demikianlah kehormatan dan kurnia-kurnia besar dari
Allah itu, tidak dapat diraba oleh manusia, dan selalu diberikan oleh Allah
secara tiba-tiba, supaya tidak ada orang berbangga dengan amal perbuatannya,
DALIL
80) Siapa yang selalu menjawab segala pertanyaan, dan menceritakan segala
yang telah dilihat, dan menyebut segala apa yang ia ingat (ketahui), maka
ketahuilah bahwa yang demikian itu tanda kebodohan orang itu.
Menjawab segala
pertanyaan yang berhubungan ilmu bathin yang dituangkan Allah dalam hati orang
arifin, menunjukkan adanya kebodohan, demikian pula jika menceritakan segala.
yang dilihat, sebab semua itu berupa rahasia Allah yang diberikan kepada
seorang hambaNya, maka jika diterangkan kepada yang bukan ahlinya, hanya akan
menjadikan ejekan dan pendustaan belaka. Karena itu yang menerangkan
(menceritakan) berarti bodoh.
DALIL
81) Sesungguhnya Allah menjadikan akherat untuk tempat pembalasan bagi
hamba yang mukmin, sebab dunia ini tidak cukup untuk tempat apa yang akan
diberikan kepada mereka, juga karena Allah sayang akan memberikan balasan
pahala mereka di tempat yang tidak kekal.
Rasulullah saw.
bersabda : Sesungguhnya tempat pecut kuda didalam surga lebih berharga (baik)
dari dunia seisinya.
Rasulullah saw.
menceritakan apa yang disabdakan oleh Allah ta'ala'
DALIL
Aku telah sediakan
untuk hambaKu yang solihin, apa-apa yang belum pernah dilihat oleh mata, atau
didengar oleh telinga, atau tergerak dalam hati rnanusia.
82) Siapa yang dapat merasakan buah dari amal ibadatnya di dunia ini maka
itu dapat dijadikan tanda diterimanya amal itu oleh Allah kelak.
Buah dari amal
ibadat di dunia ini ialah merasakan lezat manisnya amal itu, sehingga terasa
sebagai nikmat yang tidak ada bandingnya.
Atabah Al-Ghulam berkata : Saya melatih diri sembahyang malam dua puluh tahun,
setelah itu baru saya merasakan nikmat bangun malam,
Tsabit Al-Bunany ra. berkata : Saya melatih membaca Qur'an dua
puluh tahun setelah itu baru saya merasakan nikmat membaca Qur'an.
Abu Turaab berkata : Jika seorang bersungguh-sungguh dalam niat amalnya,
dapat merasakan nikmat amal itu sebelum mengerjakannya, dan apabila ikhlas
dalam melakukannya merasakan manisnya amal ketika melakukannya, dan amal yang
sedemikian sifatnya, itulah amal yang diterima dengan kurnia Allah.
Al-Hasan berkata : Carilah manisnya amal itu pada tiga, maka bila kamu
telah mendapatkannya
bergembiralah dan
teruskan mencapai tujuanmu, apabila belum kamu dapatnya ketahuilah bahwa pintu
masih tertutup yaitu ketika membaca Qur'an, dan berzikir, dan ketika sujud. Adapula,yang
menerangkan : dan ketika bersedekah dan ketika bangun malam. Sejak kapankah kau
merasa telah mengenal Allah ? yaitu ketika saya tiap akan berbuat pelanggaran
terhadap ajaranNya merasa malu daripadaNya.
DALIL
83) Jika kau ingin mengetahui kedudukanmu di sisi Allah, maka perhatikan di
dalam bagian apa Allah menempatkan kau.
Rasulullah saw. bersabda : Siapa yang ingin mengetahui kedudukannya di sisi Allah,
maka hendaknya memperhatikan bagaimana kedudukan Allah dalam hatinya. Maka
sesungguhnya Allah menempatkan/mendudukkan hambaNya, sebagaimana hambaitu
mendudukkan Allah dalam jiwanya (hatinya).
'Alfudhail bin Iyaadh ra. berkata :
Sesungguhnya seorang hamba dapat melakukan taat ibadat kepada Tuhan itu hanya
menurut kedudukannya di sisi Tuhan, atas perasaan imannya terhadap Tuhan. atau
kedudukan Tuhan di dalam hatinya.
Wahb bin Munabbih berkata : Saya telah membaca dalam kitabkitab
Allah yang
dahulu. Firman Allah : Hai anak Adam, taatilah perintahKu dan jangan engkau
beritahukan kepadaKu apa kebutuhan yang baik bagimu. (Yakni engkau jangan
mengajari kepadaKu apakah yang baik bagimu). Sesungguhnya Aku telah mengetahui
kepentingan hambaKu, Aku memuliakan siapa yang patuh pada perintahKu, dan
menghina siapa yang meremehkan perintahKu. Aku tidak menghiraukan kepentingan
hambaKu, sehingga hambaKu memperhatikan hakKu (yakni kewajibannya terhadap
Aku).
DALIL
84) Apabila Allah telah memberi rizqi kepadamu berupa perasaan puas
melakukan taat (ibadat) pada lahirmu, dan merasa cukup kaya dengan Allah dalam
hatimu, sehingga benar-benar tidak ada sandaran bagimu kecuali Allah. Maka
ketahuilah bahwa Allah telah melimpahkan kepadamu nikmat lahir batin.
Seorang hamba
dituntut dua macam, yaitu menurut perintah dan meninggalkan'larangan pada
lahimya, dan bersandar/berharap kepada Allah pada batinnya. Karena itu siapa yang
diberi rizqi oleh Allah dernikian,berarti telah menerima kurnia nikmat Allah
yang lengkap lahir batin.
85) Sebaik-baik yang harus engkau minta dari Allah, ialah
apa yang Allah menYuruh kamu.
Yakni sebaik-baik
yang harus engkau minta kepada Allah supaya engkau tetap iman, patuh taat pada
semua perintah dan larangan, istiqomah dalam pengabdian diri ke hadirat Allah.
Itulah sebaik-baik yang harus engkau minta, baik untuk dunia maupun untuk
akherat' sebab hanya itulah bahagia yang tiada tara bandingannya'
Karena itu
sebaik-baik doa
DALIL
Ya Allah aku
mohon kepadaMu, ridhaMu, dan surga, dan aku berlindung kepadaMu dari murkaMu
dan.api neraka'
DALIL
86) Sedih karena tidak dapat melakukan suatu amal ibadat, yang disertai
oleh rasa malas untuk melakukannya, itu suatu tanda bahwa ia terpedaya
(tertipu) oleh syaithan.
Jika ketinggalan suatu amal kebaikan merasa sedih, tetapi bila mendapat
kesempatan tidak segera melakukannya; maka itu suatu tanda telah dipermainkan
oleh syaithan.
Bersabda Nabi saw : Sesungguhnya Allah suka pada tiap hati yang selalu
berduka cita.
Abu Ali Addaqqad berkata :'seorang yang menyesal' dapat menempuh jalan menuju
kepada Allah dalam tempo satu bulan' apa yang tidak dapat ditempuh oleh orang
yang tidak merasa menyesal ,sedih) dalam beberapa tahun. Karena itu termasuk
dalam sifat utama bagi Rasulullah saw. Mutawashilul -ahzan, daa''imul fikir
Rasulullah saw. selalu merasa berduka cita dan selalu berfikir'
Rabi'ah Al-Adawiyah mendengar seorang berkata : Alangkah sedihnya.
Maka berkata : Rabilah : Katakanlah : Alangkah sedikitnya rasa sedihku, sebab
bila engkau benar-benar merasa sedih. Tidak berkesempatan untuk bersuka-suka.
DALIL
87) Bukan seorang arif itu, orang yang bila ia menunjuk sesuatu ia merasa
bahwa Allah lebih dekat dari isyaratNya, tetapi orang arif itu ialah yang tidak
mempunyai isyarat, karena merasa lenyap diri dalam wujud Allah, dan diliputi oleh
pandangan (syuhud) kepada Allah.
Yakni siapa yang
masih mempunyai pandangan kepada sesuatu selain Allah, maka belum sempurna
sebagai seorang (yang mengenal kepada Allah). Tetapi seorang arif yang
sesungguhnya ialah yang merasakan kepalsuan segala sesuatu selain Allah,
sehingga pandangannya tiada lain melainkan kepada Allah.
DALIL
88) Pengharapan yang sesungguhnya ialalr yang disertai arnal perbuatan kalau
tidak demikian, maka itu hanya angan-angan (ramunan) belaka.
Rasulullah saw.
bersabda :
DALIL
Seorang yang
sempurna akal ialah yang mengoreksi dirinya dan bersiap untuk menghadapi maut,
sedang orang bodoh ialah yang selalu menurutkan hawa nafsu dan mengharap
berbagai macam harapan.
Ma'ruf Alkrirkhi berkata : Mengharap surga tanpa amal perbuatan itu dosa, dan
rnengharap syafaat tanpa sebab berarti tertipu, dan mengharapkan rahmat dari
siapa yang tidak engkau taati perintahnya berarti kebodohan.
Al-Hasan berkata:Sesungguhnya ada beberapa orang yang tertipu oleh angan
angan keinginan pengampunan ,sehingga mereka keluar dari dunia (mati),sedang
belum ada bagi mereka suatu hasanat (kebaikan)sama sekali .Sebab mereka berkata
: Kami baik sangka terhadap Allah padahal berdusta dalam pengakuan itu,sebab
andaikan mereka baik sangka terhadap
Allah ,tentu baik pula perbuatannya .Al Hasan lalu membacakan ayat Quran
DALIL
Itulah
persangkaanmu terhadap Tuhan telah membinasakan kamu, maka kamu termasuk
orang-orang yang rugl'
Al-Hasan berkata:Hai hamba Allah berhati-hatilah kamu dari angan'angan
(lamunan) yang palsu, sebab itu sebagai jurang kebinasaan, kamu akan sembrono/teledor
karenanya, demi Allah tidak pernah Allah memberi pada seorang hamba kebaikan
semata-mata karena angun-angan belaka, baik untuk dunia maupun untuk akherat'
DALIL
89) Tujuan permintaan orang aarif kepada Allah hanya semoga dapat bersungguh sungguh-sungguh
dalam kehambaan dan tetap dalam menunaikan kewajiban terhadap Tuhan'
Abu Mad-yan berkata: Jauh berbeda antara orang yang semangat keinginannya
hanya bidadari dan gedung, dengan orang yang keinginannya selalu bertemu
kepadaTuhan yang menciptakan
dan yang mempunyai
gedung. Sungguh-sungguh dalam sifat kehambaan : Ialah berakhlak dan beradab
sebagai seorang yang patuh taat kepada tuannya'
DALIL
90) Allah melapangkan bagimu, supaya engkau tidak selalu dalam kesempitan,
dan Allah menyempitkan bagimu supaya engkau tidak hanyut dalam kelapangan, dan
Allah melepaskan engkau dari keduanya supaya engkau tidak bergantung kepada
sesuatu selain Allah.
Allah merubah-rubah
keadaanmu dari sedih ke gembira, dari sehat ke sakit, dari kaya ke miskin, dari
terang ke gelap. supaya mengerti bahwa engkau tidak bebas dari hukuman
ketentuanNya supaya selalu engkau berdiri di atas landasan LAA HAULA WALAA QUWWATA ILILA
BILLAH.
(Tidak ada daya
untuk mengelakkan sesuatu dan tidak ada kekuatan untuk melaksanakan sesuatu,
kecuali dengan pertolongan Allah ta'ala).
Firman Allah :
DALIL
Supaya kamu tidak
sedih (menyesal) terhadap apa yang terlepas dari tanganmu, dan tidak gembira
atas apa yang diberikan kepadamu.
DALIL
9l) Orang aarifjika merasa lapang lebih kuatir(takut), dari pada jika
berada dalam kesempitan, dan tidak dapat tegak di batas-batas adab dalam keadaan
lapang itu kecuali sedikit sekali.
Abu Bakar Assiddiq ra. berkata : Kami diuji dengan kesukaran, maka
kami tahan sabar, tetapi ketika diuji dtingan kesenangan (kelapangan), hampir
tidak sabar (tahan).
Yusuf bin Husain Arrazy menulis surat kepada Al-Junaid : Semoga
Allah tidak memberi kepadamu rasa kelezatan hawa nafsumu, sebab jika engkau merasakan kelezatannya, maka tidak akan merasakan kebaikan untuk selamanya.
DALIL
92)Di dalam masa kelapangan (baseth) hawanafsu dapat mengambil bagiannya
karena gembira, sedang dalam masa sempit (qabdh) tidak ada bagian sama sekali untuk hawa nafsu.
Karena itu manusia lebih aman dalam kesempitan, karena hawa nafsu tidak dapat
memperdaya.
Abul-Hasan Assyadzily ra. berkata : Alqabdhu wal
basthu (risau hati, dan riang hati) selalu silih berganti dalam perasaan tiap
hamba, bagaikan silih berganti siang dan malam. Dan sebabnya qabdh (risau hati)
itu salah satu dari tiga : Karena dosa atau kehilangan dunia, atau dihina
orang,maka adab seorang hamba, jika rnerasa berdosa harus segera bertobat, dan
jika kehilangan dunia, harus rela dan menyerah kepada hukum Allah, dan bila
dihina orang harus sabar. Dan jagalah dirimu jangan sampai kamu merugikan
(aniaya) lain orang. dan apabila terjadi qabdh (risau hati) ifu tidak diketahui
sebabnya, maka harus tenang menyerah.Insya Allah jika tenang menyerah, tidak
lama akan sirna masa gelap dan berganti dengan terang, ada kalanya terang
bintang yaitu ilmu atau sinar bulan yaitu tauhid, atau matahari yaitu ma'rifat,
tetapi jika tidak tenang dimasa gelap (risau hati) mungkin akan terjerumus
dalam kebinasaan. Adapun dalam masa bashet (riang hati), maka sebabnya adalah
satu dari tiga :Karena bertambahnya kelakuan ibadat (taat) dan bertambahnya ilmu
ma'rifat atau karena bertambahnya kekayaan atau kehormatan, dan yang ketiga
karena pujian dan sanjungan orang kepadanya. Maka adab seorang hamba : Jika
merasa bertambah taat ibadatnya dan ilmu ma'rifatnya harus merasa bahwa itu
semata-mata kurnia Tuhan, dan berhati-hati jangan sampai merasa bahwa itu dari
kerajinan sendiri' Dan jika mendapat tambah keduniaan, maka ini pula yang harus
dianggap bahwa itu semata mata kurnia Allah, dan harus waspada jangan sampai terkena bahayanya' Adapun jika
berupa pujian sanjungan orang kepadamu, maka kehambaanmu mengharuskan benyukur
kepada Allah yang telah menutupi kejelekkanmu, sehingga orang-orang hanya
mengenal kebaikanmu, semata-mata.
DALIL
93) Ada kalanya Allah memberi kepadamu kekayaan (kesenangan) dunia, tetapi
tidak memberi kepadamu taufiq hidayatNya, dan ada kalanya Allah menolak (tidak
memberi) kamu dari kesenangan dunia dan kemewaanNya, tetapi memberi kepadamu
taufiq dan hidayatNya.
Muhyiddin Ibn Araby berkata : Jika ditahan permintaanmu maka berarti
engkau telah diberi, dan jika segera diberi permintaanmu berarti telah ditolak
dari sesuatu yang lebih besar. Karena itu utamakan tidak dapat, dari pada
dapat, .dan sebaiknya seorang hamba tidak memilih sendiri, tetapi menyerah
sebulat-bulatnya kepada Tuhan yang menjadikannya, yang mencukupi segala
kebutuhan:
DALIL
94) Apabila Allah membukakan bagimu pengertian (faham) tentang penolakanNya,
maka berubahlah penolakan itu berarti (menjadi) pemberian.
Apabila Tuhan telah
memperlihatkan kepadamu hikmat kebijaksanaanNya dalam apa yang dijauhkannya
daripadamu, maka itu berarti suatu kurnia Tuhan kepadamu, sehingga terasa
olehmu keselamatanmu dunia dan akheratmu.
DALIL
95) Alam ini
lahirnya berupa tipuan, dan batinnya sebagai peringatan, maka hawa nafsu melihat
lahir tipuannya, sedang mata hati memperhatikan peringatannya (akibatnya).
Firman Allah : DALIL
Maka janganlah
kamu tertipu oleh kehidupan dunia.
Firman Allah : DALIL
Tiadalah
kehidupan dunia ini melainkan kesenangan yang menipu. Nabi Isa as. berkata :
Celakalah kamu wahai ulama yang tidak jujur (su') perumpamaanmu bagaikan
selokan (got) kotoran, luarnya bersemen baik dan dalamnya penuh kotoran basi.
DALIL
96) Jika engkau ingin mendapatkan kemuliaan yang tidak rusak, maka jangan
membanggakan kemuliaan ydng rusak.
Kemuliaan yang
tidak rusak hanyakemuliaan dengan Allah, bersandar diri kepada Allah, sebab
Allah kekal tidak rusak. Adapun jika berbangga dengan kekayaan kebangsaan, kedudukan,
maka semua itu palsu, rusak dan tidak kekal, maka siapa yang
bersandar/berbangga dengan kepalsuan/bayangan, maka pasti binasa dan rusak
bersama dengan apa yang dibanggakan itu.
Firman Allah :
DALIL
Apakah mereka
mengharapkan pada apa yang mereka sanjung itu suatu kemuliaan, ketahuilah
sesungguhnya kemuliaan itu semuanya milik dan hak Allah ta'ala.
Hikayat : Seorang datang kepada raja Harun Anasyid untuk memberi
nasehat, tiba-tiba Harun Anasyid marah kepadanya lalu memerintahkan kepada
pengawalnya supaya mengikat orang itu bersama dengan keledainya yang nakal,
supaya mati ditendang keledai. Setelah perintah itu dilaksanakan, tiba-tiba
keledai itu lunak kepada orang yang "akan dihukum. Kemudian Harun menyuruh
supaya dimasukkan dalam rumah dan pintunya supaya ditutup dengan semen, supaya
mati di dalamnya tiba tiba orang yang dipenjara itu telah ada,di kebun, sedang
pintu rumah tetap tertutup, maka dipanggil oleh Hqrun Arrasyid dan ditanya :
Siapa yang mengeluarkan engkau dari rumah? Jawabnya: Yang memasukkan saya dalam
kebun. Dan siapa yang memasukkan ke dalam kebun ? Jawabnya : Yang mengeluarkan
aku dari rumah. Kemudian menyuruh pengawalnya membawa orang iru di atas
kendaraan keliling kota, dan memberitahukan kepada orang-orang : Ingatlah bahwa
Harun Arrasyid akan menghina seorang yang telah dimuliakan oleh Allah, maka
tidak dapat.
Seorang.datang
kepada seorang aarif sambil menangis, maka ditanya oleh orang aarif (wali) :
Mengapa engkau menangis ? Jawabnya : Karena guruku telah mati. Berkata orang
aarif : Mengapakah engkau berguru kepada orang yang mati.
97) Singkatnya jalan yang sesungguhnya, ialah jika terlipat untukmu
jarak-jarak dunia ini, sehingga.engkau dapat melihat akherat itu lebih dekat
kepadamu daripada dirimu sendiri.
Ath-thayyu : Terlipatnya.bumi, sehingga jarak yang sejauh jauhnya dapat
ditempuh dengan satu langkah sudah sampai. Ath-thayyu, juga berarti
menghabiskan masa siang malam dengan sembahyang dan puasa semata.mata.
Dalam lain keterangan Ibn Atha Allah berkata : Andaikan nur keyakinan
itu telah terbit terang dalam hatimu, pasti engkau akan dapat melihat akherat
itu lebih dekat kepadamu daripada engkau akan pergi ke sana, dan pasti dapat
rnelihat segala keindahan dunia ini diliputi oleh suramnya kerusakanlkehancuran
yang bakal menimpa kepadanya.
DALIL
98) Pemberian dari makhluk itu suatu kerugian, dan penolakan dari Allah itu
suatu pemberian dan karunia.
Ali bin Abi Thalib ra. berkata : Jangan merasa adanya yang memberi nikmat
kepadamu selain Allah. Dan anggaplah segala nikmat yang engkau terima dari lain
Allah itu sebagai kerugian. (yakni di antara engkau dengan Allah tidak ada
badan perantara, maka semua nikmat yang engkau terima semata-mata dari Allah,
dan bila terjadi engkau merasa menerima nikmat dari sesama manusia, maka itu
sebagai kerugian bagimu).
Seorang Hakim berkata : Menanggung budi kebaikan manusia itu lebih berat
daripada sabar karena kekurangan (ketiadaan). Pemberian dari makhluk, pada
umumnya menyebabkan terhijab dari Allah, sehingga tidak ingat pada Allah, dan
merasa berhutang budi kepada sesama manusia, dan inilah letak kerugian moril. Sebaliknya
penolakan yang menyebabkan ingat kepada Allah itu,
berarti suatu
kamnia nikmat besar dari Allah.
DALIL
99) Maha agung Tuhan, jika seorang hamba beramal kontan (segera) akan
dibalas kemudian hari.
DALIL
100)
Cukup'menjadi balasan Allah atas ketaatanmu, jika Allah ridha (rela) menjadikan
engkau ahli taat ibadat.
Taufiq dan
hidayah yang diberikan Allah kepada seorang hamba itu sebagai karunia yang
sebesar-besarnya bagi seorang hamba, sebab Jangan hidayat dan taufiq itulah
seorang hamba dapat menerima nikmat dan bahagia dunia akherat.
DALIL
101 ) Cukup sebagai pembalasan Allah pada orang-orang yang beramal, apa
yang telah dibukakan oleh Allah dalam hati mereka dari kegemaran melakukan taat
dan apa yang diberikan Allah kepada mereka yang berupa kesenangan berdzikir
kepuasan berkhalwat, menyendiri dengan Allah.
Tidak ada suatu
nikmat di dunia yang menyamai (menyerupai) nikmat surga, kecuali nikmat yang
dirasakan oleh ahli dzikir dalam perasaan hati mereka daripada kelezatan
berdzikir di tengah malam.
DALIL
102) Siapa yang
menyembah kepada Allah karena mengharap sesuatu, atau untuk rnenolak bahaya
siksa atas dirinya, maka belum menunaikan hak kewajibannya terhadap sifat-sifat
Allah.
Allah telah menurunkan wahyu kepada Nabi Dawud as. : Sesungguhnya
orang yang sangat Aku kasih kepadanya ialah yang beribadat bukan karena upah
pemberian, tetapi semata--mata karena Aku berhak untuk disembah.
Dalam kitab Zabur ada tersebut : Dan siapakah yang lebih kejam dari
orang yang menyembahKu karena surga atau neraka, apakah andaikan Aku tidak
membuat surga dan neraka, tidak berhak untuk disembah.
Bersabda Nabi saw. : Jangan berlaku sebagai seorang hamba yang busuk jika
takut, lalu bekerja dan jangan berbuat sebagai buruh yang busuk jika tidak
dibayar tidak bekerja. Sebab sebenarnya pemberian Allah kepada hamba itu sudah
lebih dari yang diharapkan yaitu hidupnya, nafasnya, panca inderanya dan kesehatannya
dan lain-lainnya,
Abu Hazim berkata : Saya malu menyembah Allah karena pahala, seperti buruh
yang busuk jika tidak dibayar tidak bekerja atau menyembah karena takut siksa
seperti budak yang curang jika tidak takut siksa tidak bekerja, tetapi saya
menyembah Allah karena cinta kepadaNya.
Sufyan Astsaury
minta nasehat dari Rabi'ah Al-adawiyah, maka berkata Rabi'ah : Engkau seorang
yang baik, andaikan engkau tidak cinta kepada dunia.
DALIL
103) Apabila Allah memberi karunia kepadamu, maka Ia akan menunjukkan
kepadamu kurnia belas kasihNya, dan apabila menolak pemberianNya atasmu, maka
Ia akan menunjukkan kepadamu kekuasaanNya, maka Ia dalam semua itu
memperkenalkan diri kepadamu, dan menghadapkan kepadamu dengan kehalusan pemberian
pemeliharaanNya kepadamu.
Keharusan tiap
hamba harus mengenal Tuhan, dengan segala sifat sifat kebesaranNya. Maka siapa
yang tidak suka mengenal dengan sifat Mu'thi. Wahhab (pemberi) harus ia
mengenal Allah dengan sifat : Mani' (menolak) Muntaqim (membalas) Qahhar
(memaksa). Tetapi apabila telah mengenal hikmat rahmat Allah, maka terasa bahwa
semua itu semata-mata.kurnia Allah kepada hambaNya.Sufyan Astsaury bertemu dengan
Abu Habib Al-Badry, dan memberi salam. Abu Habib bertanya : Engkaurlah Sufyan
Astsaury yang terkenal itu ? Jawabnya : Benar, semoga Allah memberkahi apa yang
dikatakan orang-orang itu. Lalu berkata Abu Habib : Hai Sufyan, tidak ada suatu
kebaikan melainkan berasal dari Tuhan. Jawab Sufyan : Benar. Ditanya : Mengapakah
kamu tidak suka bertemu pada siapa yang tidak kebaikan kecuali dari padaNya.
Hai Sufyan : Penolakan Allah kepadamu itu berarti pemberian kurniaNya kepadamu,
sebab ia tidak menolak karena bakhil Atau tidak ada hanya ia menolak
permintaanmu ini karena kasihnya kepadamu dan untuk menguji kamu. Hai Sufyan,
Sesungguhnyaku masih senang
Duduk dengan engkau tetapi bersamamu itu ada
kesibukan, kemudian Abu Habib menuju ke
kambingnya dan membiarkan Sufyan Astsaury.
DALIL
104) Sesungguhnya sebab terasa pedihnya penolakan Allah kepadamu itu,
karena engkau tidak mengerti hikmat rahmat Allah dalam penolakan(tidak memberi
harapanmu) itu.
Tiada sempurna
iman keyakinan seorang terhadap Allah sebelum ia memiliki dua sifat :
1.Percaya penuh
kepada Allahi yakni menyandar dan berharap hanya kepada Allah.
2.Dan syukur
(terima kasih) kepada Allah karena dihindarkan dari padanya apa yang diujikan
kepada lain lain orang yaitu yang berupa kekayaan dunia. Juga tidak sempurna
iman keyakinan hamba sebelum ia mengerti bahwa pemberian Allah sesuatu yang
manfaat, dan penolakan Allah itu karena madharrat bahaya.
DALIL
105) Mungkin Allah membuka untukmu pintu taat, tetapi belum dibukakan
bagimu kabul (penerimaan), sebagaimana ada kalanya ditakdirkan engkau berbuat
dosa, tetapi menjadi sebab sampaimu (mendekatmu) kepada Allah.
Abuhurairah ra. berkata.: Bersabda Nabi saw. : Demi Allah yang jiwaku
ada di tanganNya, andaikan kamu tidak berbuat dosa, niscaya Allah menyingkirkan
(mematikan) kamu dan diganti dengan orang-orang yang berbuat dosa lalu minta
ampun kepada Allah, lalu diampuni oleh Allah.
DALIL
l06) Maksiat (dosa) yang menimbulkan rasa rendah diri dan membutuhkan
rahmat Allah, lebih baik dari perbuatan taat yang membangkitkan rasa sombong,
ujub dan besar diri.
Abu Madyan ra. berkata : Perasaan rendah diri seorang yang telah berbuat maksiat
dosa, itu lebih baik dari kesombongan seorang yang taat. Ada kalanya seorang
hamba berbuat kebaikan (hasanat) yang menimbulkan rasa ujub sombong, sehingga
dapat menggugurkan segala amal-amal yang sebelumnya, dan ada kalanya seorang
berbuat dosa yang menyedihkan hatinya, sehingga timbul rasa takut kepada Allah
, dan menyebabkan keselamatan dirinya. Asysya'by meriwayatkan dari Alkhalil bin
Ayyud' bahwasanya seorang aabid (ahli ibadah) Bani Israil ketika ia berjalan ia
dinaungi oleh awan, tiba-tiba ada seorang pelacur Bani Israil, maka tergerak
dalam hati pelacur itu : Ini seorang aabid Bani Israil, aku ingin mendekat kepadaNya.
maka ketika pelacur itu mendekat kepada aabid itu tiba-. tiba si aabid itu
mengusir dengan berkata : Enyah engkau dari sini.
Maka Allah
menurunkan wahyu kepada Nabi saw. bahwa aku (Allah mengampunkan dosa pelacur
itu dan membatalkan amal aabid itu. Maka berpindah awan dari atas kepala aabid
ke atas kepala pelacur itu.
Al-Harits Al-Muhassiby berkata : Allah menghendaki supaya anggota
lahir ini sesuai dengan batinnya (hatinya), maka apabila sombong congkak orang
alim/aabid, sedang pelacur itu bertawadhu' merendah diri, maka ketika itu si
pelacur lebih taat kepada Allah dari aabid dan alim. Ada pula kejadian ketika
seorang aabid Bani Israil sedang sujud, tiba-tiba diinjak kepalanya oleh orang,
maka berkata aabid itu : Angkat kakimu, demi Allah tidak akan mengampunkan
engkau. Maka Allah menjawab : Hai orang yang bersumpah dengan namaKu, bahkan
engkau yang tidak diampunkan karena kesombonganmu. Al-Harits dalam komentarnya
berkata : Dia bersumpah karena merasa diri besar di sisi Allah, maka
kesombongan, ujub itulah yang tidak diampunkan oleh Allah.
DALIL
107) Dua nikmat yang tidak ada sesuatu makhluk yang terlepas dari keduanya
yaitu nikmat ciptaan dan nikmat kelanjutan.
Karena tiap
makhluk asalnya tidak ada' maka nikmat yang pertama diterimanya ialah nikmat
ciptaan Allah yang menjadikannya mewujudkannya), kemudian diIanjutkan dengan
nikmat kelanjutan hidup itu, yakni melengkapi kebutuhan hidup, sebab bila tidak
dilengkapi kebutuhan, tidak akan daparbertahan hidup.
DALIL
108) Pada pertamanya Allah memberi kepadamu nikmat mewujudkan (menjadikan),
kemudian nikmat yang kedua: Melengkapi kebutuhan-kebutuhan wujudmu yang
terus-menerus (yang kedua : Terus menerusnya bantuan Allah kepadamu)'
Firman Allah : DALIL
Allah menuangkan
kepadamu nikmat lahir dan batin yang terang dan yang samar, yang'terasa dan
yang tidak terasa'
Firman Allah :
WxôÒsù z`ÏiB «!$# ZpyJ÷èÏRur 4 ª!$#ur íOÎ=tæ ÒOÅ3ym ÇÑÈ
8. sebagai karunia dan nikmat dari Allah. dan Allah Maha
mengetahui lagi Maha Bijaksana.
Tetapi Allah yang
mencintakan kamu kepada iman, dan Allah yang menghias iman itu dalam hatimu,
dan Allah yang membencikan kamu kepada kufur ( kekafiran) dan pelanggaran dan
maksiat dosa Merekalah orang yang dapat
petuniuk. Itu semua kumia dari Allah dan nikmat, dan Allah maha mengetahui lagi
biiaksana' (Alhujaraat 8)'
Dzin-Nun Al-Misri berkata: siapa yang di dalam tauhid itu merasa seolah-olah
sebagai hasil kecerdasannya sendiri, maka tauhid itu tidak dapat
menyelamatkannya dari api neraka, sehingga merasa bahwa tauhidnya itupun
karunia dari Allah ta'ala.
Seorang apabila
telah merasa asal kejadiannya dari Allah dan kelanjutannyapun dari Allah,
merasa bahwa sifat fakirnya itu memang asli pada kejadiannya, dan ia tidak
dapat melepaskan diri dari Tuhan yang dihajatkannya pada tiap detik dalam wujudnya.
DALIL
109) Kebutuhanmu itu adalah sifat asli dalam dzat kejadianmu sedang
sebab-sebab (kejadian-kejadian) yang menghinggapi dirimu itu untuk mengingatkan
engkau apa yang tersembunyi bagimu dari sifat aslimu itu, sedang kebutuhan yang
asli itu tidak dapat dihindarkan oleh sesuatu yang sementara (fantasi).
Apabila telah
nyata bahwa wujudmu itu pemberian (ciptaan) Tuhan, demikian pula segala hajat
kebutuhan tiap detik untuk kelanjutan hidup, itupun pemberiin Tuhan, maka
nyata, bahwa kebutuhan dan kemiskinanmu itu asli dalam kejadianmu, maka jika
engkau merasa seolah-olah tidak berhajat karena sudah hidup, maka hal itu
sesuatu yang hinggap sementara terasa ketika engkau lupa dari asal kejadianmu, maka
Allah memberi padamu peringatan berupa penyakit; lapar, haus, panas, dingin.
dan lain-lainnya untuk memperingatkan kepada keaslianmu. Sedang segala sesuatu
yang fantasi atau sementara tidak dapat merubah yang asli.
DALIL
110) Sebaik-baik saat dalam masa hidupmu, ialah saat-saat di mana engkau
merasa dan mengakui kebutuhanmu, dan kembali kepada adanya kerendahan dirimu.
Sebaik-baik saat
dalam masa hidupmu, ialah saat ingat kepada Tuhan dan putus hubungan dengan
segala sesuatu yang lainnya,'Yaitu pada saat merasakan benar-benar kebutuhanmu
kepada Tuhan' Sedang segala sesuatu yang lain tidak dapat menolong meringankan
kebutuhanmu. Dan pada saat tidak ada pandangan yang lain dari Allah, maka pada saat
itu murnilah pengertian tauhidmu kepada Allah.
DALIL
111) Apabila Allah telah menjemukan engkau dari makhluk, maka ketahuilah
bahwa Allah akan membukakan untukmu perasaan jinak, dan senang kepada Allah.
Apabila engkau
telah merasa jemu kepada makhluk, karena merasa bahwa mereka tidak bermanfaat
bagimu, bahkan ada kalanya membawa madharrat/bahaya bagima,maka di'saa t y ang
demikian engkau rnerasa jinak senang kepada Allah. Riwayat Abu Yazid
Al-Busthamy ketika ia diperlihatkan oleh Allah alam malakut, kemudian ditanya :
Adakah sesuatu yang menyenangkan engkau ? Jawabnya : Tidak. Maka dikatakan
kepadanya : Engkau hamba Allah yang sesungguhnya.
DALIL
112) Apabila Allah telah melepaskan lidahmu untuk meminta, maka ketahuilah
bahwa Allah akan memberi kepadamu.
Abdullah bin Umar ra. berkata : Rasulullah saw. bersabda : Siapa yang
telah mendapat izin untuk berdoa, berarti telah dibukakan baginya pintu rahmat,
dan tiada dimintai sesuatu yang lebih disukai oleh Allah daripada dimintai maaf
dan selamat dunia akherat.
Lain Hadits : Rasulullah saw. bersabda : Siapa yang telah
diberi kesempatan berdoa, maka tidak akan dihararnkan dari ijabah (diterimanya doa).
Anas bin Malik ra. berkata : Rasulullah saw. bersabda : Apabila
Allah kasih sayang pada seorang hamba, maka dituangkan kepadanya bala', maka bila ia berdoa, berkata Malaikat : Suara
yang sudah terkenal. dan berkata Jibril
: Tuhanku, hambaMu Fulan, sampaikan hajatnya.
Jawab Allah : Biarkan hambaKu, Aku
suka mendengar suaranya. maka
apabila hamba berkata : Ya Rabbi. Jawab Tuhan : Labbaika hambaKu, tiada engkau berdoa melainkan Aku sambut, dan tiada engkau minta suatu melainkan
pasti Aku berikan, Imma (ada kalanya)
Aku segerakan untukmu, atau Aku simpan untukmu yang lebih baik bagimu, atau tolak daripadamu bala' yang lebih besar dari
itu.
DALIL
113) Seorang aariT tidak kunjung hilang rasa hajat kebutuhannya, dan tidak
pernah merasa tenang, atau bersandar pada sesuatu selain Allah ta'ala.
Seorang aarif
(wali) yaitu yang tetap merasa berhajat kepada Allah, sebab memang tidak ada
sesuatu yang dapat memuaskan kepadanya selain Allah. Juga karena sadar
benar-benar terhadap kekuasaan Allah di samping kelemahan dan kebutuhan diri
sendiri kepada Allah. :
DALIL
114) Allah telah menerangi alam dengan cahaya makhluknya, dan menerangi
hati dengan nur (cahaya) sifatnya, maka karena itu terbenam cahaya alarn dan
tidak dapat.terbenam nur (cahaya) hati dan sir. Kata seorang syair :
"sesungguhnya matahari siang itu terbenam di waktu malam":
"Tetapi matahari hati tidak pernah terbenam".
Sahl bin Abdullah ketika ditanya tentang makanan (qul) Jawabnya : Huwa
alhayyul ladzilaayamut (Ia yang hidup dan tiada mati). Penanya berkata : Saya
tidak bertanya tentang makanan itu, tetapi makanan yang menegakkan (menguatkan)
Jawabnya : Ilmu. Ketika ditanya : Makanan sehari-hari yang lazim ? Jawabnya:
Dzikir. Ditanya : makanan jasmani ?
Jawabnya : Apa
urusanmu dengan jasmani, biarkan pada yang mernbuat pada mulanya dia akan
mengurusi selanjutnya, jika ada kerusakan kembalikan kepada yang membuat,
tidakkah sudah lazim, buatan sesuatu jika rusak dikembalikan kepada yang
membuat untuk diperbaiki.
Allah menerangi
alam dengan nur (cahaya) bulan, bintang dan matahari yang semua itu makhluk
yang rusak dan berubah, tetapi Allah menerangi hati (sir) dengan nur (cahaya),
ilmu dan ma'rifat yang langsung dari sifat-sifatAllah, maka karenanya tidak
dapat suram terbenam.
DALIL
115). Seharusnya terasa ringan kepedihan bala' yang menimpa kepadamu, karena
engkau mengetahui bahwa Allah yang menguji padamu, maka Tuhan yang menimpakan
kepadamu takdirnya itu. Dia pula yang telah biasa memberi kepadamu sebaik-baik
apayang dipilihkan untukmu (Dialah yang membiasakan kau merasakan sebaik-baik
pilihannya (pemberiannya).
Abu Ali Addaqqaq berkata : Suatu tanda bahwa seorang itu mendapat taufiq kurnia
Allah, ialah terpeliharanya iman (tauhid) di waktu menghadapi bala' ujian bencana"
DALIL
Mungkin kamu
tidak suka pada sesuatu, padahal itu baik untukmu.
Abu Thalib Al-Makki berkata : Manusia tidak suka miskin, hina dan
penyakit, padahal itu semua mungkin baik baginya untuk bekal di akherat,
sebaliknya ia suka kaya, sehat dan ternama"/terkenal padahal semua itu
bahaya di sisi Allah, dan jelek akibatnya.
Al-Junaid berkata : Ketika saya tidur di tempat Assariyu Saqathy, tiba-tiba
saya dibanguni, lalu ia berkata : Ya Junaid, saya telah bermimpi seolah-olah
berhadapan dengan Allah, lalu Allah berkata kepadaku: Hai Sari, ketika Aku
menjadikan makhluk maka semua mengaku cinta kepadaKu, kemudian Aku membikin
dunia, maka lari daripadaKu sembilan puluh persen (90%) dan tinggal hanya
sepuluh persen (10%), kemudian Aku membuat surga, maka lari daripadaKu sembilan
puluh persen dari sisanya itu, kemudian Aku membuat neraka, maka lari daripadaKu
sembilan puluh persen dari sisanya itu, kemudian Aku turunkan bala' maka lari
daripadaKu
sembilan puluh
persen dari sisa-sisa itu. Maka Aku berkata kepada sisa yang tinggal itu":
Dunia kamu tidak mau, surga juga kamu tidak suka, neraka kamu tidak takut, dari
bala' musibat juga kamu tidak lari, maka apakah keinginanmu? Jawab : Engkau
telah mengetahui keinginan kami' Aku berkata : Aku akan menuangkan kepadamu
bala' yang tidak akan sanggup menanggungnya
walau Uutcit yang
besar. Sabarkah kamu ? Jawab mereka : Apabila Engkau yang menguji, maka
terserahlah kepadamu (berbuatlah sekehendakmu), maka mereka itulah hambaKu yang
sebenarnya
116) Siapa yang mengira terlepasnya hikmat kurnia Allah daripada bala'
ujian yang ditakdirkan oleh Allah, maka yang demikian itu disebabkan karena
piciknya (dangkalnya) pandangan imannya.
Rasulullah saw.
bersabda :
DALIL
Jangan menuduh
tidak baik terhadap segala apa yang telah ditakdirkan Allah untukmu.
Rasulullah bersabda : Jika Allah kasih pada seorang hamba, maka diuji dengan
bala" maka jika sabar dipilihnya, dan jika telah rela maka diistimewakan.
Abuhurairah ra. berkata : Bersabda Rasulullah saw' : Siapa
yang dikehendaki oleh Allah untuknya kebaikan, maka diujinya dengan mushibah
bala.
Abuhurairah dan Ab|'u Said ra. keduanya berkata : Bersabda Rasulullah
saw. : Tiada sesuatu yang mengenai seorang mukmin berupa penderitaan atau
kelelahan (penat) atau risau hati/fikiran melainkan Lesemiranya itu akan
menjadi penebus dosanya' (Bukhary, Muslim)'
Ibn Mas'ud ra. berkata : Rasulullah saw. bersabda : Tiada
seorang muslim yang terkena mushibrh bala' gangguan atau penyakit, dan yang
lebih ringan dari itu melainkan Allah menggugurkan dosanya tugiitun gugurnya
daun pohon.
Dangkal
(picik)nya pandangan, sehingga tidak dapat melihat adanya nikmat rahmat kurnia
Allah dalam. takdir mushibah bala' itu, hanya karena lemahnya iman keyakinan,
dan tidak adanya husnudhdhan terhadap Allah ta'ala yang maha bijaksana dan
rahmat.
Imraan bin Hushain ra. menderita penyakit buang air tiga puluh tahun tidak
dapat bergerak dari tempat tidurnya, sehingga dibuatkan lubang di bawah tempat
tidur untuk kencing dan buang airnya, pada suatu hari datang saudaranya Al Alaa'
atau mutharrif bin Asysyikhkhir, lalu menangis,melihat penderitaan Imraan bin
Alhushain, maka ditanya oleh Imraan : Mengapakah engkau menangis ? Jawabnya :
Karena saya melihat keadaanmu, berkata Imraan : Jangan menangis, karena saya
suka apa yang disukai oleh Allah untukku. Kemudian Imraan berkata : Saya akan
berkata kepadamu semoga bermanfaat bagimu, tetapi jangan engkau buka kepada
lain orang, sehingga aku mati.
Sesungguhnya para
Malaikat berziarah kepadaku dan memberi salam kepadaku, sehingga saya merasa
senang dengan adanya mereka. Urwah bin Azzubair ra. ketika menderita sakit yang
oleh dokter diputuskan harus dipotong betisnya, maka ketika akan dilaksanakan
oleh dokter akan diberi obat tidur supaya tidak terasa sakitnya dipotong
betisnya itu, berkata Urwah : Jangan diberi obat tidur, tetapi teruskan potong betis
tanpa.obat tidur. Dan ketika digergaji betisnya tidak terdengar keluhan,
kecuali ucapan Hasbi (cukup bagiku) yakni rahmat Allah). Dan setelah selesai
operasinya, ia menyuruh pesuruhnya supaya mencuci dan membungkus potongan
betisnya itu dan menguburkannya di kuburan kaum muslimin, lalu ia berkata :Allah
telah mengetahui bahwa kaki itu tidak pernah saya gunakan berjalan kepada
maksiat, lalu ia berkata : Ya Allah, jika Engkau ambil maka banyak sisanya, jika
Engkau memberi bala' masih banyak selamatnya.
DALIL
117) Tidak dikuatirkan padamu bingung jalan, tetapi yang dikuatirkan atasmu
daripada menangnya hawa nafsu atas akal dan imanmu.
Jalan untuk
menuju kepada Tuhan sudah jelas, cukup tuntunan dalam kitab Allah atau sunnat
Rasulullah. Baik ketika berbuat taat atau maksiat atau mendapat nikmat atau
bala'. Jika berbuat taat hendaknya merasa itu sebagai kurnia Allah, jika
berbuat dosa lekas membaca istighfar dan bertobat, jika menerima nikmat harus
syukur jika menderita bala' harus sabar. Tetapi yang dikhawatirkan padamu ialah
merajalelanya hawa nafsu, sehingga lupa terhadap Tuhan dan tidak mengenal
tuntunan/jalan Tuhan.
DALIL
118) Maha Suci Allah yang telah menutupi rahasia-rahasia keistimewaan orang
wali (aarif) dengan tampaknya sifat-sifat yang umum pada manusia. Dan telah
terang terlihat kebesaran ke Tuhanan Allah dengan menunjukkan kepada mahusia
sifat-sifat kehambaan
dan kerendahan makhluknya.
Rahasia-rahasia
kebesaran ilmu ma'rifat yang diberikan oleh Allah kepada para wali yang aarif
ditutupi oleh Allah dengan tampaknya sifat dan keadaan yang biasa umum bagi
semua manusia, sebaliknya Allah telah memperlihatkan sejelas-jelasnya kebesaran
ke-TuhananNya dengan menunjukkan sifat-sifat kelemahan dan kebutuhan hamba
kepadaNya.
DALIL
119) Jangan menuntut Tuhan karena terlambatnya permintaan yang telah engkau
minta kepada Tuhan, tetapi hendaknya engkau koreksi dirimu, tuntut dirimu
supaya tidak terlambat melaksanakan kewajiban kewajibanmu terhadap Tuhanrnu.
Jika tidak
tercapai hajat permintaanmu, maka jangan engkau mempunyai sangkaan jahat
terhadap Allah, sebab Allah tidak dapat dituntut terhadap apa saja yang
diperbuat, tetapi hendaknya permintaanmu itu semata-mata untuk menunjukkan
sifat kehambaanmu kepada Allah, dan hajat kebutuhanmu kepadaNya. Sebab terhadap
segala kepentinganmu Allah tidak usah diingatkan, bahkan Allah telah melengkapi
segala kebutuhanmu sebelum kau mengerti apakah hajat kebutuhanmu yang
sebenarnya. Maka sebaiknya bila kau menyerah sebulat-bulatnya tanpa reserve
tanpa usul apa-apa kepada Allah, hanya itulah yang dapat menenangkan jiwa
fikiranmu.
DALIL
120) Apabila Allah telah menjadikan engkau pada lahirnya menurut perintahnya
dan dalam hatimu menyerah bulat kepadaNya, maka berarti Tuhan memberi kepadamu
sebesar-besar nikmat kurniaNya.
Sebesar-besar
nikmat kurnia Tuhan kepada,hambanya ialah jika Allah telah memberi taufiq
hidayat kepada hamba untuk melakukan segala perintah kemudian ditambah dengan kekuatan
menyerah tawakkal kepada Allah dalam batinnya. Sebab seseorang dengan dua
nikmat lahir dan batin itu telah
mencapai kebutuhan dunia dan akherat sekaligus.
Sebab manusia
hanya diperintah supaya beribadat dengan tulus mlfias menuju kepada Allah,
tentang segala kepentingan hajatnya sudah dicukupi oleh Allah, maka tidak usah
menurutkan hawa nafsu yang tidak kunjung puas.
DALIL
121) Bukan semua orang yang telah tampak terang kekeramatannya itu berarti
telah sempurna pembersihannya (dari penyakit-penyakit hawa nafsu) atau penyaringannya
(yakni dalam kalangan/golongan para wali).
Kekeramatan yang
diberi Allah kepara para wali, tujuannya untuk rnemperkenalkan dengan kenyataan
bukti, bahwa kekuasaan Allah tidak tergantung (terikat) kepada sebab dan
kebiasaan, bahkan sebab kebiasaan itu sering menghijab manusia dari qudrat
kekuasaan Allah, sebagai awan yang menutup sinar matahari keesaan Allah. Maka
yang silau oleh kekeramatan itu terhina, tetapi yang tetap menembus awan itu kepada
kekuasaan Allah, sehingga tetap hubungannya tidak terputus.
Seorang sahabat Sahel bin Abdullah berkata : Adakalanya jika saya
wudhu' tiba-tiba air itu mengalir di tangan saya berupa lantakan emas dan
perak.
Jawab Sahel : Apakah engkau tidak mengerti bahwa anak kecil jika
menangis dihibur dengan boneka supaya diam.
Abu Nahser Assarraj berkata : Saya bertanya kepada Al-Hasan bin
Salim : Apakah arti kekeramatan, sedang mereka telah dimuliakan oleh Allah
sehingga sanggup mengabaikan dunia dan meninggalkannya dengan suka rela, tetapi
bagaimana ialu diberi kemuliaan (keramat) batu
berubah menjadi
emas, apakah artinya itu ?
Jawabnya : Bukannya Allah memberikan karena kotomya, tetapi diberi
itu untuk dijadikan hujjah
menekan bisikan
nafsu (hawa nafsu) yang selalu goncang kuatir tidak dapat rizqi, sehingga oleh
Allah diperlihatkan yang demikian, sehingga dapat berkata : Bahwa Tuhan yang
dapat merubah batu menjadi emas, dapat mendatangkan rizqi dan memberi dari
jalan yang tidak disangka.
Ishaq bin Ahmad berkata kepada Sahel : Nafsuku ini
selalu merasa kuatir tidak dapat makan. Maka
berkata Sahel : Engkau ambil batu itu dan minta kepada Allah supaya
dijadikan makan untuk engkau makan.
Ishaq bertanya : Jika berbuat demikian, maka siapa pimpinan (tauladanku)
dalam berbuat demikian ?
Jawab Sahel : Bertauladanlah kepada Nabi Ibrahim ketika berkata : Hai
Tuhan tunjukkan/perlihatkan kepadaku bagaimana caranya Engkau menghidupkan
sesuatu yang telah mati, supaya tenteram hatiku (nafsuku) sebenarnya aku telah
percaya tetapi nafsu ini tidak puas, kecuali jika telah melihat dengan mata
kepala.
DALIL
122) Tidak akan meremehkan wirid, kecuali orang yang bodoh (sangat tolol).
Kurnia Allah (warid) terdapat di akherat, tetapi wirid akan habis dengan
habisnya dunia. Dan sebaik-baik (seutama-utama) yang harus diperhatikan oleh
seseorang yaitu yang tidak kunjung habis, wirid itu sebagai perintah Allah
kepadamu, sedang warid (kumia) itulah hajat kebutuhinmu dari Allah. Maka di
manakah letak bandingan antara perintah Allah kepadamu dengan pengharapanmu
dari Tuhan.
Wirid ialah segala macam bentuk ibadat lahir batin baik yang wajib maupun
sunnat.
Sedang Warid : Pemberian-pemberian Tuhan dalam hati hamba yang berupa
keterangan, nurcahaya dan kesenangan berbuat ibadat, taufiq dan hidayatNya.
Maka sebaiknya,
seorang hamba menjalankan kewajibannya, daripada melonjak-lonjak kepada apa
yang menjadi hak Allah semata-mata Terutama wirid itu hanya berlaku masih hidup
di dunia ini saja sedang waarid akan
lanjut sampai ke akherat.
Rasulullah saw. telah bersabda : Amal yang sangat disukai oleh Allah
ialah yang dawam (terus menerus) meskipun sedikit.
Al-Hasan Al Basry berkata : Siapa yang sama hari kininya dengan
kemarinnya, maka ia rugi dan siapa yang harinya itu lebih buruk dari
kemarinnya,
maka ia mahrum (tidak
dapat rahmat), dan siapa yang tidak bertambah berarti berkurang, dan siapa yang
makin berkurang amalnya, maka mati lebih baik baginya. Ketika Al-Junaid ditegor
orang karena memegang tasbih di tangannya: Tuan dalam kedudukan yang demikian
itu masih saja menggunakan tasbih.
Jawab Al-Junaid : Alat yang telah menyampaikan kami, maka tidak saya
tinggalkan. Al-Junaid : berkata : Orang aarif menerima semua amal (wirid) itu
sebagai tugas dari Allah, karena itu mereka akan kembali menghadap kepada Allah
dengan kebiasaan wirid (ibadat) yang ditugaskan oleh Allah itu. Dan andaikata
seribu tahun tidak akan mengurangi sedikitpun dari amal wiridku, kecuali jika
ia terhalang untuk melakukannya.
DALIL
123) Datangnya kurnia bantuan Allah itu menurut persiapan, dan terbitnya
nur cahaya ilahi menurut bersihnya (jernihnya) hati.
Karena itu ada
tuntunan : Bersihkan hatimu dari segala sesuatu selain Allah, niscaya Kami
(Allah) akan mengisi (memenuhi)nyadengan pengertian pengertian ma'rifat dan
rahasia-rahasia keyakinan. Karena itu tiap-tiap waarid (pemberian kurnia) itu
tergantung kepada wirid. Apabila wirid itu timbul dari hati yang suci bersih,
maka datangnya waarid demikian terang bersihnya demikian pula bila wirid ini
tetap terus, maka waaridnyapun demikian tidak berhenti. Allah tidak jemu
memberi sehingga kamu jemu beramal.
DALIL
124) Seorang yang lalai dalam tauhidnya bahwa segala sesuatu itu berjalan
menurut ketentuan takdir Allah, jika pagi hari dia bingung apakah yang harus
dikerjakan, sedang seorang yang sempurna akal tauhidnya memikirkan apakah yang
akan ditakdirkan oleh Allah baginya hari itu.
Memang pertama
yang bergerak dalam hati fikiran tiap orang pada pagi hari menurut timbangan
tauhid/imannya kepada Allah, maka orang yang lalai terhadap peraturan Allah dan
kebijaksanaanNya, ia bingung mengatur dirinya dan apa yang harus diperbuatnya
hari itu, sebaliknya yang sehat akal iman tauhidnya kepada Allah, selalu
teringat kepada kekuasaan dan kebijaksanaan Allah, maka ia dengan tenang hati menantikan
apa yang akan diberikan Allah kepadanya hari itu.
Umar bin Abdil Aziz berkata : Kini aku tidak merasa kesenangan kecuali
dalam ketentuan-ketentuan takdir Allah.
Abu Mad-yan ra. berkata : Usahakan dengan sungguh bila dapat, supaya hatimu tiap
pagi dan sore menyerah bulat-bulat kepada Allah. semoga Allah melihat kepadamu
dengan pandangan rahmatNya, niscayatermasukorangbahagiaduniadanakheratmu. Siapa
yang melihat kepada Allah tidak terlihat dirinya sendiri, dan siapa yang
melihat pada dirinya sendiri, tidak terlihat kepada Allah. Karena ifu jika
engkau menghadapi sesuatu hal, perhatikan hatimu ke mana condongnya, jika
langsung kepada kekuatanmu, maka terputus dari Allah. Dan jika langsung kepada
kekuasaan Allah, berarti engkaulah yang teiah tu-pui kefada Atlah, sedang alam
ini semuanya dalam genggaman Allah.
Dan tiap pagi
harus berdoa demikian : Ya Allah kini aku berada di waktu pagi, tiada menguasai
diriku untuk kebaikan atau menolak bahaya, atau mati atau hidup atau bangkit
sesudah mati, dan aku tidak dapat mengambil kecuali yang Engkau beri, dan tidak
dapat menghindari sesuatu kecuali yang Engkau hindarkan. Ya Allah, pimpinlah
aku kepada jalan yang Engkau ridhai (restui) baik dalam perkataan atau amal
perbuatan di dalam taat ikepadaMu, sungguh Engkau yang besar kurniaNya.
Doa Abul-Hasan Asysy adzily : Ya Allah sungguh segala sesuatu ada
di tanganMu, dan tertutup daripadaku,
dan aku tidak mengetahui apa yang harus aku pilih untuk diriku, maka pilihkanlah apa yang baik bagiku, dan bawalah aku dalam hal yang amat baik serta terpuji
akibatnya dalam agama, dunia dan akherat,
sungguh Engkau atas segala sesuatu maha berkuasa".
DALIL
125) Sesungguhnya yang menyebabkan kerisauan hati (perasaan) orang-orang
ahli ibadat dan zahid dari segala sesuatu itu, disebabkan karena mereka masih
terhijab/tidak melihat Allah dalam apa yang mereka lihat itu, tetapi andaikan
mereka telah melihat Allah dalam tiap sesuatu, pasti tidak akan risau dari
(terhadap) segala sesuatu.
Ahli ibadat ialah mereka yang bertaqarrub (mendekat) kepada Allah dengan
berbagai amal ibadat.
Sedang orang zahid ialah orang yang bertaqarrub kepada Allah dengan jalan
tawakkal (menyerah). Kedua-dua golongun ini selalu ingin menjauh dari sesama
makhluk, disebabkan mereka merasa bahwa makhluk itu hanya sebagai perintang dan
merepotkan mereka, sehingga tidak dapat khusu' tetap taqarrub kepada Allah.
Tetapi sekiranya
mereka lebih mendalam ma'rifat terhadap Allah, tentu mereka tidak dapat
terhalang oleh sesuatu apaprrn, sebab Allah berada pada segala sesuatu, maka
tidak ada sesuatu yang melupakan dari Allah, bahkan sebaliknya mengingatkan
kebesaran kekuasaan Allah ta'ala.
DALIL
126) Allah menyuruh engkau semasa hidup di dunia ini memperhatikan alam
buatan Allah, dan kelak di akherat Allah akan memperlihatkan kepadamu
kesempurnaan dzatNya.
Firman Allah :
Katakanlah : Perhatikanlah
apa yang di langit itu ?
Firman Allah :
"Beberapa
wajah pada hari kiamat itu berseri-seri (bercahaya). Karena ia dapat melihat
kepada Tuhannya".
Penglihatan
seorang hamba kepada Allah menurut apa yang dibukakan oleh Allah, maka selama
hidup di dunia Allah memperlihatkan kepada mereka kebesaran kekuasaanNya, dan
kelak di akherat akan dibukakan hijab sehingga langsung melihat dzatNya.
DALIL
127) Allahtelah mengetahui, bahwa engkau tidak saber jika tidak meiihat
kepada Allah, maka Allah memperlihatkan kepadamu apa -apa yang asli buatan
Allah.
Kerinduan yang
berupa ingin melihat kepada,Allah itu, termasuk kurnia yang besar dari Allah,
dan ini termasuk maqam ihsan, maka terhadap orang-orang yang telah sampai ke
maqam ini, Allah menganjurkan sabar melihat buatan-buatan Allah lebih dahulu
untuk diperlihatkan dzat Allah di akherat.
DALIL
128) Ketika Allah mengetahui bahwa engkau mudah jemu, maka Allah membuat
bermacam-macam cara taat, dan ketika Allah telah mengetahui bahwa engkau juga
bersifat rakus, maka dilarang melakukan sembahyang dalam beberapa waktu, supaya
semangatmu tertuju pada sempurnanya sembahyang bukan sekedar sembahyang, sebab
bukan semua orang yang sembahyang itu sempuma sembahyangnya.
Iqamatus-sholah
(tegak sempurnanya sembahyang) yaitu dengan menjaga syarat, rukunnya. Kemudian
setelah sempurna menjaga khusyu' dalam sembahyang, supaya dalam sembahyang
tidak ingat sesuatu melainkan kepada Allah semata-mata, dan setelah merasa
bahwa sembahyangnya itu semata-mata kurnia pemberian Tuhan kepadanya'
DALIL
129) Sembahyang itu sebagai penyucian hati dari kotoran dosa, dan untuk
pembuka pintu ghaib.
Rasullulah saw
bersabda :Sesungguhnya perumpamaan sembayang itu, bagaikan sungai mengalir di
muka pintu salah seorang, maka ia mandi daripadanya tiap hari lima kali, apakah
ada sisa dari kotorannya ? Jawab sahabat : Tidak ada sisa kotorannya
sedikitpun. Maka sabda Nabi saw. :
Demikian pula
contoh dari sembahyang lima waktu, menghapuskan dosa Juga sembahyang sebagai
pembuka pintu ghaib, sebab bila hati telah bersih dan selalu berhubungan dengan
Tuhannya, pasti lambat laun akan terbuka baginya tirai/pintu ghaib.
DALIL
130) Sembahyang itu sebagai tempat bermunajat (menyampaikan hajat kepada
Allah), serta memanjatkan puji syukur.
Dam sebagai tempat pembersihan hati dari berbagai kotoran. Leluasa di dalamnya
datangnya berbagai rahasia-rahasia Tuhan. Dan terbit terang padanya cahaya-cahaya
ilmu dan ma'rifat.
Firman Allah:
Tegakkan
sembahyang itu untuk dzikir ingat kepadaKu.
Sesungguhnya
seorang hamba bila ia berdiri sembahyang, maka Allah membuka untuknya tirai
hijab, dan langsung dihadapinyb, dan berdiri tegak para Malaikat dari atas
bahunya hingga langit, mengikuti sembatryangnya dqn mengaminkan doanya. Dan
seorang yang sembahyang itu ditaburi rahmat dari langit hingga ubun kepalanya.
Dan dipanggil oleh suara : Andaikata orang yang munajatini mengetahui siapakah
yang diajak bicara, tidak akan berhenti (memutuskan) sembahyangnya. Dan sesungguhnya
pintu pintu langit terbuka untuk orang yang sembahyang. Dan sesungguhnya Allah
membanggakan barisan orang-orang yang sembahyang di hadapan MalaikatNya.
Dalam Kitab Taurat ada tersebut demikian : Hai anak Adam, jangan
malas untuk berdiri sembahyang dihadapanKu sambil menangis, maka Akulah Allah
yang telah mendekat dari hatimu, dan karena ghaib engkau telah dapat melihat
cahayaKu.
Muhammad bin Ali Attirmidzy berkata : Allah telah
memanggil orang yang bertauhid supaya sembahyang lima waktu, karena rahmat kepada
mereka, dan menyediakan berbagai macam hidangan, ia seorang hamba itu dapat
merasakan pada tiap bacaan dan gerak itu kurnia pemberian-pemberiannya, maka
gerak itu bagaikan makanan, bacaan itu bagaikan minuman. Dan hidangan itu
disediakan oleh Allah tiap hari lima kali, supaya tidak ada lagi sisa kotoran atau
debunya.
DALIL
131 ) Allah telah mengetahui kelemahanmu, maka Ia menyederhanakan bilangannya
(yaitu hanya lima waktu), dan Allah mengetahui pula bahwa engkau sangat
berhajat, maka Ia memperbanyak pahalanya melipat gandakan pahalanya.
Sehingga tiap
hasanat kebaikan sekurang-kurangnya mendapat sepuluh kali lipat gandanya.
DALIL
132) Apabila engkau menuntut upah/pahala untuk sesuatu amal perbuatan,
pasti engkau juga akan dituntut kesempumaan dan keikhlasanmu dalam amal
perbuatan itu. Dan bagi seorang yang merasa belum sempurna harus merasa cukup
puas jika ia telah selamat dari tuntutan.
Khair Annassaj berkata : Timbangan amalmu itu sesuai dengan perbuatanmu, karena
itu mintalah kemurahan kumiaNya, dan itulah yang baik bagimu.
Al-Wasithy berkata: Ibadat-ibadat itu lebih dekat kepada mengharap maaf dan
ampun daripada mengharap pahala dan upah.
Annash-rabadzy berkata : Ibadat-ibadat itu bila diperhatikan kekurangan-kekurangannya,
lebih dekat kepada mengharap maaf daripada mengharap pahala dan upah.
Firman Allah :
Katakanlah :
Hanya karena kurnia dan rahmat Allah mereka boleh bergembira. sebab itu lebih
baik bagi mereka dari segala apa yang dapat mereka kumpulkan sendiri.
DALIL
133) Jangan menuntut upah (ganti) rerhadap amal perbuatan yang kau sendiri
tioat itut uerbuat, cukup besar upah balasan Allah bagimu jika Allah menerima
amal itu.
Firman Allah:
(Dan Alah yang
menjadikan engkau dan apa yang engkau 'perbuat (kerjakan)- (Assafaat 96)'
Ibrahim Allaqqany berkata: Dan Allah yang menjadikan hamba dan segala perbuatannya.
Dia pula yang memberikan taufiq untuk siapa yang akan sampai (mendekat)
kepadaNya'
DALIL
134) Jika Allah akan menunjukkan kurnianya kepadamu, maka ia yang
menjadikan dan menamakan amal itu perbuatanmu.
Sebagaimana
firman Allah :
Hai hambaKu yang
beriman, hai orang-orang yang beriman Padahal Allah yang memberikan iman itu.
Karena itu
jawaban hamba : Engkau yang memberikan kurnia kepadaku, sehingga aku berbuat
taui paAutraisaya
sendiri tiada berdaya dan tidak berkekuatan kecuali semata-mata dengan
pertolonganMu.
Sahel bin Abbdullah ra. berkata : Jika seorang hamba berbuat kebaikan,
lalu ia berkata : Engkau yang memberi kurnia, taufiq dan memudahkan kepadaku,
niscaya Allah memuji kepada hamba itu dengan sabdanya,: HambaKu engkau telah
berbuat taat dan (taqarrub) mendekat kepadaKu. sebaliknya jika hamba itu
merasaberamal tidak ingat kepada taufiq pertolongan Allah, maka Allah
mengabaikan berpaling) sambil birsabda: Aku yang memberi taufiq hidayat' dan Aku-yang
membantu memudahkan itu kepadamu' Dan apabila berbuat kejahatan lalu berkata :
Engkau yang menakdirkan dan menghukum.sertamemutuskan (yakni saya tidak ikut
bersalah). Jawab funan : Hai hambaKu, kaulah yang salah' bodoh dan
berbuat maksiat pelanggaran' Sebaliknya jika hamba yang berbuat dosa itu
berkata : Aku telah berbuat salah karena aku bodoh
dolim pada diriku
sendiri. Maka dijawab oleh Tuhan : HambaKu Aku yang menentukan, menakdirkan dan
menutupi serta mengampunkan.
DALIL
135) Tiada batas ikhirnya kejelekanmu jika Allah mengembalikan engkau kepada
kekuatan usaha daya upayamu sendiri' dan tidak ada habisnya kebaikanmu, jika
Allah memperliharkan kemurahanNya kepadamu (pada dirimu).
Rasulullah saw. dalam doaNYa :
Ya Allah
perbaikilah urusanku semuanya, dan jangan kau serahkan urusanku kepada diriku
sendiri walau sekejap matapun
136)Bersandarlah selalu kepada sifat-sifat ke Tuhanan Allah dan perhatikan
sungguh-sungguh sifat-sifat kehambaannmu sendiri
Ingatlah selalu
sifat-sifat ke Tuhanan Allah yaitu kaya,kuasa,mengetahui mulya dan kuat, sedang
sifat-sifat kehambaanmu ialah : Miskin, lemah, bodoh, hina dan tidak berdaya.
Karena mengingati selalu kepada sifat-sifat ke Tuhanan, maka kita harus
bersandar diri kepada Nya untuk mendapatkan apa hajat kebutuhan kita itu.Tidak ada
lain jalan melainkan bersandar kepada Tuhan untuk mencapai semua hajat kebutuhan
itu.
DALIL
l37) Allah melarang engkau mengakui apa-apa yang bukan hakmu dari hak-hak
lain orang. Apakah mungkin akan membolehkan kepadamu mengakui sifat-sifat Allah
padahal Ia Tuhan yang memelihara, mengatur dan menjamin seisi alam.
Ibn Abbas ra. berkata : Rasulullah saw. telah bersabda : Allah telah
bersabda : Kesombongan itu pakaianku (selendangku) dan kebesaran itu sebagai
sarungku, maka siapa akan bersaingan dengan Aku dalam'Salah satu sifat itu, Aku
lemparkannya ke dalam neraka. Memang sebaik-baiknya hamba ialah yang mengakui
dan menyadari sifat-sifat hamba, dan sejahat-jahat hamba ialah yang tidak
menyadari kehambaan dirinya, bahkan merasa seolah-olah memiliki kekuatan/ kekuasaan,
kemuly aan yang semata-mata hak Tuhan dan sifat-sifat utama bagi Allah ta'ala.
Jika seorang hamba menginginkan semua inr dapat dengan menyandarkan diri kepada
Tuhan Allah yang memiliki semua itu.
Rasulullah telah bersabda : Tiada seorang yang lebih cemburu dari
Allah karena itu Allah mengharamkan segala perbuatan yang keji. Dan karena itu
pula Allah takkan mengampunkan orang yang menyekutukanNya dengan sesuatu
apapun. Karena itu pula sifat-sifat kesempurnaan Allah, tidak boleh dikurangi
walau sedikitpun.
138) Bagaimana engkau menginginkan sesuatu yang luar biasa padahal engkau
sendiri tidak merubah dirimu dari kebiasaannya.
Kharqul awaa'id : Ialah kekeramatan, kejadian-kejadian yang luar biasa seperti
berjalan di atas air, terlipatnya bumi sehingga dapat pergi ke ujung barat dan
timur dalam selangkah kaki, dan makan dari seisi alam sekehendaknya, dan tidak
ada doanya yang tertolak.Bagaimanakah kau akan dapat mencapai yang dernikian
itu, sesuatu yang menyalahi adat kebiasaan umum, padahal kau sendiri belum
dapat mengekang hawa nafsu dan kehendakmu. padaha! kau belum dapat melepaskan
kehendakmu untuk menurut dan menyerah pada kehendak Allah. Dan kehendak Allah
itu, ialah yang teratur dalam ajaran tuntunan syari'at, baik yang tersebut
dalam Qur'an atau hadits Rasulullah saw. Kekeramatan yang luar biasa itu tidak
akan diberikan oleh Allah, kecuali pada orang yang melenyapkan keliendak
sendiri, karena sangat puas kepada kehendak Allah dan pilihanNya
DALIL
139) Bukannya tujuan utama ifu hanya sekedar minta (berdoa), tetapi tujuan
yang utama ialah jika kau mengetahui adab (tatakrarna) terhadap Tuhanmu.
Yaitu menerima
apa yang diberi oleh Tuhan tanpa merasa kurang atau kecil. Sebagai kebiasaan
tuan (majikan) mencukupi kebutuhan hambanya, demikian pula kewajiban seorang
hamba menyerah saja kepada kebijaksanaan aturan Tuhannya.
DALIL
140) Tiada sesuatu yang dapat menyegerakan tercapainyapermintaan hajatmu
seperti keadaan terpaksa, dan tiada sesuatu yang dapat menyegerakan tibanya
pemberian-pemberian kurnia Allah seperti merasa rendah diri dan sangat fakir
miskin.
Firman Allah :
`¨Br& Ü=Ågä §sÜôÒßJø9$# #sÎ) çn%tæy ß
Siapakahyang
dapat memperkenankan (menyambut) doa orang yan.g terpaksa hila berdoa mintc
padaNYa ? (An Naml 62)'
orang mudh-thar (yang
terpaksa) itu ialah yang merasa sudah tidak ada daya dan tidak ada kekuatan
lain yang dapat menolongnya baik dari luar atau dirinya sendiri kecuali satu
yaitu Allah semata-mata. Orang demikianlah yang pasti segera tercapai hajat
kebutuhannya, dan itulah yang
benama tauhid (meng-Esakan
Allah). Hal orang ini bagaikan orang yang akan tenggelam di lautan, atau
tersesat di hutan belukar yang seram sekali.
Firman Allah
Sungguh Allah telah ffiembantu kamu
(aremenangkan kamu) dalam perang badar, ketika kamu dalamkeadaan hina dan
rendah diri tidakberdaya.
Firman Allah
:
* $yJ¯RÎ) àM»s%y¢Á9$# Ïä!#ts)àÿù=Ï9 È
Sungguhnya
sedekah pernberitn itu hanya untuk orang yang benar-benar fa:kir miskin.
(Attaubah
60).
Ketiga macam hal
inilah yang paling cepat untuk menyampaikan atau mendatangkan kurnia pernberian
Tuhan. Seorang yang,terpaksa karena benar-benar telah Merasa tidak ada lagi
yang dapat menolong kepadanya, kecuali rahmat kurnia Allah, sebab ia sendiri
telah begitu miskin dari segala apa yang dapat digunakan untuk memancing
apa-apa dari Tuhan, maka hanya bergantung pada rahmat karunia Tuhan
semata-mata. Maka dengan demikian ia merasa rendah betul, sebab ia minta tetapi
tanpa sesuatu yang diajukan untuk layaknya ia menerima pemberian itu.
Rasulullah saw. bersabda : Tiada daya dan tiada keku.atan
kecuali dengan pertolongan Allah
semata-mata,
kalimat ini suatu kekayaan dari kekayaan surga.
Berarti orang
yang rnempergunakannya, maka ia bagaikan hidup dalam surga. Sebab ia merasa
puas dengan jaminan Allah, dan hikmat pemberianNya.
dalil
141) Andaikan
engkau tidak dapat sampai kepada Allah' kecuali sesudah habis lenyap semua dosa
dan kekotoran syirik, niscaya engkau tidak akan sampai kepadaNya untuk
selamanya, tetapi jika Allah akan menarik/ rnenyamiaikanenkau kepadaNya, Ia
menutupi sifatrnu dengan sifatNya dan kekuranganmu dengan kumia kekayaan-Nya.
Maka Allah menyampaikan engkau-kepadaNya dengan apa yang diberikan olehNya
kepadamu bukan karena amal perbuatanmu yang engkau hadapkan kepadaNya
Abul-Hasan Asysyadzily
berkata :
Seorang wali tidak akan sampai kepada Allah,jika ia masih ada syahwat atau usaha
ikhtiar sendiri. Karena itu jika Allah tidak menarik hambanya' dan
membiarkannya dengan usaha ikhtiarnya sendiri, takkan sampai kepada Allah untuk
selama-lamanya. Karena itu jika Allah akan menarik dan segera menyampaikan
hambanya, maka ditampakkan padanya sifat-silfat Allah. Setiingga mati kehendak
dan ikhtiar usaha sendiri, dan segera menyerah kepada iradat kehendak dan
putusan pemberian Tuhan maka ketika itu ia sampai kepada Allah karena tarikan
Allah' bukan karena amal usahanya sendiri, sampai karena kurnia Allah bukan
karena ibadat dan taatnya kepada Allah'
Dalil
142) Andaikata tidak ada kebaikan tutup dari Allah niscaya tidak ada amal
yang layak untuk diterima.
Syarat untuk
diterima tiap amal itu adalah ikhlas, tulus kepada Allah, tetapi manusia teruji
dengan sombong diri, merasa sudah cukup beramal lebih jahat lagi jika ia riya'
dengan amal perbuatannya' dan mengharap pujian atas amal perbuatan itu' Karena
demikian tabiat tiap hamba, maka sukar untuk dapat diterimanya segala arnal
perbuatannya, kecuali mengharap rahmat kurnia dan kesabaran Allah semata-mata'
Abu Abdullah Al-Qurasyi berkata : Jika Allah menuntut mereka tentang keikhlasan, maka
lenyaplah semua amal perbuatan mereka, dan apabila telah lenyap semua amal
perbuatan merela, bertambahlah hajat kebutuhan mereka maka dengan itu mereka
lalu melepaskan diri daripada bergantung kepada segala sesuatu, dan apabila ia
telah bebas dari segala sesuatu kembalilah mereka kepada Allah dalam keadaan
telah bersih dari segala sesuatu, meskipun amal perbuatan sendiri atau tenaga
kekuatan diri sendiri. Atau hikmat ke
142 itu dapat diartikarn demikian : Andaikan tidak karena baiknya kurnia Allah
yang menutupi kekurangan kekurangan kita dalam semua amal perbuatan kami, maka
tidak akan ada amal perbuatan yang dapat diterima oleh Allah. maka nyata bahwa
diterimanya amal taat itu haya kurnia dan rahmat Allah semata-mata.
DALIL
143) Engkau lebih membutuhkan maaf dan kesabaran Allah, daripada kebutuhan
ketika ketika engkau berbuat taat,
melebihi daripada kebutuhanmu ketika engkau berbuat maksiat dosa.
Kemuliaan seorang
hamba hanya ketika bersandar diri kepada Tuhannya, dan jatuhnya seorang hamba bila
ia telah melihat dan berbangga dengan dirinya sendiri. Sedang manusia ketika
berbuat taat merasa dirinya sudah baik lalu berbangga dengan amal perbuatannya
itu, kemudian menghina pada lain orang. Padahal amal perbuatannya itu jika
dikoreksi dalam hal keikhlasannyatidak mungkin akan diterima, bahkan amal itu semua
hanya amal perbuatan yang palsu dan tidak berharga di sisi Allah.
Allah telah menurunkan wahyu kepada seorang Nabi : Beritahukan
kepada hamba-hambaKu yang siddiqin (yang sungguh-sungguh beribadat kepadaKu),
janganlah kamu tertipu oleh kesombongan dengan amal perbuatanmu itu, karena
apabila Aku menegakkan benar-benar.keadilanKu pasti Aku akan menyiksa mereka
dan tidak (bukan) suatu kedzaliman terhadap mereka. Dan katakan kepada
hamba-hambaKu yang telah berbuat dosa : Janganlah kamu berputus harapan dari
rahmatKu, sebab tidak ada suatu dosa yang tidak dapat Aku ampunkan. Abu Yazid AL-Brrsqamy berkata : Tobat
karena berbuat maksiat itu cukup hanya satu kali. Sedang tobat setelab berbuat
taat harus seribu kali. sebab taat yang diliputi oleh ujub sombong itu berubah
menjadi maksiat yang besar, dan orang tidak akan menyadarinya. Sebagaimana
terjadi jatuhnya iblis dari singgasana kehormatannya.
DALIL
144) Tutup Allah itu terbagi dua, (1) tertutup dari.berbuat maksiat (dosa)
dan terlutup dalam perbuatan maksiat (dosa). Manusia pada umumnya minta kepada
Allah supaya ditutupi dalam perbuatan dosa, karena kuatir jatuh kedudukannya
dalam pandangan sesama manusia, tetapi orang-orang yang khusus minta kepada Allah,
supaya ditutupi daripada maksiat(dosa)jangan sampai berbuat dosa karena takut jatuh
dari pandangan Allah.
Firman Allah :
Mereka sembunyi
dari sesama manusia tetapi tidak sembunyi dari Allah yang selalu beserta
mereka.
Firman Allah :
Dalil
Mereka orang
munafiq bermuka-muka kepada orang (riyaa') dan tiada ingat dzikir kepada Allah
kecuali sedikit sekali'
Ady Bin Hatim ra berkata : Rasulullah saw. bersabda : Kelak pada hari Qiamat ada
beberapa orang yang dibawa ke surga, tetapi setelah melihat segala kesenangan
yang tersedia dan merasakan hawa enaknya,
tiba-tiba diperintahkan
menghalaukan mereka dari surga, sebab mereka tidak ada bagian dalam surga itu,
maka kembalilah rnereka dengan penuh penyesalan. sehingga mereka berkata : Ya
Tuhan, andaikan Engkau masukkan kami ke dalam neraka sebelum memperlihatkan
kepada kami surga dan segala yang disediakan untuk para waliMu, niscaya akan
lebih ringan bagi kami. Jawab Tuhan : Memang kami sengaja demikian, kamu dahulu
jika sendirian berbuat segala dosa-dosa yang besar, tetapi jika bertemu pada
orang-orang berlagak khusuk bermuka-muka pada manusia berlawanan dengan apa
yang dalam hatimu, kamu takut kepada sesama manusia dan tidak takut kepadaKu,
mengagungkan manusia dan tidak condong kepada-Ku, maka hari ini Aku rasakan
siksaKu yang sepedihpedihnya, di samping diharamkan atas kamu segala RahmatKu.
DALIL
145)Siapa yang menghormati kepadamu, sebenarnya hanya menghormat keindahan
tutup Allah kepadamu, oleh karena itu seharusnya pujian itu pada Tuhan yang
menutupi engkau, bukan pada orang yang memuji dan terima kasih kepadamu.
Tiap orang pasti
ada cela kebusukannya yang andaikan diketahui oleh lain orang, pasti akan
membenci dan tidak suka padanya, tetapi yang menyebabkan adanya orang yang
memuji dan menghormati padanya, bukan semata-mata karena kebaikannya, tetapi
karena Allah menutupi kebusukan dan cacatnya, maka pujian itu seharusnya
kembali kepadaTuhan yang menutupi kebusukan (aibnya), bukan kepada orang yang
tidak mengetahui kebusukannya. Tiap orang pasti mempunyai ciriciri dan
kekurangan-kekurangan yang ia malu jika diketahui oleh lain orang, karena itu
jika terjadi ada orang rnemuji kepadanya tidak lain karena indahnya tutup yang
dipasang oleh Allah pada dirinya. Sehingga tertutup olelh kekurangannya dan
terlihat bagusnya semata-mata. Karena itu wajib ia bersyukur memuji kepada
Allah yang menutupi dan tidak pada manusia yang memujinya karena tidak tahu
kejelekannya.
DALIL
146) Sebenarnya bukan sahabatmu, kecuali yang bersahabat kepadamu, setelah
ia mengetahui benar-benar kejelekanmu, dan tiada yang demikian itu kecuali
Tuhanmu yang maha mengetahui. sebaik- baik sahabatmu ialah yang selalu
memperhatikan kepentinganmu, bukan karena suatu kepentingan yang diharap
daripadamu untuk dirinya.
Dan yang sedemikian
itu juga tidak ada,kecuali Tuhan Allah sendiri dada lain-lainnya. sedangkan
ayah dan ibu masih juga ada kepentingan kepentingan dan pengharapan-pengharapan
dari padamu, sedangkan di dunia tidak ada manusia yang kasih sayang kepadamu
sebagaimana ayah dan ibu, demikian pula masih tidak sunyi dari harapan dan
kepentingan.
DALIL
147) Andaikan nur keyakinan itu telah menerangi hatimu, niscaya engkau
dapat melihat akherat ini lebih dekat kepadamu sebelum engkau melangkahkan kaki
kepadanya, juga niscaya engkau akan dapat melihat segala-kecantikan dunia ini,
telah diliputi kesuraman kerusakan yang bakal
menghinggapinya.
Rasulullah saw. berkata : Sesungguhnya nur cahaya jika masuk dalam hati, terbuka
lapanglah dada untuknya. Ketika Nabi saw ditanya : Ya Rasulullah apakah yang demikian
itu ada tandanya?
Jawab Nabi saw. : Ya, yaitu merenggangkan diri dari dunia tipuan, dan
condong pada akherat yang kekal, dan bersiap-siap untuk menghadapi maut (mati)
sebelum tibaNYa.
Anas ra. berkata : Ketika Rasulullah saw. sedang berjalan berjumpa dengan
seorang pemuda dari sahabat Anshar, Rasulullah langsung berianya : Bagaimanakah
keadaanmu hai Haritsah pada pagi ini ?
Jawabnya:
Sayakini menjadi seorang mukmin yang sungguh-sungguh' Rasulullah berkata : Hai
Haritsah perhatikan perkataanmu, sebab tiap kata itu harus ada bukti
hakikinya"
Maka berkata Haritsah : Ya Rasulullah jiwaku jemu dari dunia, sehingga saya
bangun malam dan puasa siang hari, kini seolah-olah aku berhadapan dengan
arasy, dan melihat ahli surga sedang ziarah menziarahi satu pada yang lain sebagaimana
seolah-olah aku meiihat ahli neraka sedang menjerit jerit di dalamnya.
Bersabda Nabi saw. : Engkau telah melihat, maka tetapkanlah (angan berubah).
Seorang hamba, yang telah diberi nur iman dalam hatinya.
Haritsah berkata : Ya Rasulullah doakan aku mati syahid, maka.Irlabi saw.
berdoa untuknya. Dan ketika pada suatu hari ada panggilan untuk berjihad (Hai kuda
Allah segeralah), maka dialah yang pertama menyambut dan pertama kali mati
syahid. Dan ketika ibunya mendengar berita bahwa anaknya telah mati syahid, ia
datang bertanya kepada Rasulullah saw. : Ya Rasulullah beritahukan kepadaku
tentang Haritsah putraku, jika ia di surga aku tidak akan rnenangis atau
rrgnyesal, tetapi jika lain dari itu, maka alu akan menangis selama hidupku di
dunia !
Jawab Nabi saw. : Hai Ibu Haritsah, bukan hanya satu surgatetapi surga di
dalam surga-surga. Dan Haritsah telah mencapai firdaus yang tertinggi. Maka
kembalilah ibu Haritsah sambil tertawa dan berkata : Untung-untung bagimu hai
Haritsah.
Anas ra. juga berkata : Pada suatu hari Mu'adz bin Jabal masuk ke tempat Nabi
saw. sambil menangis, maka ditanya oleh nabi saw. : Bagaimanakah keadaanmu pagi
ini hai Mu'adz ? Jawab Mu'adz : Aku pagi ini mukmin benar-benar kepada Allah.
Bersabda Nabi saw. : Tiap kata-kata yang benar itu harus ada bukti hakikatnya,
maka apakah bukti pemyataanmu itu ?
Jawab Mu'adz : Ya Nabiyallah, kini jika aku berada di waktu pagi merasa
mungkin tidak sampai sorc, dan jika sore merasa tidak mungkin sampai pagi, dan
tiap melangkahkan kaki merasa mungkin tidak dapat melangkahkan yang lain, dan
terlihat kepadaku seolah-olah manusia semua telah dipanggil untuk menerima
suratan amal bersama dengan Nabi-nabi dan berhala-berhalanya yang disembah
selain dari Allah, juga " seolah-olah saya melihat siksa ahli neraka dan
pahala ahli surga.
Maka bersabda Nabi : Engkau telah mengetahui, maka tetapkanlah. Rasulullah
saw. ketika memberitahukan kepada sahabat-sahabatnya hal gugurnya sahabat Zaid
bin Haritsah dan Ja'far bin Abi Thalib dan Abdullah bin Rawahah ra. berkata:
Demi Allah mereka tidak akan senang, andaikan mereka masih berada di antara
kami. Rasulullah memberitakan demikian dengan air mata yang berlinang'linang.
DALIL
148)Tiada sesuatu benda yang menghijab engkau dari Allah,tetapi yang menghijab
engkau persangkaanmu adanya sesuatu di samping Allah : Sebab segala sesuatu
selain dari Allah itu pada hakikatnya tidak maujud ( tidak ada) sebab yang
wajib ada hanya Allah, sedang yang lainnya terserah pada belas kasih Allah,
untuk diadakan atau ditiadakan.
Seorang Aarif berkata : Adanya makhluk semua ini bagaikan adanya bayangan pohon
di dalam air, maka ia tidak akan menghalangi jalannya kapal (perahu) maka
hakikat yang sebenarnya tiada sesuatu benda apapun yang maujud di samping Allah untuk menghijab engkau
dari Allah hanya engkau sendiri mengira bayangan itu sebagai sesuatu yang
maujud.
Lain contoh:Seorang
yang bermalam di Suatu tempat,tiba.tiba pada malam hari ketika ia akan buang
air terdengar suara angin yang menderu masuk ke lobang sehingga persis sama
dengan suara harimau' maka ia tidak berani keluar, tiba-tiba pada pagi hari ia
tidak melihat bekas-bekas harimau maka ia tahu bahwa itu hanya tekanan angin
yang masuk ke lobang, maka ia tiada tertahan karena harimau, hanya karena perkiraan
adanYa harimau.
DALIL
149)AndaikanAllahtidakdhahirpadabenda-bendaalamini, tidak mungkin adanya
penglihatan padaNya, dan –andaikan Allah mendhahirkan sifatNya pasti lenyaplah
alam bendaNya'
Firman Allah :
Ketika Allah bertajalli
kepada bukit,hancurlah(lenyaplah)bukit itu, sedang Nabi Musa jatuh pingsa.
Rasulullahsaw.bersabda:HijabAllahituberupacahaya,andaikan
dibuka pasti akan terbakar segala sesuatu yang merrghadapinya'
150) Allah yang mendhahirkan segala sesuatu, karena Dia (Allah) yang
bersifat batin, dan Allah melipat adanya segala sesuatu sebab Allah itulah yang
dhahir (elas) pada tiap-tiap sesuatu.
Sebab alat
penglihatan manusia ini serba gelap, tidak hanya cukup dengan mata dan benda
yang dilihat, harus dibantu oleh nur cahaya yang menerangi mata dan benda yang
akan dilihat. Sedang Allah itulah yang "Nurus samaawati wal'ardhi" :
Allah itulah yang menerangi langit dan bumi.
DALIL
151) Allah mengizinkan engkau melihat alam sekitarmu, tetapi Allah tidak
mengizinkan engkau berhenti pada benda-benda alam, sebagaimana firman Allah :
Katakanlah : Perhatikanlah apa yang di langit-langit itu Allah membukakan
bagimu jalan untuk mengerti, karena itu ia tidak berkata : Perhatikanlah
langit-langit itu. Supaya tidak menunjukkan kepadamu adanya benda-benda itu.
Sebab benda-benda
itu adalah buatan yang rusak dan tidak kekal, maka jangan sarnpai tertipu sehingga
kau kirakan berdiri sendiri, seolah-olah terlepas dari ketentuan Allah.
Dalam kitab
Latha'iful-iman tersebut : Alam benda ini tidak ditegakkan untuk engkau
perhatikan, tetapi untuk engkau perhatikan padanya kebesaran kekuasaan Tuhan
yang mengatur.
152) Alam ini ada bila ditetapkan oleh Allah' tetapi alam ini musnah lenyap
dengan keesaan dzat Allah.
Ke-esaan dzat
Allah yang tidak bersekutu atau berbanding itu melenyapkan segala yaitu, yakni
tetap Allah yang tunggal dan segala sesuatu selain Allah bayangan belaka dan bekas buatan
Allah.
DALIL
153) Orang-orang memuji padamu disebabkan oleh apa yang mereka sangka ada
padamu, karena itu engkau harus mencela dirimu karena apa-apa yang benar-benar
engkau ketahui pada dirimu.
Jangan sampai
engkau tertipu oleh pujian orang-orang yang tidak mengetahui hakikatmu,
sehingga seolah-olah merasa sudah sempurna dan merasa layak dipuji, bahkan sebaliknya
dari itu engkau harus berdoa.
DALIL
Ya Allah
jadikanlah aku lebih baik dari apa yang merekasangka dan ampunkan bagiku
apa-apa (dosa-dosa) yang tidak mereka ketahui Dan jangan dituntut dengan apa
yang mereka katakan.
Siapa yang merasa
senang dengan pujian orang terhadap dirinya' berarti ia telah mengizinkan
(memberi kesempatan) kepada setan untuk masuk dan merusak iman dan fikirannya.
DALIL
154) Seorang mukmin jika dipuji orang' malu pada Allah karena ia dipuji
dengan sifat yang tidak ada pada dirinya.
Seorang mukmin
yang sesungguhnya ialah yang tidak merasa dirinya mempunyai sifat –sifat yang
layak untuk dipuji ,sebab ia hanya merasa mendapat karunia Allah jika ia dapat
berbuat sesuatu yang baik dan sama sekali bukan dari usaha kekuasaan dan
kehendak sendiri.
DALIL
155) Sebodoh-bodoh manusia yaitu orang yang meninggalkan (mengabaikan)
keyakinan yang sungguh ada padanya, karena menurut persangkaan yang ada pada
orang-orang.
Yang yakin ia
ketahui yaitu kekurangan-kekurangan dan dosadosa yang telah dilakukannya atau
kerendahan akhlak dan kelemahan imannya sendiri. Sedang persangkaan orang lain
yang mengira baik padanya karena kebodohannya dan tidak rnengetahui apa yang di
balik tirai yang tertutup fantasi lahir yang baik itu. Karena itu jika ia tidak
sadar diri terhadap sesuatu yang yakin itu, karena menurutkan perkiraan orang
lain, maka nyata ia sebodoh-bodoh manusia.
Al-Harits
Al-Muhasiby mengumpamakan orang yang senang dengan pujian orang itu, bagaikan
orang yang senang dengan ejekan orang padanya: Andaikan ada orang berkata:
Kotoranmu itu tidak berbau, atau berbau harum, lalu engkau gembira dengan keterangan
pujian yang demikian, padahal engkau sendiri jijik dan berbuat busuk. Maka
ketahuilah bahwa kotoran dosa dan jiwa itu lebih busuk dari kotoran (tai)
orang.
Seorang hakiem
dipuji oleh orang awam, maka ia menangis lalu ditanya : Mengapakah engkau
menangis padahal orang itu memuji padamu ?
Jawabnya : Ia
tidak memuji kepadaku, melainkan setelah mengetahui bahwa ada padaku sifat-sifat
yang sama dengan sifat-sifatnya.
DALIL
156) Jika Allah melepaskan lidah orang-arang memuji-muji kepadamu, padahal
nyata-nyata engkau tidak layak untuk mendapat pujian yang sedemikian itu, maka
harus engkau memuji kepada Allah sebagai layaknya (haknya).
Yakni engkau
memuji kepada Allah yang telah menutupi kekurangan-kekuranganmu dan aib (cela)
mu itu, dan jangan sekali-kali tertipu oleh pujian orang yang bodoh yang tidak
mengetahui hakikat yang sebenamya.
DALIL
157) Orang-orang zahid (ahli ibadat) jika dipuji merasa ketakutan, karena
melihat pujian itu dari sesama_makhluk, sebaliknya orang aarif jika dipuji
merasa gembira karena mengerti benar-benar bahwa pujian itu langsung dari Allah
raja yang hak.
Karena itu
Rasulullah mengajarkan secara umurn : Siratkan (hamburkan) tanah di muka orang
yang memuji-muji.
Sedang Rasulullah
sendiri ketika dipuji dengan gasidah oleh Hassan dan Ka'ab bin Zuhair,
Rasulullah saw. menunjukkan kegembiraan bahkan melemparkan mantel (serban)
kepada Ka'ab bin Zuhair.
Dan suatu tanda
bahwa ia seorang aarif bila ia tidak berubah dalam pujian maupun celaan orang,
sebab yang diperhatikan hanya semata-mata hubungannya kepada Allah.
DALIL
158) Apabila engkau ketika diberi merasa gembira karena pemberian, dan jika
ditolak merasa sedih karena penolakan, maka ketahuilah yang demikian itu
sebagai tanda masih adanya sifat-sifat kekanak-kanakan padamu, dan belum
bersungguh-sungguh dalam sifat kehambaanmu kepada Allah.
Selama engkau
masih selalu berubah-ubah suasana hatimu ketika menerima nikmat atau ujian
bala', maka nyata bahwa masih dipengaruhi oleh hawa nafsu, dan belum
sungguh-sungguh dalam kedudukan kehambaan kepada Allah, dan pengertian terhadap
hikmat. rahmat Allah terhadap sekalian makhluknya.
DALIL
159) Jika terlanjur (terjadi) perbuatan dosa, maka yang demikian itu jangan
sampai menyebabkan patah hatimu untuk rnendapatkan istiqamah kepada Tuhanmu,
sebab kemungkinan yang demikian itu sebagai dosa yang terakhir yang telah
ditakdirkan bagimu.
Perbuatan dosa
itu tidak menyalah istiqamah dalam kehambaan, asalkan jangan terus-menerus dan
merupakan kegembiraan dalam melakukannya, tetapi bila semata-mata karena
terlanjut, dengan tidak ada sifat gembira dalam melakukan perbuatan itu, bahkan
segera bertobat daripadaNya. Sebab manusia tidak akan mungkin dapat mengelakkan
diri dari takdiryang telah ternrlis baginya. Karena itu terjadinyaperbuatan dosa
jangan sekali-kali menyebabkan putus asa dari tetapnya istiqamah dalam
kehambaan kepada Allah swt.
DALIL
160) Apabila engkau ingin dibukakan oleh Allah pintu harapan, maka perhatikan
kebesaran nikmat-nikmat dan rahmat Allah yang berlimpah limpah kepadamu. Dan
bila engkau ingin dibukakan bagimu pintu takut, maka perhatikan amal
perbuatanmu terhadap Allah.
Jika engkau
selalu memperhatikan kebesaran dan padatnya nikmat rahmat Allah kepadamu, pasti
engkau akan selalu optimis dan berharap baik atau bersangka baik, sebaliknya
jika engkau selalu memperhatikan kecurangan dan kekuranganmu terhadap Allah,
maka pasti timbul dari padamu rasa takut kepada Allah, memang sifat-sifat yang
harus ada pada tiap mukmin :
DALIL
161) Mungkin engkau mendapat kurnia ilmu ma'rifat pada saat gelapnya
kesedihan, apa-apa yang tidak engkau dapatkan pada saat terangnya nikmat
kesenangan" Kamu tidak mengetahui yang manakah yang lebih dekat bagimu
manfaat keuntungannya.
Adakalanya
manusia karena nikmat ia jatuh binasa, dan adakalanya juga karena bala', maka
ia mendapat karunia yang sebesar-besarnya dari taufiq hidayat serta iman dan
ma'rifat terhadap Allah. Karena manusia tidak mengetahui maka sebaiknya ia
menyerah dengan rela dan tidak rewel terhadap pemberian dan aturan Allah.
DALIL
162)Tempat terbitnya berbagai nur cahaya Ilahi itu dalam hati manusia dan
rahasia- rahasiaNYa, Bintang ilmu dan bulan ma'rifat dan matahari tauhid
semuanya bersarang dan terbit hanya pada hati manusia.
Rasulullah saw. bersabda : Allah telah berfirman : Tidak
cukup untukKu langit dan bumiKu, tetapi yang cukup bagiku hanya hati hambaKu
yang beriman (mukmin)'
Abdul-Hasan Asysyadzily berkata : Andaikan Allah membuka penerangan
nur seorang mukmin yang berbuat dosa, niscaya memenuhi antara langit dan bumi,
maka bagaimanakah dengan nur cahaya seorang mukmin yang taat .
Abul-Abbas Almarsy berkata: Andaikan Allah membuka hakikat
kewalian seorang wali, niscaya akan disembah orang, sebab ia bersifat dengan
sifat-sifat Allah swt. Andaikan Allah membuka nur cahaya hati para walinya'
niscaya akan sirna cahaya matahari, bukan karena kuat nur para wali itu tetapi karena
nur matahari dan bulan dapat hapus dengan gerhana' sedang nur para wali itu
tidak ada gerhananya: Sesungguhnya matahari terbenam di waktu malam' Sedang matahari
hati itu tidak terbenam untuk selamanya'
DALIL
163) Nur cahaya yang tersimpan dalam hati itu datangnya dari nur yang
datang langsung dari perbendaharaan ghaib.
Nur keyakinan
yang ada dalam hati orang-orang aarif itu salurannya langsung daripada nur yang
berasal dari perbendaharaan ghaib. Allah telah menerangi alam benda yang lahir
ini dengan nur cahaya benda buatanNya, dan Allah menerangi hati batin itu
dengan nur cahaya sifatsifatNya.
DALIL
164) Nur cahaya yang dicapai dengan panca indera menerangkan bagimu
bekas-bekas buatan Allah yang berupa benda, sebaliknya nur iman keyakinan dapat
menunjukkan kamu hakikat sifat-sifat Allah.
Dengan nur cahaya
matahari engkau melihat benda-benda alam, tetapi dengan nur iman keyakinan
engkau dapat langsung melihat kepada AIlah yang menjadikan benda alam.
DALIL
165) Adakalanya hati ini terhenti pada sinar cahaya- cahaya itu sebagaimana
terhijabnya nafsu dengan padatnya benda-benda makhluk.
Hijab yang dapat
merintangi atau menghijab manusia berjalan kepada Allah itu adakalanya nurani
dan adakalanya kegelapan, maka bila yang menghentikan perjalanan manuju kepada
Allah berupa ilmu pengetahuan, maka itu bernama hijab nurani, sebaliknya jika
yang menghalangi perjalanan itu adat kebiasaan dan syahwat, maka bernama
kegelapan benda dunia. Hati dapat silau oleh nur cahaya, sebagaimana silaunya
nafsu dengan kegelapan benda, sedang Allah di balik itu semuanya.
DALIL
166) Allah sengaja menutupi nur hati itu dengan pekerjaan-pekerjaan yang
lahir karena sayang kepadanya jangan sampai diobral dengan terbuka begitu saja,
atau kuatir daripada lidah yang akan menyiar-nyiarkannya.
Juga Allah
menutup nur cahaya kewalian para walinya karena rahmatnya terhadap kaum
mukminin, sebab sekiranya terbuka itu rahasia kewalian pada seorang, pasti akan
mewajibkan bagi orang yang terbuka hatinya itu, kewajiban-kewajiban yang
mungkin tidak dapat melaksanakannya, dan dengan demikian berarti telah
terjerumus dalam dosa durhaka.
DALIL
167) Maha Suci Allah yang sengaja tidak mengadakan suatu bukti (tanda)
untuk para walinya, kecuali sekedar untuk mengenal kepadanya, sebagaimana tidak
menyampaikan (mempertemukan) dengan mereka kecuali pada orang yang akan disampaikan
kepada Allah.
Abul-Abbas Almarsy berkata : Untuk mengenal seorang waliyullah itu
lebih sukar daripada mengenal kepada Allah, sebab Allah mudah dikenal dengan
adanya bukti-bukti kebesaran, kekuasaan dan keindahan buatanNya, tetapi untuk
mengetahui seorang makhluk yang sama sama dengan engkau : makan minum dan
menderita segala penderitaanmu sungguh sangat sukar. Tetapi jika Allah
memperkenalkan engkau dengan seorang wali, maka Allah menutupi sifat-sifat
manusia biasanya dan memperlihatkan kepadamu keistimewaan-keistimewaan yang
diberikan oleh Allah kepada wali itu.
Dalam sebuah hadits qudsi Allah berfirman : Para waliKu
dibawah naunganKu, tiada yang mengenal mereka dan mendekat kepada seorang wali,
kecuali jika Allah memberikan taufiq hidayatNya. Supaya ia langsung juga
mengenal kepada Allah dan kebesaranNya yang diberikan kepada seorang manusia
yang dikehendakiNya.
Abu Ali Al-Jurjay berkata : Seorang wali itu ialah orang yang
fana (lupa pada dirinya, dan tetap (baqa')) dalam musyahadah dan melihat Tuhan.
Allah yang mengatur segala-galanya, maka karena itu berturut turut datang
kepadanya nur ilahi. Dalam Al-Qur'an : Para wali ialah mereka yang beriman dan
bertakwa. Dalam lain riwayat : Ialah mereka yang mengakui Rabbunallah (Tuhan
kami Allah) dan istiqamah (tetap tidak berubah). Dari itu merekalah yang merasa
hidup aman tidak takut dan tidak berduka cita di dunia dan akherat.
DALIL
168) Mungkin Allah memperlihatkan kepadamu sebagian dari ghaib di alam
malakut (di atas langit), tetapi sengaja Allah menutupi daripadamu
rahasia-rahasia para hambaNya.
Adakalanya Allah
membukakan untuk seorang wali alam malakut sehingga ia mengetahui segala
sesuatu yang ghaib dalam alam malakut, tetapi karena rahmat Allah kepadanya
tidak dibukakan padanya jalan untuk mengetahui rahasia-rahasia sesama manusia,
supaya tidak turut campur
dalam urusan dan
kebijaksanaan Allah yang berlaku pada semua hambaNya.
Sahl bin Abdullah ketika ditanya oleh muridnya : bagaimanakah mengenal
waliyullah itu ? Jawabnya ; Allah tidak memperkenalkan mereka kecuali kepada
orang-orang yang serupa dengan mereka, atau kepada orang yang bakal mendapat
manfaat dari mereka (yukni untuk mengenal dan mendekat kepada Allah). Sebab
apabila diobral sehingga mudah dikenal orang, maka timbul kewajiban bagi siapa
yang sudah mengenal pada wali itu harus percaya dan tidak boleh menentang,
mengingkari mereka, sebab menentang langsung berarti kekafiran, karena itu
rahmat kebijaksanaan Allah telah menetapkan para wali itu dengan hijab
basyariyah (kebiasaan manusia).
Firman Allah :
Allah itu wali(pelindung
pemelihara)orang yang beriman atau orang mukminin.
Dalam hadits qudsi Allah berfirman :
DALIL
Siapa yang
mengganggu (menganiaya) seorang waliKu' maka langsung Aku memaklumkan perang
kepadanya'
DALIL
169)Siapa yang dapat melihat rahasia-rahasia manusia padahal ia tidak meniru sifat rahmat Tuhan,
maka pengetahuan itu menjadi bala
baginya, dan sebagai sebab untuk tibanya bahaya bagi dirinya sendiri
Siapa yang dibukakan
kasyaf baginya sehingga dapat melihat rahasia-rahasia sesama manusia, tetapi
tidak meniru sifat rahmat dan ampunan Tuhan, maka kasyaf yang demikian itu
berarti suatu ujian yang berat baginya, bahkan akan berupa sebab untuk tiba
bencana bagi dirinya.
Rasulullah saw' bersabda : DALIL
Tidak tercabut
perasaan rahmat belas kasih itu terkecuali dari hati orang yang celaka'
Rasulullah saw. bersabda : DALIL
Orang yang belas
kasih, dikasihi oleh Allah (Arrahman)' karena itu rahmatilah (kasihanilah)
orang di bumi niscaya kamu di kasihi oleh yang di langit.
Diriwayatkan bahwa
Nabi lbrahim as' pernah tergerak dalam hati kecilnya seolah-olah ia sangat
belas kasih terhadap makhluk, maka diangkat oleh Allah ke tempat untuk dapat
melihat penduduk bumi dan segala perbuatan mereka, tiba-tiba setelah ia melihat
berbagai macam perbuatan-perbuatan hamba-hamba Allah, ia berdoa : Ya Allah
binasakhalah mereka orang-orang yang durhaka itu. Jawab Allah : Aku lebih kasih
sayang pada hambaku daripadamu hai Ibrahim, turunlah engkau hai Ibrahim, sebab
mereka mungkin bertobat dan kembali kepadaku. Ali bin Abi Thalib ra. berkata :
Bersabda Nabi saw' : Ketika Allah memperlihatkan kepada Ibrahim as. Malakutassamawati
(kekuasaan Allah di langit dan bumi), tiba-tiba ia melihat orang yang berbuat
maksiat, langsung ia berdoa, maka binasalah orang yang itu' Kemudian yang kedua
demikian pula dan,yang ketiga. Maka Allah berfirman : Hai Ibrahim, engkau seorang
yang mustajab doa, maka jangan anda gunakan untuk membinasakan hambaku, sebab
hambaku itu salah satu dari tiga kemungkinan, imma ia bertobat maka Aku
ampunkan baginya, atau Aku keluarkan daripadanya turunan yang bertasbih (mengagungkan
Aku), atau ia kembali menghadap kepadaKu, maka terserah bagiKu untuk
mengampunkan atau rnenyiksa.
Bahkan ada keterangan
bahwa sebab ia diperintah menyembelih anaknya itu karena kejamnya terhadap orang-orang
yang berbuat dosa maksiat. Juga ada riwayat : Ketika Ibrahim as. memegang pisau
untuk menyembelih putranya ia berkata : Ya Allah, ini putraku, buah hatiku, manusia
yang tercinta padaku. Tiba-tiba ia mendengar jawaban, ingatlah ketika engkau
minta kepadaku untuk membinasakan hambaku, apakah engkau tidak mengetahui bahwa
Aku amat kasih pada hambaku sebagaimana kasihmu terhadap anakmu,maka jika
engkau minta padaku
untuk membunuh
hambaku. Aku minta padamu untuk membunuh anak kandungmu, satu lawan satu bahkan
yang mulai itu lebih kejam.
DALIL
170) Bagian hawa nafsu dalam perbuatan maksiat itu lebih jelas terang,
tetapi baginnya dalam perbuatan taat itu halus samar, dan untuk mengobati yang
samar itu amat sukar menyembuhkannya.
Hawa nafsu selalu
mengambil bagian dalam taat atau maksiat, adapun bagiannya dalam maksiat, maka
terang, nyata yaitu kelezatan yang dirasakannya, yang terakhir dengan bencana,
sedang bagiannya dalam perbuatan taat sangat halus dan sama sekali sukai untuk
difr, mehuinya, kecuali bagi orang yang waspada dan berpandangan jauh'
Bagian hawa nafsu
dalam taat yaitu : Riya' untuk dilihat orang, dipuji orang, disanjung orang
ternama di tengah-tengah masyarakat, terkenal, terhormat dan dipercaya
orang" Sebab amal yang tidak dapat bagian hawa nafsu hanya dalam amal
perbuatan yang ikhlas melulu kepada Allah, untuk mencapai keridhaan Allah.
DALIL
171) Ada kemungkinan masuknya riya' dalam amal perbuatanmu dari arah yang
tidak ada orang yang melihat kepadamu.
Beramal di muka
orang untuk dilihat orang itu riya' yang terang jelas. beramal sendirian, tidak
ada orang yang mengetahui lalu ingin disanjung,dihormat, bahkan jika ada kebutuhan
supaya lekas-lekas orang membantu kepadanya, atau bila membeli sesuatu supaya
dikorting (dikurangi) harganya, dan sekiranya ada orang yang tidak hormat
padanya, ia mengharap semoga terkena siksa atau balasan Allah, ini semuanya
termasuk riya' yang samir.
Rasulullah saw. bersabda : Syirik itu ada yang lebih samar dari
jalannya semut hitam di atas batu hitam di malam yang gelap.Dan riya' termasuk
dari syirik yang samar. Yaitu beramal tidak karena Allah ta'ala.
Ali bin Abi Thalib ra. berkata: Kelak pada hari kiamat Allah akan berkata
kepada orang-orang yang zahid dan fakir : Tidakkah telah dimurahkan (diturunkan)
harga barang-barang untuk kamu, tidakkan jika kamu, berjalan lalu diberi salam
lebih dahulu, tidakkah jika kamu berhajat (kepentingan) segera disampaikan
segala hajatmu.
Di dalam lain hadits : Kini tidak ada pahala bagimu, sebab semua pahalamu telah
kamu terima semasa hidup di dunia. Abdullah bin Al-Mubarak meriwayatkan dari Wahb
bin Munabbih : ada seorang ahli ibadat berkata : kepada kawan kawannya : Kami
setelah meninggalkan harta kekayaan ini tidak kuatir menyeleweng dari jalan
Allah, tetapi kami kuatir kalau-kalau kami telah menyeleweng dari agama
melebihi daii penyelewenangan orang yang banyak harta dan anak buah, karena ada
di antara kami yang ingin dihormati, di sanjung karena agamanya, jika berhajat minta
lekas disampaikan hajatnya karena merasa beragama. Jika membeli sesuatu minta
dimurahkan karena merasa beragama. Ketika berita nasehat ini sampai kepada raja
maka datanglah raja dengan rombongannya yang besar sekali untuk berziarah
kepada guru yang bernasehat demikian kepada kawan-kawannya itu, dan ketika
terdengar kepadanya bahwa raja akan ziarah kepadanya. segera ia minta kepada
kawannya berbagai macam makanan, lalau ia
makan dengan
rakus, sehingga ketika raja bertanya : Manakah orang yang memberi nasehat
demikian itu ? Di jawab : Itulah orang yang sedang makan. Maka raja bertanya :
bagaimanakah keadaanmu ? Jawabnya : Seperti orang banyak, baik-baik saja. Maka
ketika raja melihat keadaan itu ia berkata kepada rombongannya : Tidak perlu
datang kepada orang ini, tidak ada kebaikan baginya, lalu kembali raja.
Tiba-tiba orang itu berkata : Alhamdulillah yang menghalaukan engkau dari
padaku dan menjadikan engkau mencela padaku.
Yusuf bin Al.Husain Anazy berkata : Sesuatu yang
amat berharga di dunia ini ialah ikhlas, beberapa kali aku bersungguh-sungguh
untuk menghilangkan riya' dari dalam hatiku, tiba-tiba ia tumbuh dalam lain
corak (warna).
DALIL
172) Keinginanmu untuk diketahui orang, tentang sesuatu dari keistimewaanmu
itu, sebagai bukti tidak adanya kejujuranmu dalam kehambaanmu.
Keistimewaan yang
diberikan Allah kepada rnakhluk itu berupa ilmu, atau amal shalih, yang
seharusnya dalam mengamal keduanya itu harus semata-mata unfuk mendapat
keridhaan Allah asalkan sudah beres dengan Allah itulah yang penting, karena
itu jika dipergunakan untuk pameran dan ditonjol-tonjolkan untuk mendapat
pujian orang, maka nyata bahwa rasa kehambaannya kepada Allah belum betul
(belum jujur).
Nabi Isa as. berkata : Jika orang berpuasa, maka hendaknya meminyaki rambutnya dan
membasahi bibirnya, supaya jika dilihat orang disangka tidak puasa, begitu pula
jika bersedekah hendaknya memberi dengan tangan kanan dan disembunyikan dari
tangan kiri, dan jika sembahyang harus menutup tabir rumahnya, sebab Allah
membagi pujian itu sebagaimana membagi rizqi.
Abu Abdullah Al-Qurasyi berkata : Siapa yang tidak puas dengan
pendengaran dan penglihatan Allah dalam amal perbuatan dan perkataannya, maka
pasti kemasukan riya'
Firman AIlah :
DALIL
Apakah engkau
tidak merasa cukup dengan Tuhanmu, bahwa Ia menyaksikan dan mengetahui segala
sesuatu.
Abul-Khair Al-Aqtha berkata : Siapa yang ingin supaya amalnya diketahui
orang, maka itu riya' dan siapa yang ingin diketahui orang hal keistimewaannya
maka itu pendusta.
Abu Abbas Almarsy berkata : Siapa yang ingin terkenal, maka ia
hendaknya terkenal, dan siapa yang ingin tersembunyi, maka ia hendaknya tersembunyi,
dan siapa yang benar-benar merasa sebagai hamba Allah, maka terserah pada Allah
apakah diterangkan atau disembunyikan' yakni sama saja yang penting ia beramal
karena Allah.
DALIL
173) Hilangkan pandangan makhluk kepadamu karena puas dengan penglihatan
Allah kepadamu, dan lupakan perhatian (menghadapnya) makhluk kepadamu, karena
melihat bahwa Allah menghadap kepadamu.
Sahl bin Abdullah Attustary berkata kepada kawan-kawannya : seorang
tidak dapat mencapai hakikat kewalian sehingga menghilangkan pandangan orang
dari fikirannya, sehigga tidak melihat apa-apa di dunia hanya ia dengan Tuhan
yang menjadikannya, sebab tidak ada seorangpun yang dapat menguntungkan atau
merugikan: Atau menghilangkan perasaan diri (hawa nafsunya) sehingga tidak
menghiraukan orang, dan tidak segan atau takut kepada mereka, apa saja yang
akan terjadi. Mengharap kepuasan dari semua manusia itu suatu tujuan yang tidak
mungkin tercapai, dan sebodoh-bodoh manusia siapa yang berusaha untuk
mendapatkan apa yang tidak mungkin tercapai.
Lukman Alhakiem ketika memberi irasehat kepada putranya, diajak masuk
ke pasar dengan berkendaraan himar ia yang berkendaraan dan anaknya yang
menuntun.orang mencela :orang tua kejam dia berkendaraan dan anaknya disuruh berjalan.
Kemudian ia suruh anaknya naik tiba-tiba ,orang mencela: Dua orang naik satu
himar. Ialu turun Lukman dan anaknya tetap diatas, tiba-tiba ada orang mencela
: Anak kurang ajar, bapak dijadikan buruh menunrun. Kemudian turun keduanya
menuntun himar, tiba-tiba orang mencela. Bodoh benar himar tidak dinaiki hanya
dituntun semata-mata Tujuan Lukman untuk menunjukkan kepada putranya bahwa
orang yang beramal atau mengambil-ambil hati orang tidak selamat dari celaan
mereka. Karena itu seorang yang sempurna akal fikiran di dalam beramal hanya
menuju kepada hak, benar dan diridhai Allah, hanya itu saja yang dikerjakan.
Muharnmad bin Aslam ra. berkata : Ada kepentingan apakah saya pada
manusia padahal sejak saya dalam punggung Ayah seorang diri, lalu di dalam
perut ibu juga seorang diri dan keluar di dunia juga seorang diri, (yakni tidak
melalui bantuan manusia) hingga mati dan masuk ke kubur juga seorang diri, dan
menghadapi persoalan alam kubur sampai kemudian menghadap kepada Allah, dan
masuk surga atau neraka juga seorang diri, maka apakah kebutuhan saya dengan
manusia ?
Al-Harits
Almuhasiby ra. ketika ditanya tentang tanda orang yang sungguh-sungguh ikhlas kepada
Allah .Jawabnya : seorang yang benar-benar ikhlas yaitu yang tidak hirau
(menghiraukan) dinilai apa saja boleh sesama manusia, asalkan ia sudah benar
hubungannya dengan Allah dan tidak ada orang yang mengetahui walau sekecil debu
dari amal kebaikannya, dan tidak takut jika ada orang mengetahui amal
perbuatannya yang tidak baik.Sebab jika ia merasa enggan untuk diketahui orang
kebusukannya, berarti ia ingin dipuji atau besar dalam pandangan orang, dan itu
tidak termasuk kelakuan atau akhlak orang yang benar-benar ikhlas.
DALIL
174) Siapa yang benar-benar mengenal kepada Allah, maka pasti dapat
melihatNya pada tiap-tiap sesuatu.
DALIL
175) Dan siapa yang fana dengan Allah, pasti ia lupa (ghaib) dari segala
sesuatu.
DALIL
176) Dan siapa yang cinta pada Allah, tidak akan mengutamakan sesuatu yang
lainnya.
Demikianlah siapa
yang benar-benar mengenal kepada Allah, pasti ia selalu ingat pada Allah, pada
tiap sesuatu apapun yang ia lihat, ia dengar dan rasa. Sebab tidak ada sesuatu
melainkan menunjukkan keindahan, kekuasaan dan buatan Allah. Karena itulah
siapa yang telah fana dengan Allah, sudah sungguh-sungguh ingatnya hanya kepada
Allah, maka segala sesuatu yang ada di depannya seolah-olah sepi kosong dan
bayangan belaka Sedang siapa yang betul-betul cinta kepada Allah, maka pasti ia
tidak akan mengutamakan sesuatu apapun selain Allah yang telah dicintainya itu,
bahkan ia akan sanggup mengurbankan segala kepentingan dan hawa nafsunya di
dalam mencapai keridhaan Allah swt. sebab hakikat dari semua panca indera,
penglihatan pendengaran dan perasaan itu semua bukan semata-mata karena adanya
mata, telinga dan lidah utau hidung, tetapi semua membutuhkan nur ilahi yang
langsung dari Allah, sehingga terangnya mata tanpa terangnya benda yang akan
dilihat tidak memungkinkan terlihat benda itu, maka dari kedua duanya tetap memmbutuhkan
nur ilahi yang langsung untuk panca indera dalam mencapai sesuatu apapun. Maka
dengan pandangan yang sedemikian orang aarif selalu melihat pada Allah pada
tiap apa saja yang dipandangnya. Yang setelah melihatnya fana dengan Allah dan
lupa (ghaib) dari segala sesuatu selain Allah, kemudian cinta yang tidak ada
taranya kepada Allah.
DALIL
177)Sesungguhnya yang menghijab engkau dari pada melihat Allah itu karena
sangat dekatnya Allah kepadamu.
DALIL
178) Sesungguhnya terhijabnya Allah dari penglihatanmu karena sangat
terangnya, dan samar dari penglihatan itu karena besarnya sinar cahaya nurnya.
Alat panca indera
manusia sangat terbatas, maka untuk mencapai sesuatu harus tepat pada ukuran
yang tertehtu, jika sangat jauh tidak dapat dicapai. Demikian pula terangnya
sesuatu yang akan dicapai harus dalam ukuran yang memungkinkan, sehingga gelap
tidak dapat dicapai, demikian pula jika sangat terang menyilaukan juga tidak
dapat dilihat. Kedua sebab ini sebenamya bukan hijab sebab sesuatu itu tidak
dapat terhijab oleh dzatnya sendiri, tetapi yang nyata kini yang menjadi hijab itu
hanya kelemahan alat yang ada pada manusia itu sendiri. Kata pujangga dalam
gubahan syairnya : "Dengan cahaya dapat menjadi terang semua yang engkal
lihat dari bentuk gambar lukisan dan dengan nur itujugaadanya benda-benda alam
ini, tidak dapat diragukan". Tetapi ia menjadi samar karena sangat
terangnya sehingga tidak tercapai oleh panca indera, tetapi dapat dicapai oleh
orang yang tajam matahatinya. Maka apabila engkau melihat dengan matahatimu,
tidak akan menemukan sesuatu yang terlukis pada benda-benda itu selain
daripadanya. Dan apabila engkau mencari sesuatu hakikat dari lainNya, maka nyata
engkau masih tergelincir oleh kebodohanmu sendiri.
DALIL
179) Iangan sampai doa permintaanmu kepada Allah itu engkau jadikan sebagai
alat (se.bab) untuk mencapai pemberian Allah, niscaya akan kurang pengertianmu
(ma'rifarmu) kepada Allah, tetapi hendaknya doa permintaanmu semata-mata untuk
menunjukkan kerendahan kehambaanmu dan menunaikan kewajiban terhadap kemuliaan kebesaran
dan kekayaan Tuhanmu.
Abu Nasher Assarraj berkata : Saya telah bertanya kepada guru-guru
tentang apakah kepentingan doa bagi orang yang telah menyerah bulat kepada Allah
? Jawabnya : Berdoa itu ada dua
tujuan :
pertama : Untuk menghias lahir kita dengan doa, sebab doa itu
salah satu bagian dari pada khidmat kepada Allah, maka ia ingin berbuat
demikian.
Kedua : Berdoa semata-mata karena menurut perintah Allah. Sebab faidahnya
doa itu untuk menunjukkan/memperlihatkan adanya hajat kebutuhan dan kemiskinan
diri di hadapan Allah.
Abul-Hasan berkata : Janganlah yang menjadi tujuan dari doamu itu tercapainya
hajat kebutuhanmu, maka jika demikian berarti terhijab engkau dari Allah,
tetapi harus tujuan doa untuk bermunajat berbisik-bisik kepada (dengan) Allah
yang merneliharamu, menciptakan dirimu. Dan balak bencana yang memaksakan
engkau berdoa kepada Allah itu, lebih baik daripada menerima nikmat, kesenangan
yang melupakan kepada Allah dan menjauhkan daripadanya.
DALIL
180) Bagaimanakah mungkin permintaanmu yang datang belakangan itu dapat
menjadi sebab pemberian Allah yang telah diputuskan lebih dahulu.
Keputusan Allah
dalam menentukan peraturan alam sudah di tentukan dalam azal sebelum adanya
alam ini, dan termasuk juga segala kebutuhan hajat hidup semua makhluk tidak
kecuali engkau hai manusia, karena itu jangan mengira bahwa Allah seolah-olah
lupa terhadap hajat. kebutuhanmu, sehingga sekiranya tidak engkau ingatkan
mungkin tidak diberi, kalau demikian kepercayaanmu terhadap Allah, berarti
benar-benar engkau belurn mengenal Allah dalam sifat kesempurnaannya. Suatu
contoh : Umpama, jika ada seorang ayah dianggap oleh anaknya, andaikan tidak
diingatkdn oleh anaknya niscaya ia melupakan kebutuhan anaknya itu, maka bagaimanakah
ayah yang demikian itu. Sedangkan Allah tidak dapat diumpamakan dengan ayah itu
sebab Allah maha sempurna, maha mengetahui, mencukupi, bijaksana dalam
memelihara seisi alam.
DALIL
181) Maha suci hukum (putusan) Allah yang telah pasti dalam azal, jika
disandarkan (digantungkan) kepada sebab musabab
Segala sesuatu
yang terjadi dalam alam ini, hanya semata-mata dari qudrat iradat (kekuasaan
dan kehendak) Allah secara mutlak, sehingga tidak boleh dikatakan karena ini
atau itu.
DALIL
182) Perhatian Allah kepadamu bukan karena sesuatu yang timbul daripadamu,
buktinya: Di manakah engkau ketika Allah menetapkan kurniaNya kepadamu di dalam
azal itu,dan disaat itu doa atau amal yang ikhlas atau lain-lain hal, bahkan
tidak ada apa-apa ketika itu selain semata-mata kurnia dan kebesaran pemberian
Allah.
Perhatikan
pemeliharaan Allah kepadamu sejak engkau berupa mani yang sama sekali belum
dapat berdoa atau beramal, tetapi perlengkapan yang diberikan Allah kepadamu tidak
berkurang sedikitpun, dan demikianlah selanjutnya hingga engkau lahir, kecil,
dewasa dan tua tetap tidak berubah kurnia Allah kepadamu tidak bersandar kepada
amal atau doamu, tetapi semata-matakekuasaan dan kehendak Allah yang mutlak dan
kurnianya yang tiada tara bandingannya, dan tiada henti-hentinya. Allah
melengkapi hajat kebutuhan di saat engkau sendiri belum mengerti apa saja hajat
kebutuhanmu yang primer yang tidak dapat tidak harus engkau mempunyainya, yang
sekiranya satu saja dikurangi berarti tidak sempurna bentuk kejadianmu itu.
DALIL
183) Allah telah mengetahui bahwa semua hamba-hamba ingin mendapat rahasia
(kebesaran) kumia Allah, maka Allah berfirman : Allah sendiri yang menentukan
rahmat kurnia yang benar itu pada siapa yang dikehendakiNya. Juga Allah yang
mengetahui andaikan manusia (para hamba) itu dibiarkan begitu saja, mungkin
mereka menitrggalkan amal usaha karena berserah kepada keputusan Azal, karena
itu Allah berfirman : Sesungguhnya rahmat Allah itu dekat pada orang-orang yang
berbuat kebaikan dan memperbaiki amal perbuatannya.
Semua orang ingin
untuk mencapai rahasia kumia yang besar-besar, maka karenanya mereka kejar
dengan doa dan amal shalih tetapi lalu Allah berfirman : Allah sendiri yang
menentukan rahmatNya itu terhadap siapa yang dipilihNya sendiri. Allah lebih
mengetahui di mana Ia meletakkan risalahNya. Tetapi di samping itu Allah tidak
mematahkan hati semangat orang yang akan menginginkannya, karena itu Allah menunjukkan
tanda-tanda yang mendekatinya, ialah mereka yang berbuat baik, dan memperbaiki
perbuatan amal usahanya. Bukan amal kebaikan itu yang mendatangkan/menyebabkan
tibanya kurnia, hanya ia sebagai tanda belaka, tetapi tidak mempengaruhi
kehendak putusan Allah dan kebijaksanaanNya.
DALIL
184) Langsung kepada kehendak Allah harus bersandar segaia sesuatu, (yatni
tidak boleh terjadi sesuatu apapun tanpa kehendak Allah). Sedang kehendak Allah
tidak bersandar kepada sesuatu apapun.
Firman Allah :
"Dan siapa
yang tidak diberi nur oleh Allah, maka ia tidak mempunyai nur".
Firman Allah :
"Allah
menyesatkan siapa yang dikehendaki, dan memberi hidayat petunjuk siapa yang
dikehendaki'
Allah memilih
sendiri dengan ilmu dan kebijaksanannya, manusia tidak berhak bertanya
mengapakah atau bagaimanakah ?
Allah tidak dapat ditanya
tentang apa yang dijadikan (dibuat) dan semua makhluk akan ditanya tentang amal
perbuatan mereka.
DALIL
185) Adakalanya seorang aarif terdorong oleh
rasa adab dan menyerah-nya kepada kebijaksanaan Tuhan, ia tidak minta apa-apa
kepada Tuhan, karena berserah dan merasa puas dengan bagian pemberian Allah,
dan karena sibuk berdzikir sehingga tidak sempat minta-minta.
Abu Hazim Al-A'raj ra. berkata : Jika saya tidak diberi kesempatan berdoa, niscaya lebih berat bagiku
daripada tidak diterimanya doaku.
Abul-Qasim Alqusyairy berkata : Waktu itu berbeda-beda, adakalanya lebih utama berdoa dan adakalanya lebih
baik diam tiak berdoa. Apabila hati condong kepada
doa lebih baik berdoa, dan bila condong kepada diam tidak berdoa, maka lebih
baik tidak berdoa. dan adab itu lebih banyak condong kepada rela, puas sehingga
tidak berdoa dan cukup memperbanyak dzikrullah.
DALIL
186) Sesungguhnya yang hams diingatkan itu
hanya orang yang mungkin lupa, dan yang harus ditegor itu hanya mereka yang
mungkin teledor (sembrono).
Abubakar Al-Wasithy ketika diminta untuk
berdoa, ia berkata : Saya kuatir maka saya berdoa, lalu ditanya :
Bila engkau minta hak milikmu, berarti engkau telah menuduh Kami dan bila
engkau minta sesuatu yang bukan hakmu, berarti telah menyalah gunakan
kewajiban-mu untuk memuji padaKu, dan bila engkau rela maka berjalan segala
sesuatunya sebagaimana yang telah Kami putuskan dalam azal sejak dahulu kala
sebelum menjadikan makhluk.
Abdullah bin Munazil berkata: Sejak
DALIL
187) Tibanya saat-saat kesukaran (kemiskinan serba kekurangan
sehingga merasa rendah dan hina diri), itu sebagai hari raya gembira bagi para
murid (yakni orang yang sedang melatih diri untuk taqarrub kepada Allah).
Saat-saat
tibanya kesukaran bala' yang menyebabkan manusia merasakan kerendahan dan kehinaan
dan kemiskinan diri dihadapan Allah, itulah saat dan masa yang terbaik untuk
mendapat belas kasih Allah dan mendekat kepada Allah. Karena itu bagi seorang
murid (salik) yang sedang berjuang melawan hawa nafsu, saat-saat yang
sedemikian itu sebagai saat kemenangan melawan hawa nafsu sehingga saat-saat
yang sedemikian itu bagi mereka bagaikan hari raya yang sangat menggembirakan,
sebab tunduknya hawa nafsu, berarti hilangnya rasa kesombongan ujub atau besar
diri.
DALIL
188) Mungkin engkau mendapat kelebihan kurnia
dan kebesaran dari Allah pada saat-saat ujian bala' kesukaran itu, yang tidak
bisa engkau dapatkan dengan puasa dan sembahyang.
Demikianlah pengertian bahwa bala'ujian itu sebagai nikmat batin (samar-samar).
DALIL
189) Berbagai macam ujian bala' (serta
kekurangan) itu, bagaikan hamparan untuk hidangan pemberian-pemberian kurnia
Allah. ,
Apabila Allah akan memberi kurnia besar kepada seorang hamba-Nya, tetapi
ternyatadari amal ibadah lahirnya, tidak mencukupi untuk menerima pemberian
itu, maka Allah menguji padanya dengan bala', dan di situlah tertebusnya
berbagal dosa, kemudian dinaikkan ke tingkat yang telah disediakanNya itu.
DALIL
190) Jikaengkau ingin datangnya
pemberian-pemberian kurnia besar dari Allah kepadamu, maka bersungguh-sungguhlah
dalam mengakui (mefnbuktikan) kehambaanmu yaitu kemiskinan kebutuhan,
kerendahanrnu dihadapanNya.
Firman Allah :
Sesungguhnya yang berhak menerima pemberian-pemberian (sedekah) itu,
hanyalah mereka yang betul-betul fakir miskin.
DALIL
191) Buktikan dan sungguh-sungguh sifat-sifat
kekuranganmu, niscaya Allah membantu engkau dengan sifat-sifatNya
(kesempurnaan-Nya). Akuilah kehinaanmu niscaya Allah menolong padamu dengan
kemuliaanNya, akuilah kekuranganmu niscaya Allah menolong kepadamu dengan kekuasaanNya,
akuilah kelemahanmu niscaya Allah menolong • padamu dengan kekuatanNya.
Sifat-sifat yang asli pada seorang hamba itu
ialah : Fakir, kurang, lemah dan hina. Maka apabila
benar-benar engkau mengakui semua sifat-sifatmu sebagai hamba itu,jiiscaya mudah
selalu mendapat kumia rahmat dan bantuan Allah.
Abu Ishaq (Ibrahim) Al-harawy berkata : Orang-orang:shalihin telah memilih tujuh sifat dan menjauhi tujuh sifat
lawannya : yaitu memilih fakir (kekurangan) kemiskinan daripada kemuliaan,
memilih kerendahan (tawadhu') dari pada kesombongan, memilih kesusahan daripada
kesenangan, memilih maut daripada hidup.
Sebab-sebab dari sifat-sifat kaya, kenyang, kedudukan (pangkat), mulia,
senang (gembira) itu semua akan merubah seorang, lupa akan sifat kehambaannya,
sehinggaterjerumus dalam kesombongan., kebanggaan, ujub dan tain-lain sifat
yang semuanya akan membawa kepada murka Allah atau bersaingan dengan Allah.
Sehingga apabila engkau telah sungguh-sangguh mengakui sifat-sifat kehambaanmu
kemudian diberi kaya, mulia, kuasa dan kuat, merasa bahwa itu semua dari Allah
bukan dari din sendiri, dan bukan dari lain-lainnya Allah, di sinilah kemurnian
tauhid tidak ada Tuhan dan tidak ada daya kekuatan, melainkan dengan bantuan
pertolongan Allah semata-mata tanpa ada perantara dari luar atau dari dalam
diri sendiri.
DALIL
192) Adakalanya diberi rizqi kekeramatan
(keistimewaan) seorang yang belum sempurna istiqamahnya.
Hakikatnya kekeramatan (keistimewaan) itu ialah istiqamah dan kesempurnaan
istiqamah itu, ialah sungguh-sungguhnya iman, dan mengikuti benar apa yang
diajarkan oleh Rasulullah saw. lahir batin.
Abul- Abbas Almasrsy berkata : bukannya kebesaran itu bagi orang yang terlipat baginya dunia ini sehingga
dalam satu detik ia telah sampai ke Mekkah dan lain-lain negeri, tetapi
kebesaran itu ialah orang yang dilipatkan baginya sifat-sifat hawa nafsunya,
sehingga ia langsung di sisi Tuhannya.
Abul-Hasan Assyadzily berkata : Tiap kekeramatan yang tidak disertai keridhaan terhadap Allah, maka
orangnya berarti tertipu dan akan binasa.
Sahl bin Abdullah ra. berkata : Sebesar-besar kekeramatan ialah berubahnya akhlak yang jelek dengan akhlak
yang baik. Adapula yang berkata : Kamu jangan heran dari seorang yang tidak
menaruh apa- apa dalam sakunya, tetapi ketika ia ingin sesuatu dimasukkan
tangannya ke dalam saku dan mendapat apa yang diinginkan. Tetapi kamu boleh heran
dari seorang yang menaruh apa-apa dalam sakunya, kemudian setelah diraba dengan
tangannya, tiba-tiba tidak ada apa-apa dan tidak berubah imannya (kepercayaannya)
terhadap Allah.
Abu Yazid Al-Busthamy
berkata : Andaikata ada orang berjalan di atas air,
atau duduk di udara, maka jangan kamu tertipu olehnya sehingga kamu perhatikan
ia bagaimana terhadap perintah dan larangan Allah dan Rasulullah. Sebab setan
dapat bergerak dari timur ke barat dalam sekejap mata, dan dia tetap maluun
(terkutuk).
DALIL
193) Suatu tanda bahwa Allah telah menetapkan
engkau dalam suatu kedudukan, bila engkau didudukkan dalam hal itu dengan
mendapatkan buah-buah hasilnya. Ini sama dengan hikmat no. 2.
DALIL
194) Siapa yang mengajar karena memandang
kebaikan dirinya, maka ia akan diam jika ia berbuat salah (dosa) dan siapa yang
mengajar dengan pengertian kebaikan Allah baginya (padanya) maka ia tidak akan
diambila ia berbuat salah (dosa).
Siapa yang member! nasehat tentang kebaikan dengan pengertian karena ia
merasa sudah baik, maka bila sesuatu saat ia tergelincir dalam dosa, maka akan
merasa malu untuk memberi nasehat atau mengajar orang lain, tetapi bila ia
ketika mengajar itu pandangannya semata-mata kurnia rahmat dari Allah kepada
makhluknya, maka tidak akan merasa malu kalau pada sesuatu saat ia tergelincir
dalam dosa dan kesalahan, sebab merasa berbuat kebaikan itu hanya semata-mata
kurnia rahmat Allah.
Abul-Abbas Almarsi ra. berkata : Manusia terbagi tiga :
Pertama ialah
golongan yang selalu memperhatikan apa-apa yang dari padanya kepada Allah,
Kedua :
Golongan yang selalu hanya ingat pemberian-pemberian kurnia Allah pada dirinya.
Ketiga:
Golongan yang hanya memandang bahwa semua dari Allah kembali kepada Allah.
Golongan pertama :
Selalu memikirkan kekurangan diri dalam menunaikan kewajiban, sehingga selalu
berdukacita.
Golongan kedua:
Selalu melihat. semua itu adalah kurnia Allah, maka ia selalu gembira.
Golongan ketiga :
Telah lupa pada dirinya sendiri, hanya teringat bahwa asal dari Allah akan
kembali kepada Allah, maka terserah kepada Allah.
Abul-Hasan Assyadzily
ra. berkata : Pada suatu malam saya membaca surat
Qul-a'udzu birabbinnas, hingga akhir surat. Tiba-tiba terasa bagiku bahwa:
Syarrul was waasil khannaas, yang berbisik dalam hati itu, ialah yang menyusup
ahtara kau dengan Allah, untuk melupakan engkau dari kumia-kurnia Allah, yang
halus-halus dan samar, dan mengingatkan engkau kepada perbuatan-perbuatanmu yang
jahat/dosa.
Tujuannya untuk membelokkan engkau dari husnudhdhan kepada su'udhdhan
terhadap Allah ta'ala, maka waspadalah. Abul-Hasan Assyadily ra. berkata :
Seorang aarif itu ialah seorang yang telah mengetahui rahasia-rahasia kurnia
Allah di dalam berbagai macam ujian bala' yang menimpa sehari-hari . Dan juga
mengetahui/mengakui kesalahan-kesalahannya di dalam lingkungan belas kasih
Allah kepada-nya. la berkata pula : Sedikitnya amal dengan mengakui kumia
Allah, lebih baik dari banyak amal dengan merasa kekurangan diri sendiri.
Yakni seolah-olah mempunyai kekuatan sendiri untuk bikin baik, hanya
sekarang belum baik, sehingga selalu berduka-cita memikirkan bagaimana dapatnya
lebih baik, padahal ia harus menyerah di samping minta saja kepada Allah, sebab
jika Allah belum memberi maka tetap tidak ada perubahan pada dirinya
berdasarkan pengertian.
Dan siapa yang berserah diri kepada Allah, maka Allah sendiri yang akan
mencukupi/melengkapi kekurangannya.
Dan : Tiada day a upaya atau kekuatan kecuali dengan bantuan dan
pertolongan Allah semata-mata.
DALIL
195)
Nur ahli hikmat (ahli Ma'rifat) selalu
mendahului perkataan mereka, karena itu di mana telah mendapat penerangan dari
nur itu sampailah kalimat yang dikatakan oleh mereka itu.
Yang dimaksud dengan ahli hikmat (ahli ma'rifat) ialah
kekuatan iman keyakinan mereka, bahwa segara sesuatu langsung di tangan Allah
yang tidak bersekutu, karena bila mereka akan menyampaikan nasehat, maka
terlebih dahulu kontak hubungan mereka kepada Allah ta'ala hanya minta taufiq dan
hidayat petunjuk daripadaNya. karena hanya Allah yang mengatur kalimat yang
keluar dari lidah penasehat, dan Allah pula yang mengatur pendengaran yang
mendengar. . •
Rasulullah saw bersabda
r : Pokok dari segala hikmat itu ialah takut
kepada Allah.
Firman Allah :
Sesungguhnya yang benar-benar takut kepada Allah hanyalah para ulama.Ulama
yang tidak takut kepada Allah, adalah ulama' suu' (penipu ummat). Siapa yang
bertambah ilmu tetapi tidak bertambah hidayat iman-nya, maka tidak bertambah
dekat kepada Allah, bahkan bertambah jauh.
DALIL
196) Tiap-tiap kalimat yang keluar, pasti
membawa corak bentuk hati yang mengeluarkannya.
Dalam peribahasa :Tiap
bejana (moci dari sebagainya) pasti mengeluarkan yang terisi didalamnya.
Terjadi seorang mencela : Mengapakah hati orang-orang sekarang tidak khusyu'
dan matapun tidak mencucurkan air mata.
Maka dijawab oleh Muhammad bin Wasi : Kemungkinan yang demikian itu dari engkau sendiri, sebab bila nasehat itu
keluar dari hati yang ikhlas pasti masuk ke dalam hati. Sebaliknya yang hanya
berupa gubahan lidah dan fantasi belaka, maka ia akan masuk dari telinga kanan
dan keluar dari telinga kiri.
Abul-Abbas Almarsy berkata : Keadaan hamba ini hanya ada empat macam : Nikmat, bala', taat dan maksiat.
Maka jika di dalam nikmat kewajiban hamba bersyukur kepada Allah, dan jika
menerima bala' harus sabar. Dan jika dapat melakukan taat harus merasa taufiq hidayat dari kurnia
Allah, dan bila tergelincir dalam dosa maksiat maka hams membaca istighfar.
DALIL
197) Siapa yang telah mendapat izin dari
Allah untuk berkata-kata (menerangkan), maka segala kata-katanya dapat
dimengerti oleh pendengarannya, dan semua isyarat petunjuknya dapat terang
jelas bagi mereka.
Orang yang diizinkan itu ialah yang berbicara Lillahi wa billahi wa fillah.
Karena Allah dan dengan bantuan Allah, dan dalam tuntunan hukum Allah.
Hamdun bin Ahmad bin Umarah Alqashshar ketika
ditanya : Mengapakah kata-kata orang dahulu jauh lebih
berguna dari ajaran kita ini ?
Jawabnya :
Karena mereka bicara (berkata) untuk kemuliaan Islam, dan keselamatan jiwa dan
untuk mendapat keridhaan Allah. Sedang kami bicara untuk kemuliaan diri dan
mencari dunia, dan keridhaan (penerima) makhluk.
Al-Junaid berkata : Kalimat
yang benar itu hanya yang diucapkan setelah mendapat izin.
Sebagaimana firman Allah :Mereka tidak dapat berkata-kata, kecuali yang
diizinkan oleh ArraHman (Allah dan berkata benar (tepat).
DALIL
198) Adakalanya ilmu hakikat itu tampak pudar cahayanya jika engkau
belum mendapat izin untuk mengeluarkannya.
Siapa yaag
belum sempurna sifat-sifatnya, belum diizinkan untuk menerangkan hakikat, dan
bila ia menerangkannya pastj akan terlihat suram cahayanya, karena ia sendiri
masih diliputi sesuatu yang berlawanan dengan hakikat itu, dan karena itu pula
ditolak oleh pendengarnya.
Abul- Abbas Almarsy berkata : Seorang wali
itu lebih dahulu telah dipenuhi oleh ilmu dan pengertian ma'rifat, sehingga
hakikat itu menjadi keyakinan dan terlihat terang baginya. Karena itu jika melepaskan kalimat seolah-olah mendapat izin dari Allah,
dan kalimat yang dikeluarkannya itu berhias indah bukan buatan, maka langsung
diterima oleh pendengamya.
DALIL
199) Kata-kata kalimat mereka itu, imma
karena luapan perasaan yang penuh dalam hati, yang tidak dapat ditahan, atau
karena tujuan memberi petunjuk pada seorang murid. Yang pertama itu hal keadaan
yang masih salik (sedang berjalan), sedang kedua : Hal keadaan orang yang sudah
matang dan mendalam benar-benar dalam ilmu hakikat.
Jika seorang salik (yang sedang berjalan) menuju hakikat itu berkata-kata
bukan karena luapan hatinya, niscaya ia hanya merupakan dakwa (pengakuan) yang
palsu belaka, demikian pula orang yang sudah di puncak jika bicara bukan untuk
memberi petunjuk kepada murid, berarti ia telah membuka rahasia yang tidak
diizinkan. Sedang lazimnya ia diam tidak bicara sebabia selalu dalam adab
hadirat Allah ta'ala
Firman Allah :
Telah tunduk semua suara-suara itu kepada Arrahman (Allah), maka tidak
terdengar kecuali bisik-bisikan semata-mata.
DALIL
200) Ibarat (kata-kata) itu sebagai makanan
bagi pendengar yang berhajat dan membutuhkannya, dan engkau tidak mendapat
apa-apa daripadanya kecuali yang engkau makan.
Bagaimanapun aneka warnanya hidangan, maka yang berguna bagi tiap orang
hanya yang dimakannya, dan masing-masing makan kesukaannya, memilih yang
dimengertinya.Terjadi ada tiga orang sama-sama mendengar suara yang berkata :
Ya sa'tara birri maka masing-rnasing menerima kalimat itu sendiri-sendiri,
Yang satu berkata : Saya
telah mendengar suara itu berkata : Is'a tara birri. Berusahalah niscaya engkau
akan melihat (mendapat) kurnia pemberianKu. Yang kedua berkata : Saya telah mendengar : Assa'atatara birri :
Pada saat itu juga engkau akan mendapat (melihat) kurnia pemberianKu.
Yang ketiga berkata : Saya telah mendengar : Ma ausa'a birri : Alangkah luasnya kurnia
pemberianKu.
Firman Allah :
Disiram dengan satu macam air, tetapi Kami lebihkan yang satu dari yang
lain dalam rasa makanannya.
Firman Allah :
Masing-masing golongan telah mengetahui di mana tempat minumnya. Muhyiddin (Muhammad) bin Al-Araby ra. berkata: Pada suatu
hari kami mendapat undangan dari teman di Zuqaqil-qanadil di Mesir, tiba-tiba
di situ bertemu dengan guru-guru, dan setelah hidangan dikeluarkan, di situ ada
suatu wadah dipakai untuk tempat kencing, tetapi karena sudah tidak terpakai
lagi, maka dipakai juga untuk tempat makanan, maka setelah selesai orang-orang
makanan tiba-tiba wadah itu berkata: Karena kini saya telah mendapat kehormatan
dari Allah untuk tempat makanan guru-guru ini maka sejak kini saya tidak rela
untuk dipakai tempat kotoran, kemudian ia belah dua.
Syaikh Muhyiddin bertanya kepada hadirin : Apakah yang kamu telah mendengar ? Jawab mereka : Ya, kami mendengar ia
berkata: Sejak saya dipakai tempat makan untuk guru-guru, maka saya tidak mau
menjadi tempat kotoran lagi.
Berkata Muhyiddin : Tidak begitu katanya. Bertanya para hadirin : Lalu berkata apa ? Jawab
Muhyiddin : Demikian pula hatimu setelah mendapat kehormatan dari Allah
dijadikan tempat iman, maka janganlah rela . ditempati najis-najis, syirik,
maksiat dan cinta dunia.
DALIL
201) Adakalany a orang yang membicarakan
(menerangkan) tentang suatu maqam (tingkat) dalam kewalian itu, seorang yang
ingin sampai kepadanyadan baru mengintai. Dan adakalanya orang yang membicarakan
itu orang yang telah sampai kedalamnya, dan yang demikian itu kabur, kecuali
terhadap orang yang tajam matahati (terang hati nuraninya).
DALIL
202) Tidak layak bagi seorang salik (yang
baru merangkak dalam jihad melawan hawa nafsu) membuka atau menerangkan apa
yang telah ia dapat daripada kurnia Tuhan, sebab yang demikian "ini akan
mengurangi pengaruhnya ke dalam hatinya sendiri, dan merusak (menghalangi)
kesungguhannya terhadap Tuhan.
Rahasia-rahasia yang diberikan oleh Tuhan kepada seorang salik harus
disimpan baik-baik, dan jangan diobral murah kepada sesama manusia, kecuali
kepada yang dapat memimpinnya. Sebab bila ternyata bahwa ia dapat menyimpaji
rahasia-rahasia Tuhan yang diberikan kepadanya, ia akan mendapat kepercayaan
untuk rahasia-rahasia yang lebih besar selanjutnya.
Dan bila selalu diobral, berarti pandangannya belum bulat kepada Allah,
tetapi masih selalu mengharap apa-apa kepada sesama makhluk.
DALIL
203) Jangan mengulurkan tangan untuk menerima
pemberian makhluk, kecuali bila merasa bahwa yang memberi itu sebenarnya
Tuhanmu, maka bila engkau telah sedemikian, maka terimalah dari mereka yang
sesuai, dengan ilimu perigetahuanmu.
Sebab bila engkau masih merasa ada sesuatu selain Allah yang dapat membantu
kepadamu, maka tauhidmu belum benar (murni) menerima pengertian keesaan Allah
dalam kalimat : Laa ilaaha illallaah dan Laa haula walaa quwwata ilia
billahi.
Allah menjadikan dan member! rizqi, yang menghidupkan dan mematikan, itu
semua hak kekuasaan Allah semata-mata, sehingga kalau ada pemberian itu dari
tangan siapa saja datangnya, harus tidak boleh lupa bahwa itu langsung dari
Allah yang menyuruh salah satu hamba pesuruhNya menyampaikan kepadamu.
Khalid Al-Juhany ra. berkata: Rasullullah saw. bersabda: Siapa yang kedatangan hadiah/sedekah dari
temannya tanpa minta-minta dan mengharap-harap dalam hatinya, maka hendaknya
diterima, sebab yang demikian itu sebagai rizqi yang dihantar oleh Allah
kepadanya.
Dalam lain riwayat ada tambahan : Dan bila ia tidak membutuh-kannya karena sudah cukup, maka hendaknya
diberikan kepada orang yang lebih berhajat daripadanya.
Ibrahim Al-Khawwas berkata: Seorang sufi tidak harus memilih jalan tidak berusaha, terkecuali jika
memang sudah cukup keadaannya.
Abu Abdullah Alqurasy berkata: Selama keinginan berusaha itu kuat dalam perasaan nafsu, maka berkasab
usaha itu lebih utama.
Umar bin Alkhattab ra. berkata : Rasulullah selalu memberi kepada saya, maka saya berkata : Berikan kepada
orang yang lebih berhajat dari saya. Rasulullah berkata : Terimalah dan pergunakan
atau sedekahkan, dan tiap harta yang datang kepadamu dengan tidak engkau
harapkan atau engkau minta, maka terimalah, dan yang tidak jangan engkau
angan-angan (harap-harapkan).
Al-A'masy {Sulaiman) ra. berkata : Ada seorang pemuda yang datang kepada Ibrahim Attaimy untuk. memberi
hadiah uang sebanyak 2000 dirham, sambil berkata : Terimalah uang ini, ini
bukan dari raja, juga bukan uang syubhat dan lain-lainnya. Jawab Ibrahim:
Semoga Allah memberkahi hartamu, dan membalas engkau kebaikan dan terima kasih,
lalu ditolaknya uang itu. Setelah pergi pemuda itu saya bertanya : Ya Aba
Imran, mengapakah engkau tolak pemberian itu, demi Allah isterimu tidak mempunyai
gamis (roko). Jawab Ibrahim: Benar, tetapi anak itu masih muda, belum banyak
pengertian/pengalaman, saya kuatir kalau ia kembali ke kampungnya lalu rnemberi
tahu kepada teman-temannya : Saya telah
memberi kepada Ibrahim dua ribu dirham, maka hilang pahalanya dan hilang pula
uangnya.
Rasulullah saw. bersabda : Siapa yang menolak rizqi yang diberi oleh Allah tanpa minta-minta, maka
sesungguhnya ia telah menolak pemberian Allah. •
DALIL
204) Adakalanya seorang aarif itu malu
meminta hajatnya kepada Tuhannya karena merasa rela (puas) dengan kehendakNya,
maka bagaimana tidak akan malu minta hajatnya kepada makhluknya.
Sahel bin Abdullah berkata : "Tiada sesuatu nafas atau hati melainkan diperhatikan oleh Allah pada
tiap detik, baik siang atau malam, maka apabila Allah melihat dalam hati itu
ada hajat kepada sesuatu selain Allah, niscaya Allah mendatangkan iblis untuk
hati itu.
Abu Ali Addaqqaq berkata : Sesuatu tanda dari ma'rifat, tidak minta hajat kebutuhan kecuali kepada
Allah, baik besar maupun kecil. Contohnya : Nabi Musa rindu ingin melihat Allah
ia berkata : Robbi arini andhur ilaika. Dan ketika berhajat roti berdoa : Ya Tuhan sungguh aku terhadap apa yang Engkau berikan
kepadaku dari makanan itu sangat berhajat.
Nabi Ibrahim as. ketika akan dilempar ke dalam api ia didatangi oleh Jibril
dan ditanya : Apakah ada hajat ? Jawabnya : Kepadamu tidak. Dan kepada Allah ?
Ya. Jika demikian mintalah kepada Allah. Jawab Ibrahim : Hasbi min suali ilmuhu
bilahi : Cukup bagiku, ia mengetahui halku sehingga tidak usah saya minta
padaNya.
Firman Allah :
Sabarlah terhadap hukum Tuhanmu karena engkau selalu dibawah pengawasan
Kami.
Ada sesuatu kalimat hikmat: Kul min kaddi yaminika waaraqi jabinika, fain
dha'ufat yaqinuka fas'alil maula yu'inuka. Makanlah dari hasil usaha dan peluh dahimu, maka apabila
lemah key akinanmu mintalah kepada Tuhan niscaya ia membantu kepadamu.
Abul-Hasan Assyadzily ketika ditanya tentang
ilmu kimia jawabnya : Keluarkan semua makhluk dari dalam hatimu,
dan putuskan harapanmu untuk mendapat sesuatu selain yang telah ditentukan oleh
Tuhan untuk engkau.
DALIL
205) Jika kabur bagimu dua hal, maka
perhatikan (lihatlah) mana yang lebih berat terhadap hawa nafsu, maka'ikutlah,
sebab tidak akan terasa berat terhadap hawa nafsu kecuali yang hak.
Jika kabur dan sukar bagimu untuk membedakan, apakah amal itu baik atau
busuk diridhai oleh Allah atau dimurkai Allah, maka umpamakan sekiranya engkau
mati sedang berbuat itu, jika tidak gentar menghadapi mati dalam mengerjakan
itu, maka kerjakanlah. Sebab itu sebagai tanda perbuatan itu hak dan benar.
DALIL
206) Setengah daripada tahda menurutkan hawa
nafsu, ialah cetakan dalam mengerjakan yang sunnat-sunnat, tetapi malas untuk
mengerjakan yang wajib.
Muhammad bin Abil-Ward berkata : Kebinasaan manusia terjadi dalam dua hal: Mengerjakan yang sunnat dan
mengabaikan yang wajib (fardhu). Dan dalam amal perbuatan hanya mementingkan
bagian lahir (luar), dan mengabaikan bagian had (yakni niat dan keikhlasan
beramal).
Al-Khawwash berkata : Tergutusnya makhluk dari Allah, karena dua hal; Mengejar amal-amal sunnat
dan meninggalkan yang wajib. Dan memperbaiki lahirnya amal, tetapi tidak
memperhatikan keikhlasan beramal, sedang Allah tetap
tidak menerima amal perbuatan kecuali jika ikhias dan tepat menurut tuntunan
syari'at.
Sebagaimana firman Allah :
Aslama waj-hahu lillahi, berarti ikhlas melulu kepada Allah, tepat menurut
tuntunan syari'at (Rasulullah saw.).
DALIL
207) Allah sengaja mengikat amal taat itu
dengan waktu yang tertentu untuk tidak menahan engkau daripada mengerjakannya
karenakebiasaan keteledoran dan kemalasanmu yang suka menunda-nunda, tetapi
Allah memperluas waktunya supaya tetap ada bagimu kesempatan memilih waktu yang
lebih tepat/ringan atau lebih khusyuk.
Sebab apabila waktu itu tidak ditetapkan, niscaya manusia akan
menunda-nunda yang akhirnya tidak sampai berbuat, dan diperluas waktu bagi
orang yang betul-betul masih sibuk, sehingga ia berbuat setelah tenang dan
dapat mengerjakan dengan lebih sempurna.
DALIL
208) Allah mengetahui kurang semangatny a
hamba- untuk mengerjakan taat maka diwajibkan kepada mereka melakukan taat dan
ditarik mereka itu dengan rantai kewajiban : Tuhanmu kagum dari kaum yang ditarik
masuk ke surga dengan rantai.
DALIL
209) Allah mewajibkan kepadamu berbuat taat,
padahal yang sebenarnya hanya mewajibkan kepadamu masuk kedalam surgaNya (dan
tiada mewajibkan apa-apa kepadamu nanya semata-mata supaya masuk ke dalam
surgaNya);
Sebenarnya segala kewajiban-kewajiban yang diwajibkan oleh Allah kepada
hamba semua itu semata-mata untuk kepentingan dan kemaslahatan hamba-hamba itu
sendiri, sedang Allah sedikitpun tidak ada kepentingan manfaat atau madharrat.
Abul Hasan Asshadzily berkata : Hendaknya engkau mempunyai satu wirid, yang
tidak engkau lupakan selamanya, yaitu mengalahkan hawa nafsu dan cinta kepada
Tuhan Allah swt.
Nafas manusia ini sebagai amanat dari Tuhan, dan sebagaititipan wadahyang
harus diisi. Dan hak ke Tuhanan tetap berl&B pada tiap detik yang hams
dilakukan oleh hamba.
Abul-Hasan berkata : Pada tiap waktu (saat/detik) ada bagian yang
mewajibkan kepadamu hai manusia terhadap Tuhan swt.
DALIL
210) Siapa yang merasa ganjil (tidak mungkin)
dapat diselamatkan oleh Allah dari pengaruh hawa nafsu syahwatnya, atau
dihindarkan dari kelalaiannya, maka berarti ia telah memperlemah kekuasaan
Allah. Sedang Allah atas segala sesuatu maha berkuasa.
Tuntunan iman harus percaya terhadap q'udrat (kekuasaan)
Allah secara mutlak tanpa kecuali: Sesungguhnya Allah atas segala sesuatu maha
berkuasa. Dan qudrat Allah tergantung pada iradatNya, sehingga tidak ada
sesuatu yang terjadi tanpa iradat dan qudratnya, apabila Allah berkehendak,
maka berjalanlah qudratnya dengan perintahnya : Sesungguhnya perintah Allah
jika menghendaki sesuatu, hanya berkata : Kun, maka terjadilah apa yang di
kehendakiNya, pada saat yang ditentukaliNya menurut apa yang
dikehendakiNya.Maka karenanya kepercayaan terhadap taqdir kekuasaan Allah yang
demikian itu, jangan ada seorang patah harapan dari rahmat Allah walau
bagaimanapun keadaannya. Tetapi jangan mempermainkan atau meremehkan kekuasaan
Allah itu. .
Firman Allah :
Katakanlah : Hai hambaKu yang telah keterlampauan menjerumus-kan din
(berbuat dosa), jangan kamu putus harapan dari rahmat Allah, sesungguhnya Allah
sanggup mengampunkan semua dosa, sungguh Allah maha pengampun lagi penyayang.
DALIL
211) Adakalanya (kemungkinan)
kegelapan-kegelapan (dosa/ maksiat dan syahwat) itu tiba padamu, untuk
mengingatkan kepadamu kebesaran nikmat yang diberikan Allah kepadamu.
Sebelum mendapat taufiq hidayat seorang hamba dalam berbagai kegelapan,
sehingga berbuat segala macam perbuatan kejahatan, tetapi setelah mendapat
taufiq hidayat ia hidup dalam alam cahaya, sehingga dengan demikian ia dapat
merasakan bagaimana nikmat/ rahmatnya iman hidayat, padahal ia telah lama
berkecimpung dalam lumpur/jurang kegelapan syahwat dosa dan kejahatan itu.
Sebab adakalanya nilai sesuatu itu tidak dapat dirasakan kecuali bila telah
merasai lawannya, dalam peribahasa : Kesehatan itu bagaikan mahkota
di atas kepala tiap orang yang sehat, tidak ada yang melihatnya kecuali
orang-orang yang sakit.
Dalil
212) Siapa yang tidak mengenal harga nikmat
ketika adanya nikmat itu, maka ia akan mengetahui harga kebesaran nikmat
setelah tidak adanya (lenyapnya). •
Sariy Assaqathi berkata : Siapa yang tidak menghargai nikmat, maka akan dicabut nikmat itu dalam
keadaan ia tidak mengetahui.
Al-Fudhail bin lyadh ra. berkata : Tetapkanlah mensyukuri nikmat, sebab jarang sekali nikmat yang telah
hilang akan datang kembali. Sesungguhnya yang sangat mengetahui nikmat air itu,
hanya orang yang benar-benar haus.
Rasulullah saw. bersabda : Jika seorang melihat pada orang yang lebih daripadanya kekayaan dan
sehatnya, maka hendaklah juga melihat kepada orang yang lebih menderita
daripadanya.
Dalam lain riwayat Rasulullah saw., bersabda
: Lihatlah kepada orang-orang yang dibawahmu, dan jangan
melihat pada orang yang di atasmu, maka yang demikian itu lebih tepat untuk
tidak meremehkan nikmat yang diberikan Allah kepadamu.
Dan perang yang bahagia (untung) itu ialah yang dapat pengertian dengan
pengalaman (dengan kejadian) yang terjadi pada lain orang. Juga telah tersebut
pelajaran hikam : Siapa yang tidak mensyukuri nikmat berarti membiarkannya
hilang, dan siapa yang menyukurinya berarti telah mengikat nikmat itu dengan
tali ikatnya.
DALIL
213) Jangan membingungkan kepadamu datangnya
kurnia nikmat Allah yang bertimbun-timbun untuk menunaikan kewajiban
mensyukurinya, sebab perasaan yang demikian berarti merendahkan harga dirimu
sendiri.
Engkau diperintahkan mensyukuri nikmat Allah menurut kadar kekuatan yang
diberikan Allah kepadamu, bukan sebanyak atau sebesar nikmat yang diberikan,
sebab itu tidak mungkin engkau akan dapat menunaikannya, tetapi member! nikmat
yang besar sesuai dengan kebesaran Allah, sedangkan engkau diharuskan
mensyukuri nikmat menurut kadar kelemahan/kekuatanmu,
Nabi Dawud .as. berkata : Tuhanku anak adam ini telah engkau beri pada tiap rambut ada nikmat di
atas dan di bawahnya, maka bagaimana akan dapat menunaikan syukurnya kepadamu.
Jawab Allah : Hai Dawud, Aku memberi sebanyak-banyaknya, dan rela menerima yang
sedikit, dan untuk mensyukuri nikmat itu bila engkau mengetahui bahwa nikmat
yang ada padamu itu daripadaKu.
Umar bin Abdul-Aziz ra. berkata : Tiadalah Allah memberikan suatu nikmat kepada hamba, kemudian hamba itu
mengucap : Alhamdulillah, melainkan nilai pujian Alhamdu lillah itu jauh lebih
besar dari nikmat yang diberikan itu.
DALIL
214)Meresapnya rasa manisnya hawa nafsu dalam
hati merupakan penyakit yang sukar diobatinya (disembuhkan).
Hati itu tempat iman keyakinan dan ma'rifat, dan semua itu sebagai obat,
tetapi apabila kecintaan kepada dunia dan syahwat telah menguasai/ memenuhi
hati, maka tidak ada tempat untuk obatnya, maka disitulah letak kesukaran untuk
mengobatinya, sehingga sukar disembuhkannya.
Rasulullah saw. bersabda: Cinta kepada dunia itulah induk/pokok dari segala dosa.
DALIL
215) Tidak dapat mengeluarkan (mengusir)
syahwat dari dalam hati kecuali rasa ketakutan yang menggetarkan, atas rindu
yang menggelisahkan.
Syahwat hawa nafsu yang sudah mendalam, mempunyai kekuatan yang luar biasa,
karena itu maka tidak dapat mengusirnya. Kecuali kekuatan yang lebih besar.
Takut yang menggetarkan ialah takut terhadap balasan siksa Allah, atau rindu
pada apa yang dijanjikan oleh Allah. Maka bila ada rasa ketakutan yang
sungguh-sungguh atau rindu yang menggelisahkan, maka syahwat hawa nafsu dapat
ditekan.
DALIL
216) Sebagaimana Allah tidak menerima amal
yang dipersekutu-kan depgan lainNya, demikiah ptila Allah tidak suka pada hati
yang bersekutu. Amal perbuatan yang dipersekutukan kepada suatu selain Allah
tidak akan diterima oleh Allah, dan hati yang bersekutu tidak menghadap
kepadaNya (Allah).
Amal perbuatan yang bersekutu ialah riya'.sum'ah dan yang dibuat-buat, dan
hati yang bersekutu yaitu yang masih merasa cinta kepada lain Allah dan
mengharap atau takut atau menyandar kepada lain Allah.
DALIL
217) Beberapa nur Ilahi hanya diizinkan oleh
Allah untuk sampai ke hati, dan ada beberapa nur ilahi yang lainnya diizinkan
oleh Allah untuk masuk ke dalam hati.
Nur Ilahi hanya sampai ke hati, tetapi tidak masuk ke dalam, maka orang
yang mendapat nur ini masih dapat melihat Tuhan dan dirinya, dunia dan
akheratnyar yakni cinta dunia dan cinta akherat, cinta diri dan
cinta Tuhan. Adapun nur Ilahi yang langsung masuk ke dalam hati, maka tidak ada
pandangan kecuali Allah, tidak ada yang dicintai, diharap, disembah melainkan
Allah semata-mata.
Apabila nur iman masih di luar hati, maka orang masih
cinta Allah dan dunia, tetapi apabila nur iman menembus ke dalam hati, maka
hanya cinta kepada Allah tidak ada lainnya. Jika nur iman di luar hati bernama
Islam,, dan jika masuk ke dalam hati barulah bernama iman.
DALIL
218) Ada kalany a nur Ilahi turun kepadamu,
tetapi didapatkan hati masih penuh dengan keduniaan/hawa nafsu, maka ia kembali
ketempat yang ia turun dari padanya. Kosongkan hatimu dari segala sesuatu
selain Allah, niscaya Allah akan memenuhinya dengan ma'rifat dan
rahasia-rahasia.
Nur Ilahi adakalanya datang ke hati, tetapi ia merasa tidak ada tempat
karena itu ia kembali ke tempat asalnya. Maka oleh sebab demikian, maka bila
engkau ingin mendapatkan nur Ilahi itu, hendaknya engkau kosongkan hatimu dari
keduniaan dan segala sesuatu selain Allah. Hikmat ini sama dengan hikmat yang
berbunyi: Bagaimana akan terang hati sedang gambar-gambar keduniaan masih
melekat dalam cermin hatinya.
DALIL
219) Jangan merasa lambat datangnya kurnia
pemberian Allah kepadamu, tetapi hendaknya engkau merasakan kelambatan dirimu
untuk menghadap kepada Tuhan.
Jangan merasa datangnya kurnia pemberian Allah yang lairibat, tetapi
rasakanlah kelambatan dirimu untuk membulatkan iktikat yang baik kepada Tuhan
mu.
DALIL
220) Kewajiban-kewajiban di dalam waktu dapat
di qodho'inya, tetapi hak-hak yang disediakan oleh Allah dalam waktu tidak
dapat diulanginya. Sebab tiada
suatu waktu melainkan ada hak kewajiban yang baru dan perintah yang ditekankan,
maka bagaimanakah engkau akan menyelesaikan hak lainnya, sedang engkau belum
menyelesaikan hak Allah dalam waktu itu.
Kewajiban dalam
waktu seperti sembahyang, puas jika tidak dikerjakan dalam waktunya dapat
diqodho'inya, tetap hak-hak waktu itu sendiri yakni apa yang disediakan oleh
Allah untuk waktu itu, jika tidak diambil, tidak dilaksanakan menurut
tuntunannya, tidak dapat diqodho'inya, yaitu waktu menerima nikmat atau taat,
atau teruji dengan bala' dan maksiat, yaitu masa yang hams bersyukur, dan masa
di mana ia hams bersabar dan istighfar, apabila telah berubah masanya maka
berubahlah hak kewajibannya, sehingga tidak dapat digunakan untuk mengqodho'i
apa yang tertinggal pada masa yang telah lampau itu.
Rasulullah saw. bersabda: Siapayang diberi lalu
bersyukur, dan diuji lalu sabar, dan dianiaya lalu memaafkan dan berdosa lalu
minta ampun.
Kemudian Rasulullah saw. diam sejenak. Sahabat bertanya : Kemudian apakah
ya Rasulullah saw. untuknya ? Jawab Nabj saw.Merekalah yang pasti mendapatkan
kesejahteraan, dan merekalah orang yang mendapat petunjuk hidayat.
DALIL
221) Yang telah hilang dari umur (usia) hidupmu
tidak dapat ditarik kembali, sedang yang telah berhasil bagimu, tidak dapat
dinilai harganya.
Waktu itu sangat berharga karena itu jangan digunakan kecuali untuk sesuatu
yang berharga. Adapula kata : Waktu itu adalah uang.
Kata ahli sya'ir: Saat-saat dalam usia hidupmu itu
bagaikan berlian yang sangat berharga, karena itu jadikanlah masa dan saat-saat
yang berharga itu untuk mencapai kejayaan dunia akheratmu dan kebahagiaan.
Rasulullah saw. bersabda : Tiada sesuatu saat/masa yang datang pada seorang hamba, kemudian ia tidak
berdzikir kepada Allah dalam saat itu, melainkan saat itu akan merupakan
kemenyesalan pada hari qiamat. Kelak pada hari qiamat saat-saat umur manusia
pada tiap hari dan malam itu akan diperlihatkan berupa 24 lemari yang berbaris,
maka dapat melihat masing-masing lemari itu penuh dengan nikmat pembalasan,
terhadap amal perbuatan yang dilakukan pada saat itu, adapun saat-saat yang
tidak beramal apa-apa didalamnya, maka lemarinya pun kosong, makadi situlah
letak kemenyesalan yang tidak terhingga. Dan sesal kemudian tetap tidak
berguna.
dalil
222) Tiada engkau menyintai sesuatu melainkan
pasti engkau menjadi hamba dari apa yang engkau cinta itu, dan Allah tidak suka
bila engkau menjadi hamba sesuatu selain daripadaNy a.
Cinta pada sesuatu itu menjadikan buta dan pekak.
Rasulullah saw. bersabda : Celaka hamba dinar, celaka hamba dirham, celaka hamba baju, permadani dan
isteri, celaka dan rugi, dan umpama kena duri semoga tidak keluar.
Al-Junaid berkata :
Engkau takkan mencapai hakikat ubudiyah (kehambaan) selama engkaU masih
diperbudak oleh sesuatu selain Allah, yaitu harta, isteri atau lain-lainnya.
dalil
223) Tidak berguna bagi Allah taatmu dan
tidak madharrat (bahaya) pada Allah maksiat (dosa)mu, dan sesungguhnya Allah
menyuruh kamu berbuat taat dan melarang kamu dari maksiat (dosa) itu untuk
kepentinganmu sendiri.
Allah Tuhan yang maha sempurna, kesempurnaan Allah tidak membutuhkan
apa-apa, sedang semua makhluk sebagai hamba Tuhan tetap berhajat kepada Tuhan. Maka karena rah mat Allah
untuk kepentingan kemaslahatan hamba, maka mengadakan perintah dan larangan,
perintah dan larangan itu sedikitpun tidak berguna atau merugikan bagi Allah.
Dalam Hadits Allah berfirman : Hai hambaKu, andaikan orang yang pertama
hingga yang terakhir dari kamu, manusia dan jin semua berbuat setaqwa-taqwa
(sebaik-baik) hati seorang di antara kamu, maka yang demikian itu tidak
menambah kekayaanKu sedikitpun, dan sebaliknya jika semua itu berbuat
sejahat-jahat perbuatan seorang di antara kamu, maka yang demikian itu tidak
mengurangi kekuasaan kerajaanKu sedikitpun, kecuali sebagai kurangnya air laut
jika diambil dengan jarum, hai hambaKu sesungguhnya amal perbuatanmu Aku catat
untukmu kemudian Aku serahkan kembali kepadamu, maka siapayangmendapatkebaikan,
hendaknya mengucapkan Alhamdulillah, dan siapa yang mendapatkan kejahatan maka
jangan menista kecuali dirinya sendiri.
dalil
224) Tidak menambah kemuliaan (kejayaan)
Allah datang (menghadap)nya orang yang taat kepadaNYa, dan tidak mengurangi
kemuliaan Allah menjauhnya orang yang menjauh daripadaNya.
Sebab sifat kemuliaan/kejayaan Allah adalah sifat dzatNya, karena itu tidak
dapat bertambah dan tidak berkurang, Allah dzat yang mulia sebelum adanya
makhluk, dan tetap kejayaan kemulyaan itu sesudah menjadikan makhluk.
Dalil
225) Sampaimu kepada Allah itu ialah sampaimu
kepada ilmu yakin, atau ma'rifatmu yang sempurna terhadap Allah,
(sehingga bagaikan melihat : Ka annakatarahu : Seolah-olah engkau melihat kepada Allah). Kalau tidak
demikian, maka maha suci (maha agung) Allah untuk disambung oleh sesuatu atau
bersambung dengan sesuatu.
Karena soal sampai kepada Allah itu berbeda antara semua orang yang sampai,
sebab iman itu suatu kurnia Allah yang tidak dapat dicapai oleh apapun juga,
dan itu pertama jalan untuk sampai kepada yakin yang bernama ilmul yaqin,
'ainul-yaqin dan haqqul-yaqin. Maka apabila seorang telah beriman dan tiada
ragu, dan makin had makin benambah kuat/tebal imannya hingga berupa keyakinan,
maka di saat itulah manusia berarti telah sampai kepada Tuhan Allah swt.
Dalil
226) Dekatmu kepada Allah itu sekira kau
selalu seolah-olah melihat dan memperhatikan dekatnya Allah kepadamu, kalau
tidak demikian, maka darimanakah engkau itu dengan dekatnya Allah.
Firman Allah :
Jika hambaKu bertanya kepadamu tentang Aku, maka sesungguh-nya: Aku dekat.
Firman Allah :
Dan Kami (Allah) lebih dekat kepada orang yang akan mati itu daripada kamu,
tetapi kamu tidak dapat melihat.
Firman Allah :
Dan Kami (Allah) lebih dekat kepada manusia dari urat nadinya (urat
lehernya).
Maka hakikat dekatmu kepada Allah jika engkau selalu ingat seolah-olah
melihat dekatnya Allah kepadamu.
DALIL
227)
Hakikat ilmu yang diturunkan Allah kepada orang-orang arifin ketika tajali itu
mujmal (singkat), tetapi setelah tertangkap terjadinya penerangan
(keterangan)nya Ayat : maka apabila kami bacakan, ikutilah bacaannya, kemudian
kami sendiri yang akan menerangkannya (penjelasan perincian).
Ilmu ialah sesuatu yang kita dapat dengan belajar, dan hakikat ialah ilmu
yang berupa ilham dari Allah ke dalam hati tanpa perantara. Abubakar Alwarraq
berkata : Ketika saya sedang berada di hutan Bani Isra'il tiba-tiba tergerak
dalam hatiku bahwa ilmu hakikat itu berlawanan dengan ilmu syari'at, mendadak
terlihat padaku seorang di bawah pohon (umghailaan) menjerit sambil memanggil :
Hai Abubakar tiap-tiap hakikat yang bertentangan dengan syariat, maka
kekufuran.
Hakikat itu juga dapat disebut ilmu ladunni yang langsung dari Allah.
DALIL
228) Apabila datang (tiba) warid (kurnia
iman) dari Tuhan kepadamu, maka langsung merombak/melenyapkan segala
kebiasaan-kebiasaanmu. Ayat : Sesungguhnya raja-raja itu jika masuk ke dusun
(kota) merombak segala keadaan.
Apabila kurnia iman telah masuk ke dalam hati seorang, maka sanggup merubah
merombak segala adat kebiasaan yang telah menjadi tabiat manusia itu,
demikianlah yang dibuktikan oleh Nabi Muhammad saw. dengan para sahabatnya, dan
sampai kepada tabi'in yang mengikuti benar-benar tuntunan iman taqwa kepada
Allah.
Dalil
229) Warid (kurnia iman dari Tuhan) itu
memang datangnya dari yang menang dan mengalahkan segala yang lainnya, karena
itu bila warid tiba, maka tiada sesuatu yang berhadapan padanya melainkan
dimusnahkannya. Ayat: Tetapi Kami melemparkan itu hak di atas yang bathil, maka
melenyapkannya, maka tetaplah bathil itu musnah (hancur).
DALIL
230) Bagaimanakah Allah akan dapat terhijab
dengan sesuatu, padahal yang digunakan hijab itu, juga Allah jelas ada padanya,
dan tetap hadir.
Bagaimanakah Allah akan terhijab dengan sesuatu, padahal sesuatu yang
terlihat itu semata-mata nur Ilahi, dan pada segala tempat Allah berada dan
hadir, tidak pernah ghaib. Karena itu disebut dalam hadits qudsy : Hijab Allah
ialah nur yang apabila dibuka niscaya dapat membakar apa saja yang
diperlihatkannya, jangankan manusia akan dapat bertahan sedang bukit hancur,
dan Nabi Musa pingsan sebelum melihat langsung. Demikianlah rahmat Allah
menghijab kita untuk keselamatan kita sendiri menurut hikmatNya.
DALIL
231) Jangan putus harapan untuk diterimanya
amal perbuatan yang engkau kerjakan dengan tidak khusuk (hadir hati di
dalamnya), sebab masih ada kemungkinan amal itu diterima padahal belum dapat
dilihat buahnya dengan segera.
Meskipun dalam alam perbuatan belum mencapai hadirnya hati dan manis taat
yang dilakukan itu, maka jangan keburu putus harapan untuk diterimanya amal
itu, meskipun masih dalam taraf sekedar taqarrub kepada Allah dan merasa bahwa
itu kurnia Allah kepadanya, maka yang demikian itu sudah cukup baik.
DALIL
232) Jangan membanggakan (gembira) terhadap
suatu warid (yakni kecondongan hati untuk berbuat taat) yang belum engkau
ketahui buahnya, sebab bukan yang diharapkan dari awan itu sekedar hujan,
tetapi tujuan utamanya ialah adanya buah dari pohon-pohonan.
Contohnya amal ibadat sembahyang, jangan keburu merasa bangga dan gembira,
karena sudah dapat sembahyang, selama belum merasakan buah sembahyang
sebagaimana yang tersebut dalam ayat :
Sesungguhnya sembahyang itu dapat mencegah dari perbuatan keji dan mungkar.
Ini buahnya sembahyang, maka selama belum mendapat buah yang demikian,
jangan merasa bangga atau gembira, tetapi disamping itu jangan putus harapan
untuk diterimanya meskipun belum berhasil segera buahnya.
DALIL
233) Jangan minta
tetapnya itu warid setelah kau merasakan (mendapatkan) buah terangnya nur
(cahaya)nya, dan tertangkap semua rahasia-rahasianya, maka cukup bagimu mengabdi
kepada Allah sehingga tidak membutuhkan sesuatu yang lainnya, sebab tidak ada
sesuatu yang dapat mencukupi sehingga tidak berhajat kepada Allah.
Ketahuilah bahwa semua isi alam, dan segala nur, tingkat-tingkat maqam
kewalian dan lain-lainnya itu, semata-mata kurnia Allah kepada anak Adam,
karena itu manusia tidak boleh bergantung kepada semua itu, adanya itu atau
tidak adanya sama saja, tidak boleh menggoncangkan jiwa manusia, selama ada
Allah yang memberi itu semua. Dunia dibuat oleh Allah untuk manusia, dan
manusia dijadikan untuk mengabdi kepada Allah. Karena itu manusia harus merasa
kaya dengan adanya Allah, sehingga tidak boleh menyandar (menggantungkan) pada
sesuatu selain Allah.
DALIL
234) Keinginanmu untuk tetapnya sesuatu
selain Allah itu sebagai bukti bahwa kau belum bertemu pada Allah, dan
kerisauanmu karena kehilangan sesuatu selain Allah itu sebagai bukti tidak
adanya hubungan-mu dengan Allah atau sebagai tanda belum sampaimu kepada Allah.
Bertemunya manusia kepada Tuhan dan sampainya kepadaNya, inilah puncak
harapan, dan dengan itulah ia mencapai kebahagiaan dan kerajaan yang besar,
bahkan dengan itu ia akan lupa dan terhibur dari segala sesuatu selain Allah.
Abu Sulaiman Addarany ketika ditanya : Apakah yang terdekat dari segala
sesuatu yang orang bertaqarrub (mendekat) kepada Allah ? Jawabnya : Supaya
Allah mengetahui bahwa di dalam hatimu tidak ada sesuatu yang diiriginkan
kecuali Allah, baik di dunia maupun di akherat. Dan itulah bukti bahwa ia telah
mencapai tingkat yang besar, tetapi selama ia masih menginginkan tetapnya
sesuatu atau risau karena tidak adanya sesuatu, maka itu suatu bukti bahwa ia
belum mencapai hakikat tingkat yang besar itu dan harus segera memperbaiki
dirinya.
DALIL
235)
Nikmat itu meskipun beraneka bentuk warnanya hanya disebabkan oleh karena
melihat dan dekat kepada Allah, demikian pula siksa walau bagaimanapun aneka
macamnya hanya karena terhijabnya dari Allah, maka sebabnya siksa itu karena
adanya hijab, dan sempurna nikmat itu ialah melihat kepada dzat Allah yang
mulia.
Firman Allah :
Berapa wajah manusia kelak berseri-seri, dapat melihat wajah Tuhannya.
Nikmat dekat kepada Allah, lebih-lebih melihat kepada Allah itu memang
tiada bandingannya, sehingga apabila manusia di surgafditanya oleh T\ihan:
Apakah yang kamu rasa kurang, dan yang akan kamu minta ? Jawab mereka: Kami
cukup puas dan tidak ada hasrat untuk minta apa-apa lagi, sebab sudah cukup
puas, tiba-tiba dibukakan oleh Allah hijab untuk melihat wajah (zat) Allah,
maka di situlah mereka merasa tidak ada nikmat yang lebih besar daripada
melihat kepada zat Allah swt.
DALIL
236) Semua yang dirasakan oleh hati
(perasaan/fikiran) dari berbagai macam kerisauan itu, maka semata-mata karena
masih tertahan belum dapat melihat musyahadah kepada Tuhan Allah swt.
Firman Allah menceritakan
ketika Abubakar Assiddiq ra. bersama Rasulullah di gua Tsur, dimana Abubakar
risau dan sedih hati, langsung oleh Rasulullah diingatkan : Jangan risau/sedih sesungguhnya Allah beserta kami.
Asysyibly berkata : Siapa yang benar-benar mengenal Allah tidak akan risau
atau berduka cita untuk selama-lamanya.
Firman Allah :
Ingatlah, sesungguhnya para waliyullah itu tidak merasa takut dan tidak
merasa duka cita.
Dan sabda Nabi saw. kepada Abubakar Assiddiq
ketika digua Tsur : Ya Aba Bakr ma dhannuka bi isnain allahu
tsalitsu huma.
Bagaimanakah perasaanmu hai Abubakar terhadap dua orang yang ditigai oleh
Allah (disertai/dilindungi oleh Allah).
DALIL
237) Setengah dari kesempurnaan nikmat Allah
kepadamu jika Allah memberi rizqi yang cukup dan menahan daripadamu apa yang
dapat menyesatkan kamu.
Firman Allah :
Sesungguhnya manusia itu pasti melampaui batas (tersesat) jika merasa diri
kaya tidak berhajat.
Sa' ad bin Abi Waqqashra. berkata : Saya telah mendengar Rasulullah saw.
bersabda : Sebaik-baik rizqi yang mencukupi, dan sebaik-baik dzikir yang samar.
Abu Dardaa' ra. berkata : Rasulullah saw bersabda : Tiada terbit atau terbenam
matahari melainkan disisinya ada dua Malaikat yang berseru, seruan itu dapat
didengar oleh semua makhluk kecuali manusia dan jin : Hai sekalian manusia
silahkan kembali kepada Tuhan, sesungguhnya yang sedikit tetapi mencukupi itu
lebih baik dari yang banyak hingga melalaikan (menyesatkan).
Firman Allah :
Pergunakan
semua yang diberikan Allah kepadamu (yaitu yang berupa hidup panca indera, akal
pikiran, tenaga dan harta kekayaan) untuk mencapai kebahagiaan dan keuntungan
akherat, dan jangan kau lupakan bagianmu daripada dunia. •
Kepentingan yang pertama dan utama ialah keselamatan akherat, adapun dunia
maka ia sambil lalu jika tidak lupa. Sebab siapa yang sungguh beramal untuk
akherat maka dunianya terjamin untung dan puas, sebaliknya jika amal usahanya
hanya untuk dunia maka baginya tidak bertambah dari ketetapan Allah dan
akheratnya rugi tidak dapat apa-apa.
Rasulullah saw. bersabda :Bukannya kekayaan itu dengan banyaknya harta benda, tetapi kekayaan yang
sesungguhny a ialah kaya hati/tenang jiwa.
Tersebut dalam kitab-kitab yang dahulu, Allah berfirman : Sesungguhnya
seringan-ringan hukumanKu terhadap seorang alim jika ia condong kepada
keduniaan, akan Aku cabut daripadannya kelezatan bermunajat kepadaKu. f
DALIL
238) Kurangilah kesenanganmu dengan dunia,
supaya berkurang pula kedukaanmu pada dunia.
Seorang ditanya : Mengapakah
engkau tidak pernah risau ? Jawabnya : Karena saya tidak menyimpan barang yang
akan merisaukan/menyusahkan bila hilang, sebab yang menyenangkan itulah pula
yang menyusahkan, jika sedikit maka sedikit pula, dan bila banyak yang
disenangi tentu banyak pula yang akan menyusahkan.
Hikayat : Seorang memberi hadiah kepada raja sebuah gelas dari pirus yang
bertaburkan permata yang sangat berharga, maka karena sangat gembira raja
menerimanya. la menunjukkan hadiah itu pada seorang Hakiem (ahli hikmat) :
Bagaimana pendapatmu tentang gelas ini ? Jawab Hakiem : Pendapatku itu suatu
bala' dan kefakiran. Tanya raja : Bagaimana pendapatmu itu ? Jawabnya : Jika
pecah berupa bala' sebab tidak dapat ditembel, dan tidak ada gantinya, jika
tercuri kau sangat butuh kepadanya sehingga menjadi fakir kepadanya. Maka tidak
lama tiba-tiba gelas itu pecah, maka benar raja merasa mendapat bala' dan
sangat menyesal, lalu berkata : Benar, kata Hakiem itu.
Seorang yang berakal sehat yaitu orang yang tidak terpengaruh oleh sesuatu
jika ada (tiba) menyebabkan repot/sibuk, dan bila hilang menyebabkan menyesal
dan bingung.
Al Junaid berkata :
Seorang yang berakal sehat itu ialah yang menyelidiki segala sesuatu, mencari
yang lebih utama untuk dikerjakan dan didahulukan dari lain-lainnya, dan selalu
mengikuti petunjuk Allah dan Rasulullah, dalam membedakan apa yang berguna atau
madharrat baginya dunia dan akheratnya.
DALIL
239) Jika engkau tidak ingin dipecat, maka
jangan memangku jabatan yang tidak akan tetap bagimu untuk selamanya.
DALIL
240) Jika engkau tertarik oleh permulaannya,
pandangan luarny a (lahir), maka akan menjemukan engkau pada akhirnya jika
engkau terpengaruh oleh pandangan lahir, maka akan dilarang oleh hakekat
batinnya (akan dicegah oleh hakikat batinnya).
Memang kedudukan itu pada lahirnya menarik tetapi pada hakikatnya amanat
yang berat jarang orang yang selamat dari bahaya firnahnya.
Firman Allah :
Ketahuilah bahwa penghldupan dunia, hanya
main-main, dan hiburan dan perhiasan, dan bangga-banggaan di antara kamu dan
berlomba memperbanyak harta dan anak buah. Bagaikan air hujan yang mengagumkan
petani hasil tanamannya, kemudian berubah menjadi kering, maka.terlihdt
menguning warnanya, kemudian menjadi sampah (bahan bakar), sedang di akherat
tersedia siksa yang berat, disamping ada pula eeng-ampunan Allah dan
keridhaanNya. Dan tiadalah kehiaupan dunia kecuali kesenangan yang menipu. (Alkadid 20).
Rasulullah saw. bersabda :
Cinta pada dunia itu pokok dari segala dosa.
DALIL
241) Sesungguhnya Allah sengaja menjadikan
dunia ini tempat kerusakan dan sumber kerusuhan, untuk menjemukan kau terhadap
dunia.
Rasulullah saw. bersabda :
Jauhkan dirimudari tipuan dunia, niscaya Allah suka/kasih kepadamu. Dan
jauhkan dirimu dari hak-hak orang, niscaya disukai orang.
Imam Ali ar. menulis surat kepada Salman
Alfarisy ra. : Sesungguhnya dunia ini bagaikan ular licin
pegangannya, namun membunuh bisanya (racunnya), karena itu abaikanlah
(berpalinglah) daripadanya, dan dari apa yang mengagumkan engkau, karena
sedikitnya yang dapat engkau bawa sebagai bekal, dan jangan risau terhadapnya
karena engkau y akin akan berpisah padanya, dan letakkan kesenanganmu dalam
kewaspadaanmu terhadap apa-apa yang ada di dalamnya, sebab orang di dunia
apabila ia mulai senang tenang langsung dibawa kejurang bahaya dan binasa.
Seseorang Hakiem berkata : Dunia ini bagaikan impian orang tidur, kesenangannya bagaikan bayangan
awan, kejadian-kejadian bagaikan anak panah yang mengenai sasarannya, sedang
syahwat-syahwatnya bagaikan sesuatu yang beracun dan godaannya bagaikan
gelombang yang besar.
DALIL
242) Allah telah mengetahui bah wa engkau
tidak dapat menerima nasehat yang hanya berupa teori (kata-kata), karena itu
Allah merasakan kepadamu rasa pahitnya, untuk memudahkan bagimu cara
meninggalkannya.
Sebab manusia bila menderita ujian-ujian Allah yang berupa bala' , maka ia
tidak senang dunia, lalu ingin mati, ingin berpisah dari dunia yang fana ini.
Bala' yang biasa diujikan Allah ialah kemiskinan, penyakit, kelaparan,
ketakutan, kehilangan harta, kematian dan lain-lainnya yang menimbulkan kecemasan
manusia dan tiada ketenangan hidup.
DALIL
243) Ilmu yang berguna ialah yang meluas
dalam dada sinar cahayanya, dan membuka penutup hati.
Ilmu yang berguna (bermanfaat) itu ialah mengenal zat Allah dan sifat serta
asma (nama) dan perbutan Allah. Juga mengerti bagaimana mengabdi diri kepada
Allah serta beradab kepadaNya.
Nabi Dawud as. berkata : Ilmu di dalam dada bagaikan lampu dalam rumah. Imam Malik bin Anas ra.
berkata: Bukan yang bernama ilmu itu kepandaian atau banyak meriwayatkan,
tetapi ilmu itu hanya nur yang diturunkan Allah dalam hati manusia. Dan
bergunanya ilmu itu untuk mendekatkan manusia kepada Allah dan menjauhkannya
dari kesombongan diri.
Al-Junaid berkata : Ilmu
itu ialah mengenal Tuhanmu dan tidak melampaui kedudukan dirimu (yakni
menyadari kehambaanmu).
DALIL
244) Sebaik-baiknya ilmu itu, yang disertai
oleh rasa takut kepada Allah swt.
Firman Allah :
ÆÏBur Ĩ$¨Z9$# Å_U!#ur¤$!$#ur ÉO»yè÷RF{$#ur ì#Î=tFøèC ¼çmçRºuqø9r& Ï9ºxx. 3 $yJ¯RÎ) Óy´øs ©!$# ô`ÏB ÍnÏ$t6Ïã
(#às¯»yJn=ãèø9$#
3
cÎ)
©!$#
îÍtã
îqàÿxî
ÇËÑÈ
28. dan demikian (pula) di antara
manusia, binatang-binatang melata dan binatang-binatang ternak ada yang
bermacam-macam warnanya (dan jenisnya). Sesungguhnya yang takut kepada Allah di
antara hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama[1258]. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa
lagi Maha Pengampun.
[1258]
Yang dimaksud dengan ulama dalam ayat ini ialah orang-orang yang mengetahui
kebesaran dan kekuasaan Allah.(Fathir 28).
Rasulullah saw. bersabda :
Orang yang menuntut ilmu agama itu, Allah menjamin rezkinya.
Juga sabda Nabi saw.: Sesungguhnya para Malaikat meletakkan sayapnya pada orang yang menuntut
ilmu, karena suka (gemar) pada apa yang dituntut. Rasulullah saw. berlindung
kepada Allah : Allahumma inni a 'udzu bika min ilmin laa yanfa' (Ya
Allah aku berlindung kepadaMu dari ilmu yang tidak berguna). Ilmu yang tidak
berguna yaitu yang tidak menimbulkan rasa takut kepada Allah.
Al-Junaid ketika ditanya: Apakah ilmu yang berguna ?
Jawabnya: Ialah yang menunjukkan engkau kepada Allah, dan menjauhkan dari
menurutkan hawa nafsu syahwatmu.
Rasulullah saw. bersabda : Siapa yang cinta dunia, berbahaya akheratnya, dan siapa yang cinta
akherat, berbahaya dunianya. Ingatlah kamu harus mengutamakan yang kekal abadi
daripada yang lekas rusak dan hancur.
DALIL
245) llmu itu jika disertai rasa takut kepada
Allah, maka itu yang menguntungkan bagimu, jika tidak maka itu bahaya bagimu.
Rasulullah saw. bersabda : Tiap hari di mana aku tidak bertambah ilmu yang mendekatkan aku kepada
Allah, maka berarti tidak berkat bagiku terbit matahari pada hari itu.
Rasulullah saw. bersabda : Akan keluar pada akhir zaman orang yang mencari (mencuri) dunia dengan
kedok agama, memperlihatkan (memakai) di muka orang bulu domba karena lunak,
lidahnya lebih manis dari madu, tetapi hatinya hati srigala.
Allah akan berkata kepada mereka : Apakah kamu akan menentang kepadaKu, atau mempermainkan Aku, maka demi
kebesaran-Ku Aku akan menurunkan terhadap mereka ujian fitnah, sehingga orang
yang sabar tenang menj adi kebingungan .
Rasulullah saw. bersabda : Akan tiba suatu masa pada ummat manusia, tiada tinggal dari Qur'an kecuali
tulisannya saja dan Islam hanya namanya belaka.
Hati orang-orangnya kosong dari petunjuk hidayat, dan masjid hanya penuh
jasad manusia yang tak berhati taqwa, sejahat manusia waktu itu ialah para
ulama, sebab dari mereka sumber fitnah dan kepada mereka pula kembalinya.
Abuhurairah ra. berkata : Bersabda Nabi saw. : Siapa yang belajar ilmu agama, tidak untuk mencapai
keridhaan Allah, tidak mempelajarinya kecuali untuk mencapai suatu kepentmgan
dunia, maka ia tidak akan mendapat (merasai) bau surga pada hari kiamat.
Al-hasan ra. berkata : Siksa bagi seorang alim itu matinya hati. Ketika ditanya : bagaimana
matinya hati itu ? Mencari dunia dengan •menjual amal akherat.
Dan lebih jahat lagi jika ia menjilat-jilat kepada raja (pemerintah) untuk
mencari keuntungan dari uang haram atau syubhat, maka yang demikian
terang-terangan menentang murka Allah.
Abud-Dardaa' ra. berkata : Rasulullah saw. bersabda : Allah telah menurunkan wahyu pada salah seorang
nabi : Katakanlah kepada orang-orang yang belajar fiqih agama, tidak untuk
kepentingan agama, dan belajar tidak untuk diamalkan, mereka mencari dunia
dengan amal akherat, memakai bulu kambing, tetapi hati mereka hati srigala,
lidahnya lebih manis dari madu, dan hatinya lebih pahit dari jadam, apakah
mereka akan mempermainkan Aku, atau mengejek kepadaKu, pasti akan Aku turunkan
kepada mereka fitnalf ujian, sehingga orang yang tenang sabar menjadi bingung.
Rasulullah saw. bersabda : Sesungguhnya Allah akan memperkuat/ menyebaf luaskan agama ini dengan
lidah seorang yang lacur/lancung Farqad Assindy bertanya pada Abul-Hasan
Al-Bashry suatu masalah, dan setelah dijawab, ia berkata : Para fuqahaa'
(ahli-ahli ilmu fiqih) berbeda dengan keteranganmu itu. Berkata Abul-Hasan : Pernahkah engkau melihat dengan mata kepalamu
orang faqih (yang alim fiqih) itu. Seorang faqih ialah yang zuhud (tidak rakus)
terhadap dunia, yang gemar akherat, yang waspada dalam agama, yang tetap pada
taat ibadahnya, yang wara', tidak melukai kehprmatan sesama muslim, yang
menjauhi harta mereka, yang rajin beribadat, yang mengikuti sunnarurrasul, yang
tidak membenci orang yang di atasnya, dan tidak menghina orang yang di
bawahnya, yang tidak mencari dunia dengan ilmu yang diajarkannya oleh Allah.
Berkata pengarang kitab
Azzubad : Seorang alim yang tidak mengamalkan ilmunya
akan disiksa sebelum menyembah berhala. Dan siapa yang bertambah ilmu tetapi
tidak bertambah baik budi akhlaknya dan takutnya kepada Allah, maka tiada
bertambah dekat kepada Allah, bahkan bertambah jauh dari Allah ta'ala.
DALIL
246) Apabila menyakitkan hatimu (menyedihkan
hatimu) tidak' menghadapnya orang-orang kepadamu, atau celaan orang-orang
kepadamu, maka selidikilah apa yang diketahui Allah dari perfouatanmu (maka
koreksilah keadaan diri yang sebenarnya menurut apa yang diketahui oleh Allah),
maka apabila engkau belum puas dengan apa yang sebenarnya telah diketahui oleh
Allah itu, maka bala' yang menimpa kepadamu karena tidak puas terhadap yang
telah diketahui oleh Allah itu, lebih besar dari bala' sekedar diganggu oleh
sesama manusia.
Seharusnya seorang hamba hanya memperhatikan ridha dan murka Tuhannya saja,
tidak gembira kecuali jika diridhai oleh Tuhan dan tidak sedih kecuali jika
dimurkai oleh Tuhari, adapaun puji dan celaan orang,, maka tidak hams
dihiraukan, sebab jika engkau di sisi Allah baik, maka biarpun dicela oleh
semua manusia niscay a engkau tetap baik dan untung, sebaliknya jika engkau
busuk disisi Allah, maka walaupun engkau dipuji-puji oleh semua manusia, maka
engkau tetap tersiksa dan binasa. Contohnya para Nabi, Rasul dan wall mereka
tidak selamat dari makian orang.. Karena itu kewajibanmu ialah membereskan dan
memperbaiki hubungan dengan Allah, asal sudah beres sudah cukup baik.
DALIL
247) Memang sengaja Allah melaksanakan
gangguan terhadap dirimu dari tangan orang-orang itu, supaya engkau tidak jinak
kepada mereka. Sengaja Allah menjengkelkan (menjemukan) engkau dari segala
sesuatu, supaya tidak ada sesuatu yang melupakan engkau daripada Allah (supaya
tidak ada yang mengganggu engkau untuk ingat kepada Allah).
Abul-Hasan Asysyadzily berkata: Larilah dari kebaikan (bantuan orang, melebihi dari larimu dari kejahatan
orang kepadamu, sebab kebaikan orang itu langsung membahayakan hatimu sedang
kejahatan mereka hanya membahayakan jasmanirnu, dan bahaya jasmani itu lebih
ringan dari bahaya hati. Bahaya kebaikan orang kepadamu, jika kamu jinak,
senang, menyandar, berharap kepada mereka.
Sesungguhnya jika ada musuh yang mendekajtkan engkau kepada Allah lebih
baik dari teman/kawan yang memutuskan engkau dari Allah.
Abdussalam bin Masyisy ra. berdoa : Ya Allah ada orang-orang yang minta kepadaMu supaya semua orang jinak
kepadanya, maka telah Engkau perkenankan dan mereka puas dengan itu, sebaiiknya
saya minta supaya semua makhluk menjauh daripadaku sehingga tidak ada bagiku
tempat berlindung dan berharap kecuali kepadaMu.
Rasulullah saw. bersabda : Siapa yang memberi kepadamu kebaikan (hadiah), maka lekas engkau balas
dengan yang seimbang maka jika tidak dapat kamu membalas, maka doakanlah orang
itu. (Yakni supaya tidak merasa berhutang budi padanya). Doanya : Jazaka
Allahu Khoira ( Semoga Allah membalasmu kebaikan).
Muhammad bin Al-Hasan berkata : Ketika saya sedang berputar-putar di bukit Lubnan, tiba-tiba ada seorang
pemuda yang keluar dari bukit hangus badannya oleh serangan angin samum, maka
ketika pemuda melihat padaku, tiba-tiba melarikan diri, lalu saya kejar, dan
ketika ia telah berhenti saya minta nasehat kepadanya, maka ia berkata :
Berhati-hatilah daripada Allah, karena Allah itu sangat cemburu, ia tidak suka
melihat dalam hati hambaNya sesuatu selainNya. (Yakni tidak boleh ada dalam
hati hambaNya sedikitpun dari syirik). jangan sampai ada dalam hati perasaan :
Barangkali orang akan menolong atau membantu padaku.
DALIL
248) Jika engkau telah
mengetahui bahwa syaithan itu tidak pernah lupa kepadamu, maka engkau jangan
lupa terhadap Tuhan yang nasibmu ada di tanganNya.
Firman Allah :
¨bÎ)
z`»sÜø¤±9$# ö/ä3s9
Arßtã çnräϪB$$sù #rßtã 4 $yJ¯RÎ) (#qããôt
¼çmt/÷Ïm (#qçRqä3uÏ9
ô`ÏB
É=»ptõ¾r& ÎÏè¡¡9$# ÇÏÈ
Sesungguhnya
syaitan itu adalah musuh bagimu, Maka anggaplah ia musuh(mu), karena
Sesungguhnya syaitan-syaitan itu hanya mengajak golongannya supaya mereka
menjadi penghuni neraka yang menyala-nyala (Fathir 6).
Yakni waspadalah daripadanya, karena ia sebagai musuh yang tidak ada masa
damainya.
Abul- Abbas Almarsy berkata : Dalam memahami ayat ini ada suatu kaum yang berfaham bahwa mereka
diperintah untuk memusuhi syaithan maka mereka mengerahkan segala tenaga untuk
memusuhi, tetapi lain golongan mengartikan : Sesungguhnya, syaithan musuhmu,
dan Aku (Allah) kekasihmu, maka orang-orang ini sibuk kepada yang dicintai dan
lupa pada musuhnya, akhirnya Allah sendiri yang melindungi kekasihnya dari
gangguan syaithan sebagai musuh itu.
Abu Hasim berkata :
Siapakah syaithan itu sehingga harus ditakuti, demi Allah ia sudah pernah
diikuti tetapi sama sekali tidak berguna menurut kepadanya, begitu pula ketika
dilanggar maka juga tidak dapat berbuat apa-apa.
Abu Sulaiman Addarany berkata : Tidak ada makhluk yang lebih rendah dari
syaithan, dan andaikan Allah tidak menyuruh kami berlindung kepjada Allah
daripadanya, niscaya saya tidak merasa gentar sama sekali daripada syaithan.
Dzinnun Almisry berkata : Jika syaithan itu dapat melihat engkau dari arah yang tidak dapat anda
melihatnya, maka Allah melihat padanya dari arah yang dia tidak melihat kepada
Allah, karena itu berlindunglah kepada Allah dari gangguan syaithan.
Malik bin Dinar berkata : Suatu musuh yang dapat melihat padamu seda'ng kau tidak dapat melihatnya,
sungguh sukar perlawanannya, kecuali jika dilindungi oleh Allah.
Abu Saied Alkhudry berkata : Saya telah mendengar Rasulullah saw. bersabda : Iblis berkata kepada Tuhan
: Demi kemuliaan dan kebesaranMu, saya tetap akan menyesatkan anak Adam selama
ada ruh dikandung badannya, maka dijawab oleh Allah
: Demi kemuliaan dan kebesaranKu : Saya tetap akan mengampunkan anak Adam
selama mereka minta ampun (membaca istighfar) kepadaKu.
DALIL
249) Sengaja Allah menjadikan syaithan sebagai musuhmu, supaya
engkau jemu pada syaithan dan berlindung kepada Allah, demikian pula Allah
tetap menggerakkan hawa nafsumu supaya engkau tetap selalu menghadap kepada
Allah untuk melawan hawa nafsu. *
Allah berfirman :
¼çm¯RÎ)
}§øs9 ¼çms9 í`»sÜù=ß
n?tã úïÏ%©!$#
(#qãZtB#uä
4n?tãur óOÎgÎn/u
tbqè=2uqtGt
ÇÒÒÈ
Sesungguhnya syaithan tidak berdaya (tidak kuasa) terhadap orang yang
betul-betul beriman dan kepada Tuhan mereka berserah diri dan bertawakkal
kepada Allah. (Annahl 99).
$yJ¯RÎ)
¼çmãZ»sÜù=ß n?tã úïÏ%©!$#
¼çmtRöq©9uqtGt úïÏ%©!$#ur Nèd
¾ÏmÎ/ cqä.Îô³ãB ÇÊÉÉÈ
Sesungguhnya kekuatan/kekuasaan syaithan itu hanyapada orang-orang yang
berwali kepadanya (menurutpada pimpinan/bisikan-bisikannya, dan dengan itu
mereka menyekutukan Allah).
(Annahl 100).
Firman Allah :
*
!$tBur äÌht/é& ûÓŤøÿtR
4
¨bÎ)
}§øÿ¨Z9$# 8ou$¨BV{
Ïäþq¡9$$Î/ wÎ) $tB
zOÏmu þÎn1u 4 ¨bÎ) În1u
Öqàÿxî
×LìÏm§
ÇÎÌÈ
Dan aku
tidak membebaskan diriku (dari kesalahan), karena Sesungguhnya nafsu itu selalu
menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Tuhanku.
Sesungguhnya Tuhanku Maha Pengampun lagi Maha Penyanyang.(Yusuf 53)
Kata pujangga :
Sungguh aku telah diuji dengan empat musuh yang selalu melempar aku dengan anak
panah yang dapat menembus. Yaitu : Iblis, dunia, hawa nafsu dan syahwat. Ya
Tuhanku hanya Engkau yang dapat menyelamatkan aku.
Allah menjadikan syaithan sebagai musub manusia ini suatu nikmat besar bagi
manusia, sebab dengan demikian manusia selalu hams berlindung dan mendekat
kepada Allah, untuk menjaga keselamatan diri dari syaithan (musuhnya) itu.
Sebab dia sendiri tidak akan sanggup melawan musuhnya yang kawankan dan sangat
samar itu, kecuali dengan perlindungan Allah.
DALIL
250) Siapa yang merasa diri bertawadhu', maka
berarti ia benar-benar sombong, sebab tidak mungkin ia merasa tawadhu' kecuali
kalau ia merasa besar/tinggi, karena itu bila engkau menetapkan bahwa dirimu
itu besar/tinggi, maka benar-benar engkau telah sombong (mutakabbir). Maka
apabila engkau menetapkan dirimu bertawadhu' (merendah diri) yakni padahal
engkau itu seorang besar dan tinggi, maka itu berarti engkau benar-benar telah
sombong (mutakabbir).
Seorang yang merasa bertawadhu' (merendah diri) itu disebabkan ia merasa
besar tinggi, hanya saja ia merendah dan perasaan besar/ tinggi diri itulah
hakikat kesombongan, dan itu pula arti takabbur yang dikatakan oleh Nabi saw. :
Alkibru batharul haqqi wa ghamthunnas (sombong itu ialah menolak kebenaran dan
menghina orang lain). Menghina lain orang disebabkan merasa diri besar dan
tinggi, mulia.
DALIL
251) Bukan orang yang tawadhu' itu, seorang
yang bila bertawadhu' lalu merasa bahwa ia telah mengalah/merendahkan dirinya,
tetapi orang tawadhu' itu ialah yang bila berbuat sesuatu merasa diri belum
layak mendapatkan kedudukan itu. .
Asysyibly berkata :
Siapa yang merasa diri berharga, maka ia tidak bertawadhu' (maka tidak ada
bagian dalam tawadhu').
Abu Sulaiman Addarany berkata : Seorang hamba tidak dapat bertawadhu' kepada Allah, hingga mengetahui
kedudukan dirinya , (letak dirinya).
Abu Yazid berkata :
Selama seorang itu merasa ada" orang yang lebih jahat daripadanya, maka ia
sombong. Dan ketika ditanya : Bilakah seorang itu bertawadhu'? Jawabnya : Jika
tidak merasa ada kedudukan atau kemuliaan, dan tawadhu' seseorang itu menurut
kadar ma'rifatnya terhadap Tuhan dan dirinya.
Muhammad bin Muqatil ketika dimintai doa oleh
orang-orang, ia menangis sambil berkata :
Semoga bukan sayalah yang menyebabkan kamu menderita bala bencana ini. Dan
tanda bahwa ia benar-benar bertawadhu', jika ia tidak marah ketika dihina atau
dicela.
DALIL
252) Hakikat tawadhu' (tawadhu' yang
sesungguh-sungguhnya) ialah yang timbul karena melihat/memperhatikan kebesaran
Allah, dan terbukanya sifat-sifat Allah.Tawadhu' dalam pendapat ahli tauhid,
adalah kesombongan, sebab siapa yang merasa dirinya ada kemuliaan dan
kedudukan, maka perasaan yang demikian itu sebagai kesombongan.
DALIL
253) Tidak ada sesuatu yang dapat mengeluarkan
(melepaskan) engkau dari sifat kesombonganmu, kecuali jika engkau melihat
sifat-sifat Allah.
Yakni selama engkau tidak memperhatikan dan ingat selalu kepada sifat
ketuhanan, kebesaran dan kekuasaan Allah, maka selama itu engkau merasa besar, kuasa dan congkak (sombong). Selama engkau
tidak melihat sifat kesempumaan Allah, maka selama itu juga engkau tidak
mengakui kekurangan-kekurangan atau kehambaan dirimu terhadap Allah.
DALIL
254) Seorang mukmin sibuk memuji syukur
kepada Allah, sehingga tidak sempat memandang diri (memuji diri) sendiri,
sebagaimana ia sibuk menunaikan kewajiban-kewajiban terhadap Allah, sehingga
lupa kepentingan diri.
Memuji diri, ialah merasa telah berbuat amal kebaikan. Sedang hakikat
mukmin itu apabila tidak merasa mempunyai kebaikan sendiri, hanya semua itu
semata-mata pemberian kurnia Allah, sebagaimana ia lupa kepentingan diri
sendiri karena sibuk menunaikan kewajjiban-kewajibannya terhadap Allah ta'ala.
DALIL
255) Bukan seorang yang mencintai itu yang
meminta apa-apa dan yang dicintai, tetapi sesungguhnya seorang yang cinta kasih
itu, ialah yang berkorban untukmu, bukan yang engkau memberi apa-apa padanya.
Abu Abdullah Alqurasyi berkata : Hakikat kasih/cinta itu, bila engkau telah dapat memberikan keselurohanmu
kepada yang engkau cinta, sehingga tidak ada sisa apa-apa bagimu.
Allah telah menurunkan wahyu kepada Nabi Isa
as : Apabila Aku melihat hati hambaKu, tidak ada
padanya cinta dunia dan akhirat, niscaya Aku penuhi hati itu dengan cinta
kepadaKu.
Allah telah menurunkan wahyu kepada Nabi Dawud as. : Hai Dawud,
sungguh Aku telah mengharamkan cintaKu untuk masuk ke dalam hati di mana dalam
hati itu ada cinta kepada lainKu.
DALIL
256) Andaikan tidak ada lapangan perjuangan melawag hawa nafsu
(syahwat), pasti tidak dapat terbukti perjalanan orang-orang yang menuju kepada
Allah, sebab memang tidak ada jaraTc antaramu dengan Allah untuk dijalani
(ditempuh) dengan kendaraan, dan juga tidak pernah putus antaramu dengan Allah,
sehingga dapat disambung oleh hubunganmu.
Berjalan menuju
kepada Allah, ialah memutuskan segala rintangan syahwat hawa nafsu dan adat
kebiasaan yang akan menghambat. Tidak mungkin hidup (terang) hati nurani
kecuali setelah mematikan pengaruh hawa 'nafsu. Nikmat yang terbesar ialah bila
telah dapat bebas dari pengaruh tipu daya hawa nafsu, sebab hawa nafsu itu
sebagai tirai yang tebal antara engkau dengan Allah ta'ala.
Hatim Al-asham berkata : Siapa yang akan masuk golongan kami harus dapat membunuh hawa nafsunya
empat kali : Mati yang merah yaitu menahan (mengekang) hawa nafsu. Mati yang hitam yaitu sabar tabah
menanggung gangguan orang. Mati yang
putih yaitu tahan lapar, dan mati
yang hijau dapat memakai pakaian tembelan (compang-camping).
Sahl bin Abdullah ra. berkata : Rahasia nafsu belum pernah terbukti kecuali dalam pernyataan Fir'aun
ketika ia berkata : Ana rabbukumul a' la : Akulah tuhanmu yang tertinggi.
Tidak mungkin dapat terlepas dari belenggu hawa nafsu, kecuali dengan
memperhatikan dan melaksanakan ajaran-ajaran syariat lahir batin, tanpa
mengurangi atau berlebihan, tanpa teledor dari malas.
A'isyah ra. berkata :
Rasulullah saw. telah bersabda : Laksanakan amal
perbuatan itu sekuat tenagamu, sesungguhnya Allah tidak jemu menerima dan
memberi pahala, hingga kamu jemu beramal. Dan seutama-utama amal perbuatan itu
ialah yang terus menerus (dawam) dilakukan meskipun sedikit.
Abul Qasin Alqusyairy berkata : Hakikat membunuh hawa nafsu itu, iatah lepas bebas dari tjpu dayanya, dan
tidak memperhatikan sesuatu yang timbul daripadanya, dan menolak segala
pengakuan-pengakuannya, dan tidak bingung (sibuk) untuk mengaturnya, dan tetap
menyerahkan segala urusan itu kepada Allah swt. dengan melepaskan usaha ikhtiar
dan kehendak sendiri, sehingga lenyap dan hapus sarria sekali pengaruh hawa nafsu
itu terhadap kemanusiaannya. Adapun sisa-sisa yang berupa gambaran kerangkanya,
maka itu tidak berbahaya. Demikianlah jalan untuk membunuh hawa nafsu yang
dapat segera mencapai haderatal-qudsi (tempat yang suci luhur), yang sesuai
dengan tuntutan syariat dan hakikat yang menjadi pelita bagi tiap salik yang
menempuh jalan untuk mendekat kepada Allah.
Karena itulah Rasulullah saw. berpesan kepada Abu Dzar untuk banyak membaca
: Laa haula wa laa quwwata ilia billahi
DALIL.
257) Allah sengaja menempatkan engkau dalam
alam yang pertengahan antara alam mulk (dunia) dan alam malakut (ghaib) untuk
memberimu pengetahuan tentang kebesaran kedudukanmu diantara semua makhluk, dan
bahwa engkau sebagai permata yang diliputi/ dikelilingi oleh wadah tempatnya
yang berupa alam ini.
Abul-Abbas Almarsy ra. berkata : Isi alam ini semua bagaikan hamba tunduk padamu hai manusia, sedang engkau
hanya hamba Allah ta'ala semata-mata.
Tersebut dalam kitab-kitab Allah yang
terdahulu : Hai anak Adam, Akulah (Allah
kepentinganmu/kebutuhanmu) yang tidak dapat engkau abaikan, karena itu tetaplah
engkau pada apa yang engkau butuhkan itu.seutama-utama amal perbuatan itu ialah
yang terus menerus (dawam) dilakukan meskipun sedikit.
Abul Qasin Alqusyairy berkata : Hakikat membunuh hawa nafsu itu, ialah lepas bebas dari tjpu dayanya, dan
tidak memperhatikan sesuatu yang timbul daripadanya, dan menolak segala
pengakuan-pengakuannya, dari tidak bingung (sibuk) untuk mengaturnya, dan tetap
menyerahkan segala urusan itu kepada Allah swt. dengan melepaskan usaha ikhtiar
dan kehendak sendiri, sehingga lenyap dan hapus sarria sekali pengaruh hawa
nafsu itu terhadap kemanusiaannya. Adapun sisa-sisa yang berupa gambaran
kerangkanya, maka itu tidak berbahaya. Demikianlah jalan untuk membunuh hawa nafsu
yang dapat segera mencapai haderatal-qudsi (tempat yang suci luhur), yang
sesuai dengan tuntutan syariat dan hakikat yang menjadi pelita bagi tiap salik
yang menempuh jalan untuk mendekat kepada Allah.
Karena itulah Rasulullah saw. berpesan kepada Abu Dzar untuk banyak membaca
: Laa haula wa laa quwwata ilia billahi.
DALIL
257) Allah sengaja menempatkan engkau dalam
alam yang pertengahan antara alam mulk (dunia) dan alam malakut (ghaib) untuk
memberimu pengetahuan tentang kebesarari kedudukanmu diantara semua makhluk,
dan bahwa engkau sebagai permata yang diliputi/ dikelilingi oleh wadah
tempatnya yang berupa alam ini.
Abul-Abbas Almarsy ra. berkata : Isi alam ini semua bagaikan hamba tunduk padamu hai manusia, sedang engkau
hanya hamba Allah ta'ala semata-mata.
Tersebut dalam kitab-kitab Allah yang terdahulu : Hai anak Adam, Akulah
(Allah kepentinganmu/kebutuhanmu) yang tidak dapat engkau abaikan, karena itu
tetaplah engkau pada apa yang engkau butuhkan itu.
Allah juga berfirman : Hai anak Adam, Aku jadikan segala sesuatu untukmu dan aku jadikan engkau
iintukku, karena itu jangan sibuk dengan apa yang pasti datang kepadamu,
sehingga meninggalkan apa yang engkau dijadikan untukNya.
Firman Allah :
Dialah Allah yang menjadikan untuk kamu semua apa yang di bumi.
Firman Allah :
Tiadalah Aku menjadikan manusia dan jin kecuali supaya ibadah kepadaKu.
Al-Wasithy dalam menafsirkan ayat : Sungguh Kami (Allah) telah memuliakan anak Adam (manusia). Yakni Kami
serahkan kepada mereka alam seisinya supaya mereka tidak bingung atau tertipu
oleh sesuatu dan supaya bulat melulu beribadah (mengabdikan diri kepada Allah).
DALIL
258) Sesungguhnya alam dapat mencukupi engkau hanya dari sudut
jasmanimu semata-mata, tetapi tidak memuaskan engkau dalam hal kerohanianmu. '
Karena badan jasmani sejenis dengan benda-benda alam, maka di situlah letak
hajat kebutuhan badan jasmanimu, sebaliknya rohanimu sama sekali tidak sejenis
dengan benda-benda alam ini, bahkan jauh berbeda, maka karenanya tidak usah
engkau harus menggantungkan soal dengan kebendaan dan seharusnya hanya
berhubungan kepada Tuhan Allah ta'ala.
Ahmad bin Khadharawaih
ketika ditanya : Amal perbuatan apakah yang utama? Jawabnya :
Menjaga hati jangan sampai condong, menoleh/ menghadap pada sesuatu selain
Allah ta'ala.
Abu Abdullah Al-Jallaab berkata : Siapakah yang hasrat semangat tujuannya lebih tinggi dari alam benda, maka
ia pasti sampai kepada Allah yang mencipta alam, tetapi siapa yang tujuannya
hanya pada sesama makhluk maka tidak mendapat Tuhan, sebab Allah maha mulia
untuk dapat menerima persekutuan/dipersekutukan.
DALIL
259) Orang yang ada di alam dunia dan belum
terbuka baginya lapangan ghaib, tetap terkurung dengan (oleh) syahwat dan adat
kebiasaan-nya, dan terkepung oleh kepentingan-kepentingan kerangka badannya.
Demikianlah keadaan manusia yang belum terbuka nur iman dalam hatinya
sehingga tidak mengenal pada Allah, medan (lapangan) perjuangannya hanya
terkurung pada kebendaan belaka untuk pemuasan hawa nafsu dan syahwat
semata-mata.
Allah telah berfirman : HambaKu, jadikanlah perhatianmu seratus persen kepadaKu, niscaya Aku
cukupi segala hajat kepentinganmu (kebutuhanmu), selama Aku dengan engkau,
engkau dalam kedudukan hamba, dan selama engkau dengan Aku, maka engkau di
tempat yang dekat, mintalah apa saja untuk dirimu.
DALIL
260) Engkau tetap terikat oleh alam benda,
selama engkau belum melihat yang mencipta alam, tetapi bila engkau telah
melihat pencipta alam, maka alam ini akan tunduk kepadamu.
Selama masih ada hajat kebutuhan kepada alam benda, maka engkau tetap
menjadi budak hamba kebendaan, tetapi bila engkau telah sadar bahwa benda ini
tidak bergerak sendiri, bahkan tergantung pada penciptanya, maka ketika engkau
sadar yang demikian, engkau tidak berhajat lagi kepada alam benda, dan merasa
kaya cukup dengan pencipta alam benda, sehingga benda itu pun tunduk kepadamu
dengan izin Allah penciptanya.
Asysyibly berkata : Tidak pernah tergerak di dalam hati orang
yang mengenal kepada Allah pencipta alam ini, sesuatu dari hal alam benda :
Yakni seorang yang benar-benar telah mengenal Allah, sama sekali tidak merasa
butuh kepada kebendaan.
DALIL
261) Adanya sifat-sifat khushusiyah
(kewalian) itu, tidak melazimkan, lengkapnya sifat-sifat manusia yang biasa dan
umum. Sesungguhnya contoh/perumpamaan khushusiyah itu bagaikan terangnya
matahari di waktu siang, tampak di ufuk tetapi bukan dari ufuk, ada kalanya
terbit nur cahaya sifat-sifat Allah pada kegelapan kejadian wujudmu, dan ada
kalanya dicabut yang demikian itu daripadamu, maka kembali engkau ke
batas-batas asal kejadianmu, maka terang siang itu bukan daripadamu dan
kepadamu tetapi ia datang menjelang padamu.
Sifat-sifat khushusiyah (kewalian) seperti kasyaf terhadap sesuatu hal,
atau kekuatan yang istimewa untuk berbuat dan mengadakan sesuatu, itu semua
tidak melazimkan lenyap sifat-sifat manusia yang biasa, seperti kebodohan,
kemiskinan dan kelemahan. Sama dengan sinar matahari terhadap benda-benda yang
tadinya gelap mendapat cahaya matahari maka berubah menjadi terang, tetapi jika
terbenarn matahari itu kembali benda-benda itu kepada kegelapannya, sebab
cahaya matahari itu tidak termasuk sifat dzatnya, maka apabila menerima nur
tajalli maka tampak keluar dari padanya sifat-sifat Allah yang menerangi
dzatnya itu, tetapi bila ditarik kembali nur tajalli itu, maka kembalilah sifat-sifat yang asli pada
manusia. Maka sifat-sifat khushusiyah (keistimewaan/kewalian) itu bukan sifat
manusia yang asli, hanya menjelma (datang) kepadanya, pada sifat-sifat yang
ditentukan Allah sendiri yang memberi itu.
DALIL
262) Terbukti dengan adanya makhluk (alam)
atas adanya nama-nama Allah dan dengan nama-nama itu atas adanya sifat, dan
dengan pastinya adanya, sifal-sifat itu atas adanya dzat Allah, sebab muhal
(tidak dapat diterima oleh akal) adanya sifat yang berdiri sendiri tanpa dzat.
Maka orang-orang yang maj-dzub pertama terbuka (terlihat) oleh mereka
kesempurnaan dzat Allah, kemudian menurun melihat sifat-sifat Allah, dan
menurun pula melihat (bersandar) kepada nama-nama Allah, sehingga menurun
melihat makhluk buatan Allah, sebaliknya orang salik dari bawah naik ke atas,
maka puncak orang salik sampai ke permulaannya orang maj-dzub, dan permulaan
orang
salik itulah penghabisan orang rnaj-dzub,
tetapi tidak berarti sama dalam segala-galanya, hanya saja ada kalanya bertemu
di jalanan yang satu ketika sedang mendaki dan yang lain sedang menurun.
Adanya makhiuk alam ini menunjukkan
(membuktikan) adanya nama-nama Allah : Qaadir,
aliim, hakiim, murid dan adanya nama-nama itu pasti adanya sifat-sifat :
Qudrat, iradat, ilmu dan tiap-tiap sifat pasti berdiri di atas dzat sebab sifat
tidak berdiri sendiri, maka pasti pula adanya dzat Allah. Sedang sifat makhiuk
(manusia) ada yang maj-dzub (yakni langsung dibukakan oleh Allah dan sampai
kepada ilmu/mengenal Allah) bukan dari bawah/saluran yang umum, dan ada yang
melalui jalan biasa dari bawah ke atas yaitu orang yang disebut orang salik.
Dan keduanya selama belum nrencapai puncak akhirarhnya belum dapat dijadikan
guru yang dapat ditiru. Orang maj-^ub jika belum mengetahui perjalanan orang
salik dan orang salik jika belum sampai ke puncak yang didapat (dibukakan) bagi
orang maj-dzub.
DALIL
263) Tidak dapat diketahui nilai (kebesaran)
nur hati dan sir itu kecuali dalam alam malakut yang ghaib, sebagaimana
matahari, bulan, bintang itu- hanya terang di alam mulk (dunia-ini).
DALIL
264) Terasanya kelezatan buah taat ketika
hidup di dunia, sebagai bukti (berita gembira) bagi orang yang beramal, atas
adanya pahala yang segera (kontan) di akhirat kelak.
Rasulullah saw. telah bersabda
: Pasti akan dapat merasakan kelezatan iman, siapa yang
benar-benar rela ber-Tuhan kepada Allah, bernabikan Nabi Muhammad dan beragama
Islam.
Buah iman itu ialah bertambahnya keyakinan, merasa senang melakukan ibadah,
bertambah puas menerima segala ajaran tuntunan Allah dan Rasulullah saw. Maka
siapa yang dapat merasakan semua itu, sebagai tanda diterima amal dan akan
mendapat pembalasan pahala kelak di akhirat, sebagaimana telah mendapat rasa
lezat dan enaknya di dunia.
DALIL
265) Bagaimana engkau akan minta upah
terhadap suatu amal yang Allah sendiri yang bersedekah kepadamu amal itu, atau
bagaimanakah engkau minta balasan atas suatu keikhlasan, padahal Allah sendiri
yang memberi hidayah keikhlasan itu kepadamu.
Amal yang boleh minta upah, ialah apabila amal itu menguntungkan atau
menghindarkan kerugian terhadap siapa yang engkau beramal untuknya, sedang amal
ibadah itu semuanya tidak menguntungkan Tuhan, dan tidak menolak mudharat
terhadap Tuhan, bahkan semua amal itu kembali kepada yang beramal sendiri.
Lebih-lebih amal perbuatan itu sebagai sedekah dari Tuhan, sedang keikhlasan
beramal itu suatu hadiah yang sangat berharga dari Tuhan pula.
Al-Wasithy berkata :
Menuntut balasan atas amal taat itu disebabkan oleh karena lupa terhadap kurnia
pemberian Allah.
Abul- Abbas bin Atha'-ullah ketika ditanya : Amal perbuatan apakah yang terdekat kepada murka Allah? Jawabnya : Melihat
diri dan perbuatannya, dan lebih dari itu menuntut upah/balasan atas kelakuan
amalnya.
DALIL
266) Segolongan (sebagian) orang nur imannya
mendahului daripada dzikirnya, dan sebagian dzikirnya mendahului nur imannya,
dan ada pula golongan yang berbarengan antara nur dengan dzikirnya, dan ada
pula kaum yang tidak ada dzikir dan tidak ada nur. Na'udzu billahi min dzalika.
(Kami berlindung kepada Allah dari golongan yang tidak ada dzikir dan tidak ada
nur itu). Ada yang berdzikir untuk mendapatkan nur terang hatinya, maka
disebutberdzikir, dan ada yang telah terang nur hatinya, ini pun juga berdzikir.
Sedang orang yang sama/berbanding antara dzikir dengan nurnya, maka dengan
dzikirnya dapat hidayah, dan dengan nurnya dapat diikuti.
Golongan yang mendapat nur sebelum dzikir ialah sebagian tersebut dalam
ayat:
Allah menentukan rahmatNya pada siapa yang dikehendakiNya.
Sedang golongan yang berdzikir kemudian mendapat nur ialah yang tersebut
dalam ayat :
Dan mereka yang benar-benar berjuang dalam jalan keridhaanKu, pasti Aku
pimpin (tunjukkan jalan Kami).
Abul-Abbas Almarsy berkata : Manusia ada dua macam, ada yang mendapat kurnia Allah, sehingga berbuat
taat kepada Allah, dan adapula yang dengan taatnya kepada Allah mencapai
kebesaran kumia Allah.
Firman Allah :
Allah memilih untuk kurniaNya siapa yang dikehendakiNya, dan memberi
petunjuk kepadanya, siapa yang sungguh-sungguh datang/_ kembali kepadaNya.
DALIL
267) Tidak terjadi dzikir pada lahirnya
kecuali timbul dari pemikiran dan kesadaran/penglihatan batin.
Tiap dzikir yang terjadi pada seseorang itu, pasti disebabkan adanya
kesadaran ingat akan kebesaran dan mengharap kumia pemberian Allah.
DALIL
268) Allah memperlihatkan dzatNya kepadamu,
sebelum ia menuntut kepadamu harus mengakui kebesaranNya, sehingga nyata
mengakui ke-TuhananNya segala makhluk yang lahir, dan nyata hakikat
ke-Esa-anNya dalam hati dan sir perasaan.
Allah bertajalli ke dalam hati tiap prang, menurut kadar kekuatan tingkat
orang itu, sehingga iman tiap orang itu pun menurut apa yang diperlihatkan oleh
Allah daripada kebesaran kekuasaannya. Apabila Allah telah bertajalli kepada
seorang hambaNya, maka tampak pada orang ini bahwa semua makhluk ini
seolah-olah mengakui ketuhanannya, sebagaimana makin yakin dalam hati
sanubarinya (perasaannya ke Esa-an) Allah yang tidak bersekutu dalam dzat,
sifat, af'aal, kekuasaan, kebesaran dan hikmat kebijaksanaan semua ajaran,
jaminan dan aturanNya.
Allah memilih untuk kurniaNya siapa yang dikehendakiNya, dan memberi
petunjuk kepadanya, siapa yang sungguh-sungguh datangA kembali kepadaNya.
DALIL
269) Allah telah memuliakan engkau dengan
tiga kehorrnatan (kemuliaan) kebesaran : menjadikan engkau berdzikir padaNy a,
padahal andaikan tidak ada kurniaNya, niscaya tidak patut (layak) engkau
berdzikir padaNya. Dan menjadikan engkau terkenal dengan dzikir itu, karena
Allah sendiri yang menisbahkan dzikir itu kepadamu. Dan menjadikan engkau
terkenal (tersebut) di sisi Allah, maka dengan demikian Allah telah
menyempurnakan (melengkapi) nikmatNya kepadamu.
Firman Allah :
Demi sungguh dzikir Allah kepada hamba itulah yang lebih besar (daripada
dzikir hamba terhadap Allah).
Dan bagi hamba berdzikir kepada Allah itulah kemuliaan/ kebesaran hamba dan
kekayaanNya yang tidak ada lebih besar dari itu.
Abu Hurairah ra. berkata : Rasulullah saw. bersabda : Allah berfirman :
Aku selalu mengikuti persangkaan hambaKu, dan Aku selalu mendampingiNya
selama ia berdzikir padaKu, jika ia dzikir padaKu dalam hatinya Aku ingat
padanya dalam dzatKu, dan bila dzikir padaKu di muka umum Aku ingati dia dalam
umum yang lebih baik dari golongannya, dan bila ia mendekat padaKu sejengkal
Aku mendekat padanya sehasta, dan bila ia mendekat padaKu sehasta, Aku mendekat
padanya sedepa, dan bila ia datang kepadaKu berjalan, Aku datang kepadanya
berlari.
Firman Allah :
Berdzikirlah kamu kepadaKu niscaya Aku (Allah) berdzikir kepadamu.
DALIL
270) Adakalanya umur (usia) itu lanjut
(panjang) masanya tetapi sedikit manfaatnya, dan adakalanya umur itu pendek
(singkat) masanya, tetapi banyak (besar) manfaatnya. (Yakni : Kurnia yang
didapafny a dari Allah banyak).
DALIL
271) Siapa yang diberi berkah umur (usia)nya,
maka dapat mencapai dalam masa yang singkat dari kurnia Allah yang tidak dapat
dihitung oleh kata-kata, dan tidak dapat dikejar oleh isyarat. (Yakni tidak
terhitung dan tidak terbatas).
Usia (umur) yang berkah itu ialah jika Allah memberi kesadaran terhadap
seseorang untuk mempergunakan kesempatan yang ada padanya untuk amal kebaikan,
sebab ada kalanya amal kebaikan jika tepat pada sasarannya dapat mencapai apa
yang tidak tercapai dalam masa seribu bulan.
Rasulullah saw. bersabda : Amal kebaikan (albirr) itu menambah umur. Bukan bertambah masanya, tetapi
kebesaran hasil yang didapat pada usia itu.
Abdul- Abbas Almarsy berkata : Alhamdulillah waktu-waktu kami semuanya berupa lailatul-qadri. Yakni semua
waktu-waktunya diisi penuh dengan kelakuan dan amal yang sangat berguna.
DALIL
272) Kekecewaan yang serendah-rendan
kekecewaan ialah jika kosong dari segala kesibukan/kerja, tetapi kemudian tidak
menghadap kepada Allah atau sedikit rintangan, kemudian tidak pergi kepadaNya
(Allah).
Siapa yang cukup mendapat kesempatan untuk taqarrub (mendekat) kepada
Allah, lalu tidak dipergunakannya, maka yang demikian itu suatu kekecewaan dan
kehinaan yang tidak ada bandingnya, sebab tiap detik bagi anak Adam, dapat
dipergunakan untuk menebus dosa
dan segera masuk surga, karena itu bila kesempatan itu disia-siakan hingga
akhirnya masuk ke dalam jurang neraka, maka ituiah contoh kehinaan dan
kekecewaan yang sangat rendah.
Firman Allah :
Berjuanglah kamu baik dalam keadaan ringan atau berat.
Lain ayat :
Tiadalah kami menjadikan manusia dan jin, kecuali supaya mereka beribadah.
Sebab ibadah ituiah amal manusia yang utama dan terbaik dunia akhirat, dan
dengan itu manusia dapat mencapai bahagia dunia akhirat.
DALIL
273) Fikir itu ialah jalannya perasaan hati
di dalam lapangan makhluk benda-benda alam ini.
Berfikir yang diarijurkan Allah kepada makhluknya, ialah memperhatikan
kebesaran kekuasaan Allah yang telah dijelmakan pada makhluk yang dijadikan di
alam ini.
Rasulullah saw. melihat suatu kaum, maka
ditanya : Mengapakah kamu? Jawab mereka: Kami sedang
memikirkan dzat Allah. Maka sabda Nabi : Berf ikirlah (perhatikanlah) makhluk
Allah, dan jangan memikirkan dzat Allah, maka sungguh kamu tidak dapat
memper-kirakannya (menjangkaunya), atau membatasi kebesaranNya.
DALIL
274) Pikiran itu sebagai pelita hati, maka
bila ia padam, maka tidak ada penerangan baginya.
Karena itu hati yang tidak suka merenungkan kebesaran kekuasaan Allah maka
selalu gelap, karena diliputi oleh kebodohan dan tipu daya.
DALIL
275) Pikiran itu dua macam: Pikiran yang
timbul dari iman percaya, dan pikiran yang timbul karena melihat kenyataan,
maka yang pertama bagi orang salik yang mengambil dalil: Adanya makhluk
menunjukkan adanya khalik, ialah mereka ahli i'tibar. Sedang yang kedua bagi
mereka yang terbuka hijab hingga dapat melihat kenyataan dengan matahatinya.
Dan yang kedua ini "berdalil : Adanya yang menjadikan itulah yang
menunjukkan adanya benda yang dijadikan.
Yang pertama yaitu orang salik, dari bawah ke atas, sedang orang majdzub
dari atas ke bawah.
Orang yang memikirkan (memperhatikan) adanya alam (makhluk) ada yang
langsung melihat pada yang menjadikan, sehingga ia berkata: Karena adanya
pencipta, maka terjadilah yang dicipta, sebaliknya ada yang terpengaruh oleh
bendanya, sehingga berkata : Adanya ciptaan ihi menunjukkan adanya pencipta.
DALIL
276) Berkata" Ibn Atha'allah dalam surat
yang ditulis untuk kawan-kawannya: Ammaba'du : Sesungguhnya bidayah (permulaan)
itu bagaikan cermin yang memperlihatkan nihayah (puncak akhirnya). Dan siapa
yang sejak mula (bidayahnya) selalu bersandar kepada Allah, maka pasti akhirnya
(nihayahnya) akan sampai kepada Allah).
DALIL
277) Dan yang harus dikerjakan ialah amal
ibadah yang kau sukai serta cekatan dalam melakukan untuk taqairub kepada Allah,
sedang yang hams diabaikan ialah hawa nafsu dan urusan dunia yang akan lenyap,
yang sering-sering mempengaruhi.
Karena itu harus mengutamakan yang tetap kekal abadi, dan mengabaikan yang
sementara dan pasti musnah lenyap.
Abdullah bin Ishaq Algafiqy berkata : Pada suatu malam ketika saya berjalan ke Masjidil Haram (Makkah) bertemu
seorang yang sedang mem-bersihkan tanah, maka saya kira ia gila atau miskin
(kelaparan), lalu saya tegur : Hai orang, untuk apakah kau main-main tanah?
Jawabnya :
Apakah ini tanah? Sambil memberikan kepadaku segenggam, tiba-tiba itu tepung.
Maka tergerak dalam hatiku ini seorang waliyullah, kemudian saya duduk
mendekatinya sambil berkata kepadanya : Doakanlah saya, maka ia berdoa : Semoga
Allah memberitahu kepada-mu kebesaran apa yang kau minta itu, sehingga ringah
bagimu meninggalkan segala kepentingan dunia yang fana ini,
DALIL
278) Dan bahwasanya siapa yang yakin bahwa
Allah menuntut dan menyuruh kepadanya melakukan ibadah, pasti ia
bersungguh-sungguh menghadap kepada Allah, dan siapa yang mengetahui bahwa
segala urusan itu di tangan Allah, maka pasti bulat tawakkal menyerah kepada
Allah.
DALIL
279) Dan bahwasanya bangunan alam ini pasti
rusak binasa sendi-sendinya, dan lenyap semua kesenangan barang berharganya.
DALIL
280) Maka orang yang sempurna akal, ialah
yang lebih suka (gemar) pada apa yang kekal daripada yang rusak lenyap. Karena telah terang nur hatinya, dan
tampak tanda-tanda bukti nur itu pada seri mukanya.
Sahl bin Abdullah berkata: Siapa yang senang pada sesuatu yang tidak layak disenangi, maka ia telah
mendatangkan kesusahan yang tidak ada habisnya.
DALIL
281) Maka ia memalingkan muka dari dunia inirdan
mengabaikan dengan memejamkan mata dan berjalan terus (meletakkannya di
belakang-nya), maka tidak menganggapnya sebagai tanah air atau tempat tinggal.
DALIL
282) Bahkan terus bangkit semangat ingin
segera sampai kepada Allah dan terus berjalan menuju kepadaNya, sambil berharap
pertolongan Allah untuk segera sampai kepada Allah.
Abu Muhammad Al-Jariry berkata : Siapa yang menyangka bahwa ada sesuatu amal perbuatannya dapat
menyampaikannya ke tujuan keinginannya baik yang tinggi atau yang rendah, maka
ia telah sesat dari jalannya.
Sebab Nabi saw. bersabda : Tidak dapat menyelamatkan seorang itu amalnya
sendiri. (Yakni tidak ada amal perbuatan yang dapat menyelamatkan orang lain).
Hanya semua itu tergantung pada kurnia rahmat Allah semata-mata. Karena itu
untuk mencapai segala hajat tujuan harus langsung kembali mengharap rahmat
kurnia Allah.
DALIL
283) Maka tetap terus kendaraan semangatnya
tidak berhenti, , bahkan tetap terus berjalan, sehingga berlabuh (berhenti) di
hadratil qudsi (di sisi Allah) di atas hamparan kesenangan, tempat berbisik/
bermunajat, berhadapan, bercakap-cakap, musyahadah dan bertemu sehingga
hadratil qudsi itu menjadi sarang hati mereka, kesana mereka kembali, dan di
sana pula mereka tetap tinggal.
Semangat yang tidak padam, bagaikan kendaraan yang tidak kunjung berhenti
perjalanan, kecuali setelah sampai stasiun (pelabuhan) yang berupa
hadratul-qudsi, di mana Allah sendiri yang menyenangkan, membuka nur hati dan
selalu di sisi Allah.
Dalil
284) Maka apabila mereka tiba di langit
(yakni menunaikan) hak kewajiban, atau turun ke bumi (yang berarti) menurutkan
hawa nafsu, maka keduanya itu dengan izin dan keyakinan yang mendalam. Karena
itu tidak menunaikan kewajiban dengan menyalahi adab atau kelalaian, demikian
pula bila menurutkan hawa nafsu, bukan semata-mata dorongan syahwat yang meluap
atau kesenangan duniawi, tetapi mereka masuk dalam kedua-dua bagian itu dengan
bantuan pertolongan Allah, dan untuk keridhaan Allah, menurut tuntunan Allah,
serta berharap kepada Allah.
DALIL
285) Katakanlah : YaTuhan, masukkanlah saya dalam
kebenaran, dan keluarkanlah saya dalam kebenaran pula, supaya tetap pandanganku
bulat pada kekuasaan dan kekuatanMu, ketika Engkau memasukkan saya, demikian
pula penyerahan dan taatku selalu kepadaMu ketika Engkau mengeluarkan saya.
Dan berikan untukku langsung daripadaMu kekuatan (bukti) yang membantu
padaku, dan membantu kawan-kawanku, dan tidak membantu nafsu dan musuh-musuhku,
membantu sayauntuk mengenal kelemahan diri dari nafsuku, dan melenyapkan saya
dari kurungan perasaanku.
Selalu minta bantuan Allah supaya dapat istiqamah, dan untuk kesempurnaan
hal dalam menghadapi jiwa nafsu dan perasaan.
dalil
286) Jika matahati memandang bahwa Allah itu
tunggal dalam segala pemberian kumiaNya, maka syariat menyuruh harus berterima
kasih (syukur) pula kepada sesama makhluk.
Firman Allah :
$uZø¢¹urur z`»|¡SM}$# Ïm÷yÏ9ºuqÎ/ çm÷Fn=uHxq ¼çmBé& $·Z÷dur 4n?tã
9`÷dur ¼çmè=»|ÁÏùur
Îû Èû÷ütB%tæ
Èbr& öà6ô©$#
Í< y7÷yÏ9ºuqÎ9ur
¥n<Î) çÅÁyJø9$# ÇÊÍÈ
14. dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada
dua orang ibu- bapanya; ibunya telah mengandungnya dalam Keadaan lemah yang
bertambah- tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun[1180]. bersyukurlah kepadaku
dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu.
[1180] Maksudnya:
Selambat-lambat waktu menyapih ialah setelah anak berumur dua tahun.
Bersyukurlah
kepadaKu dan kepada kedua ayah bundamu.
(Luqman 14).
Annu'man bin Basyir ra. berkata : Rasulullah saw. bersabda : Siapa yang tidak mensyukuri
pemberian yang sedikit, maka tidak akan dapat mensyukuri yang banyak. Demikian
pula siapa yang tidak syukur (terima kasih) kepada sesama manusia, maka berarii
tidak bersyukur kepada Allah.
Hakikat yang sebenarnya bahwa segala nikmat itu hanya kurnia Allah
semata-rnata, sedang syariat mengharuskan manusia syukur terima kasih kepada
sesama manusia.
DALIL
287) Dan manusia dalam menghadapi nikmat
pemberian Tuhan terbagi tiga : 1 . Orang yang lalai terhadap Tuhan dan sangat
memuncak kelalaiannya. Orang ini sangat kuat jiwa materialnya, sangat
terpengaruh oleh panca inderanya, hingga padam sama sekali jiwa rohaninya
(kesucian jiwanya), maka ia melihat bantuan/kebaikan itu hanya semata-mata dari
sesama makhluk, dan sama sekali tidak melihat dari Allah Tuhan Rabbul-alamiin.
Jika yang demikian ini berupa i'tiqad keyakinan, maka siriknyajelas, atau
sekedar dianggap sebagai sebab yang andaikan tidak ada sebab itu tidak terjadi
itu kurnia, maka ini sirik juga tetapjsamar.
Mereka itu jika ditanya : Siapakah yang member! kepadamu? Jawabnya : Allah,
tetapi andaikan tidak ada fulan itu tentu tidak ada pemberian atau kurnia ini.
DALIL
288) Orang ahli hakikat yang telah melupakan
makhluk karena langsung melihat kepada Allah raja yang hak, dan lupa dari sebab
musabab karena teringat kepada yang menentukan sebab dan menjadikannya. Orang
ini sebagai hamba yang menghadapi hakikat yang nyata baginya terang cahayanya,
dan sedang berjalan pada jalannya, telah sampai pada puncaknya, hanya ia sedang
tenggelam dalam alam cahaya, sehingga tidak kelihatan bekas-bekas makhluk,
lebih banyak lupanya terhadap alam daripada ingatnya, dan bertemunya pada Allah
dari renggangnya, dan lenyaplah dirinya dari tetapnya perasaannya, dan lupanya
terhadap makhluk daripada ingatnya pada mereka.
DALIL
289) Dan yang sempuraa ialah seorang hamba
yang minum dari nur tauhid, maka ia bertambah kesadarannya, dan leriyap dari
melihat sesuatu selain Allah, kemudian bertambah dekatnya, maka dekatnya kepada
Allah tidak mempengaruhi (menutup) pisahnya, demikian pula pisahnya tidak
menutupi dekatnya, fana'nya dari makhluk tidak menghalangi tetap ingatnya, demikian
ingatnya kepada makhluk tidak merintangi fana'nya, dapat menempatkan segala
sesuatii pada tempatnya, dan memberi pada tiap sesuatu haknya.
DALIL
290) Abubakar Assiddiq ra. telah berkata
kepada 'Aisyah ra. ketika Allah menurunkan ayat yang menerangkan kesuciannya
dari tuduhan-tuduhan orang munafiq yang diturunkan kepada Rasulullah saw. : Hai
'Aisyah bersyukur (terima kasih)lah kepada Rasulullah saw. Jawab 'Aisyah : Demi
Allah, saya tidak akan bersyukur melainkan kepada Allah. Abubakar menunjukkan
kepadanya tingkat kedudukan yang lebih sempurna yaitu baqaa' yang mengakui
adanya makhluk. Sedang Allah telah berfirman : Syukurlah kepadaKu dan kepada
kedua ayah bundamu. Juga Rasulullah saw. bersabda : Tidak bersyukur kepada
Allah, orang yang tidak berterima kasih terhadap sesama manusia. Tetapi Siti
A'isyah ra. ketika itu sedang terpengaruh dari perasaannya, lupa dari semua
makhluk, sehingga tidak melihat sesuatu kecuali dzat Allah yang Esa dan Maha
Kuasa.
DALIL
291) Ketika Ibn Atha' Allah ditanya tentang sabda
Nabi saw. Dan telah diberi oleh Allah kepuasanku dalam sembahyang. Apakah itu
khusus untuk Rasulullah saw. sendiri atau juga ummatnya mendapat (bagian)?
Jawabny'a : Sesungguhnya kesenangan melihat kebesaran Jalalullah itu menurut
kadar kekuatan ma'rifatnya terhadap apa yang dilihat itu, sedang ma'rifat
Rasulullah saw. tidak dapat disamakan dengan ma'rifat lain-lainnya, karena itu
tidak ada kesenangan (kepuas-an) seperti kesenangannya. Dan kami katakan bahwa
kesenangan itu dalam sembahyang, karena melihat kebesaran yang dilihatnya,
sebab Nabi sendiri telah mengisyaratkan dalam sabdanya : "Di dalam,
sembahyang", dan tidak berkata "Dengan sembahyang," sebab Nabi
saw. tidak akan puas/senang hatinya selain kepada Tuhannya. Bagaimana tidak
demikian, padahal ia sendiri menganjurkan untuk mencapai tingkat itu dalam
sabdanya: Sembahlah Allah seakan-akan engkau melihat kepadaNya. Dan mustahil
jika melihat Allah dan melihat lain-lainnya di samping Allah.
Jika ada orang berkata : Adakalanya kesenangan itu karena sembahyang (dengan sembahyang), sebab
sembahyang itu sebagai kurnia yang timbul langsung dari sumber pemberian Allah,
maka bagaimana tidak akan gembira dengan itu, dan bagaimana tidak menjadi
puncak kesenangan karenanya, sedang Allah telah berfirman : Katakanlah : Hanya
dengan (karena) kurnia dan rahmat Allah itulah mereka hams bergembira. Maka
ketahuilah bahwa dalam ayat itu juga telah ada isyarat untuk jawaban terhadap
pertanyaan ini bagi orang yang memperhatikan rahasia kata-katanya. Sebab Allah
berkata: Maka dengan itulah mereka hams bergembira. Dan tidak berkata : Dengan
itulah engkau bergembira ya Muhammad. Seolah-olah berkata: Katakan kepada
mereka supaya mereka bergembira dengan pemberian kurnia itu, tetapi
kegembiraanmu hanya dengan yang memberi kurnia itu, sebagaimana tersebut dalam
ayat: Katakanlah : Allah, kemudian biarkan mereka dalam kesibukan mereka
ber-kecimpung.
Sembahyang itu sebagai pemberian Allah yang terbesar untuk hambaNya,
sebagaimana tersebut dalam sabda Nabi saw.: Tiada diberi-kan kepada seorang
hamba di dunia ini sesuatu yang lebih baik daripada diizinkan baginya untuk
sembahyang dua rakaat. Sebab sembahyang itu sebagai hubungan langsung antara
hamba dengan Allah, bertemu berkata-kata, dan berkhalwat. Di situlah seorang
menyatakan kehambaan, kerendahan, kehinaan, hajat dan kebutuhannya.
DALIL
292) Manusia di dalam menghadapi nikmat
kurnia Allah terbagi tiga:
1. Gembira dengan nikmat itu, bukan karena
yang memberikannya, tetapi semata-mata karena kelezatan dan kepuasan hawa nafsu
dari nikmat itu, maka ini termasuk orang lalai (ghafil), orang ini sesuai
dengan firman Allah : Sehingga bila mereka telah puas gembira dengan apa yang
diberikan itu, Kami tangkap mereka dengan tiba-tiba (Kami siksa mereka dengan
tiba-tiba).
2. Orang yang gembira dengan nikmat karena ia
merasa bahwa itu kumia yang diberikan Allah kepadanya, ini sesuai dengan firman
Allah : Katakanlah : Karena merasa mendapat kurnia dan rahmat Allah, maka
dengan itulah mereka harus gembira, yang demikian itu lebih baik dari apa yang
mereka kumpulkan.
3. Orang yang hanya gembira dengan Allah, tidak terpengaruh oleh
kelezatan lahirnya nikmat, dan tidak karena kurnia Allah, sebab ia sibuk
memperhatikan Allah sehinggaterhiburdari segala lainNya, maka tidak ada yang
terlihat padanya kecuali Allah, ini sesuai dengan firman Allah : Katakanlah :
Hanya Allah, kemudian biarkan mereka dalam kesibukan mereka berkecimpung
(main-main).
Asysyibly berkata :
Syukur itu jalan melihat pada yang memberi, bukan melihat nikmat pemberiannya.
Abdul Aziz Almahdawy berkata : Siapa yang tidak melihat pemberi nikmat di dalam nikmat itu, maka nikmat
itu hanya berupa istidraj (dilulu) dan berubah menjadi bala.
Abu Hamid (Muhammad) Alghazzaly membuat
contoh : Seorang raja memberi hadiah kuda pada
rakyatnya, maka dalam menerima nikmat pemberian hadiah ada tiga macam :
1 . Merasa gembira karena ia mendapat sesuatu yang berguna dan berharga,
sesuai dengan maksud tujuannya, dan dapat menyampaikan hajat keinginannya.
Orang yang sedemikian ini tidak memperhatikan raja sama sekali, pandangannya
hanya semata-mata pada kuda, diberi raja atau mendapat di hutan tidak beda
baginya.
2. Orang yang gembira bukan karena kudanya, tetapi karena merasa diberi,
diingati, dikasihi oleh raja, orang ini dapat membedakan antara pemberian raja dengan
jika ia mendapat di huta.
3. Orang yang merasa gembira karena dengan pemberian itu, ia dapat
menggunakan untuk lebih mendekat kepada raja, sehingga dapat lebih meningkatkan
kedudukannya di sisi raja.
DALIL
293) Allah telah mewahyukan kepada Nabi Dawud
as. : Hai Dawud katakan kepada orang-orang siddiqin : Dejigan Aku mereka
hendaknya bersenang gembira, dan dengan berdzikir menyebut namaKu hendaknya
mereka merasakan nikmat.
Allah telah menurunkan wahyu kepada Nabi Dawud as., supaya menyampaikan
firman Allah kepada orang-orang yang benar-benar dalam iman percaya kepada
Allah, supaya mereka hanya senang Allah, tidak terpengaruh oleh
kelezatan lahimya nikmat, dan tidak karena kurnia Allah, sebab iasibuk
memperhatikan Allah sehinggaterhiburdari segala lainNya, maka tidak ada yang
terlihat padanya kecuali Allah, ini sesuai dengan firman Allah : Katakanlah :
Hanya Allah, kemudian biarkan mereka dalam kesibukan mereka berkecimpung
(main-main).
Asysyibly berkata :
Syukur itu jalan melihat pada yang memberi, bukan melihat nikmat pemberiannya.
Abdul Aziz Almahdawy berkata ; Siapa yang tidak melihat pemberi nikmat di dalam nikmat itu, maka nikmat
itu hanya berupa istidraj (dilulu) dan berubah menjadi bala.
Abu Hamid (Muhammad) Alghazzaly membuat contoh
: Seorang raja memberi hadiah kuda pada rakyatnya, maka
dalam menerima nikmat pemberian hadiah
ada tiga macam :
1 . Merasa gembira karena ia mendapat sesuatu yang berguna dan berharga,
sesuai dengan maksud tujuannya, dan dapat menyampaikan hajat keinginannya.
Orang yang sedemikian ini tidak memperhatikan raja sama sekali, pandangannya
hanya semata-mata pada kuda, diberi raja atau mendapat di hutan tidak beda
baginya.
2. Orang yang gembira bukan karena kudanya, tetapi karena merasa diberi,
diingati, dikasihi oleh raja, orang ini dapat membedakan antara pemberian raja
dengan jika ia mendapat di hutan.
3. Orang yang merasa gembira karena dengan pemberian itu, ia dapat
menggunakan untuk lebih mendekat kepada raja, sehingga dapat lebih meningkatkan
kedudukannya di sisi raja.
293) Allah telah mewahyukan kepada Nabi Dawud
as. : Hai Dawud katakan kepada orang-orang siddiqin : De,ngan Aku mereka
hendaknya bersenang gembira, dan dengan berdzikir menyebut namaKu hendaknya
mereka merasakan nikmat.
Allah telah menurunkan wahyu kepada Nabi Dawud as., supaya menyampaikan
firman Allah kepada orang-orang yang benar-benar dalam iman percaya kepada
Allah, supaya mereka hanya senang kepada Allah.tidak pada
lain-lainnya, dan supaya mereka merasakan nikmat dalam berdzikir kepada Allah.
DALIL
294) Semoga Allah menjadikan kesenangan
(kegembiraan) kami dan kamu dengan Allah dan dengan rela (ridha) terhadap
apa-ipa yang dari Allah, semoga Allah menjadikan kami dari golongan yang
mengerti segala sesuatu daripada Allah, dan jangan menjadikan kami dari
golongan orang yang ghafil (lalai), dan semoga Allah menjadikan kami di jalanan
orang-orang muttaqin dengan kurnia dan kemurahan Allah swt.
Selesai hikam yang disusun oleh Ibn Athaa'
Allah Assakandary. Dan kini dilanjutkan dengan munajat-munajat dan doa-doanya :
1) Tuhanku, akulah hamba
yang fakir (miskin) di dalam ke-kayaanku ini, maka bagaimana tidak akan
merasakan kefakiran dalam kefakiranku, (yakni meskipun aku ada memiliki sesuatu
apapun, namun tetap tidak berubah bahwa aku selalu miskin butuh berhajat
kepadaMu ya Allah, lebih-lebih dalam keadaan yang memang nyata miskin dan
fakir).
2) Tuhanku, akulah hamba yang bodoh dalam ilmu pengetahuan-ku ini, maka
bagaimana takkan lebih bodoh lagi dalam hal-hal yang aku masih bodoh tidak
mengetahuinya.
Sahel bin Abdullah berkata : Tiada seorang hamba yang menyatakan/mengakui
kefakiran/kemiskinannya di sisi Allah ketika ia berdoa, melainkan Allah berkata
kepada para Malaikat : Andaikan tidak karena ia tidak sanggup menerima langsung
firmanKu, niscaya Aku (Allah) langsung menjawab Labbaika, kepadanya.
3) Tuhanku, sesungguhnya
dalam perubahan-perubahan aturanMu, dan cepat tibanya takdirmu, kedua-duanya
ini telah menahan para hambaMu yang arif untuk tenang pada pemberian atau patah
harapan daripadaMu, karenabala' ujian. Yakni orang-orang arif tidak merasa
tenang, senang jika mendapat pemberian kurnia apa saja dari Allah, sebab mereka
yakin bahwa seniua itu akan hilang lenyap dan tidak akan kekal, demikian bila
menderita bala' ujian, walau bagaimanapun beratnya mereka tidak patah harapan
dari rahmat karunia Allah yang akan menggantikan suasana itu dengan sebaliknya.
4) Tuhanku daripadaku
pasti akan terjadi apa-apa yang layak dengan sifat kerendahan, kekurangan dan
kebodohanku, dan daripadaMu ya Allah pasti akan terbit segala hal yang layak
dengan kemuliaan dan kebesaranMu.
5) Tuhanku Engkau telah
menyebut diriMu dengan sifat belas kasih terhadap aku sejak sebelum adanya
kelemahan (bentuk)ku ini, apakah kini Engkau tolak diriku ini dari kedua sifatMu
itu, setelah nyata adanya kelemahan dan kebutuhanku ini.
6) Tuhanku jika timbul
daripadaku amal kebaikan, maka itu semata-mata karena kurniaMu Tuhan, dan
Engkau yang berhak untuk menuntut padaku, sebaliknya jika terjadi kejahatan
daripadaku, maka itu semata-mata karena keadilanMu, dan Engkau tetap berhak
menuntut aku atas kejahatan itu.
7)Tuhanku bagaimana Engkau
kembalikan padaku untuk mengurusi diriku, padahal Engkau telah menjamin aku,
dan bagaimana aku akan hina padahal Engkau yang menolong aku, bagaimana aku
akan kecewa padahal Engkau yang kasih padaku.
8)Inilah aku mendekat padaMu dengan perantara kefakiranku (kebutuhanku)
kepadaMu, dan bagaimana aku akan dapat'berperantara kepadaMu, dengan sesuatu
yang mustahil akan dapat sampai kepadaMu (yakni tidak ada perantara kepada
Allah dengan sesuatu selain Allah). Dan bagaimana aku akan menyampaikan
kepadaMu hal keadaanku, padahal tidak tersembunyi daripadaMu. Dan bagaimana
akan say a' jelaskan padaMu halku, sedang kata-kata itu pula daripadaMu dan
kembali kepadaMu. Atau bagaimana akan kecewa harapanku, padahal telah datang
menghadap kepadaMu. Atau bagaimana tidak akan menjadi baik keadaanku, sedang ia
berasal daripadaMu dan kembali pula kepadaMu.
9)Tuhanku alangkah besar
lunakMu terhadap diriku, padahal sangat dunguku, dan alangkah besarNya rahmatMu
kepadaku, di samping sangat jelek (buruk)nya perbuatanku.
10)Tuhanku alangkah dekatMu
daripadaku, dan alangkah jauhku daripadaMu.
11)Tuhanku alangkah kasihMu
kepadaku, maka apakah yang telah menutupi aku daripadaMu.
12)Tuhanku saya telah
mengerti dengan perubahan keadaan dan pergantian-pergantian masa, bahwa
tujuanMu daripadaku untuk memperkenalkan kekuasaanMu kepadaku, dalam segala
keadaan dan masa, sehingga aku tidak lupa padaMu dalam sesuatu apapun.
13)Tuhanku tiap-tiap aku dibungkam (ditutup)
mulutku oleh sebab dosa-dosaku, maka terbuka mulutku oleh karena melihat
kemurahanMu yang tak terhingga. Dan
tiap-tiap aku berputus asa untuk mendapat rahmatMu karena sifat-sifat
kerendahanku, maka dapat membuka harapanku bila melihat pemberian-pemberian
kurniaMu. Bila saya melihat dosa dan
perbuatan-perbuatanku, malu dan segan berdoa, tetapi bila melihat kemurahan
kurnia Allah timbul kembali harapan dan doa itu.
14)Tuhanku, seorang yang
dalam semua kebaikannya masih banyak kekurangan (kesalahan), maka bagaimanakah
tidak akan menjadi kesalahan-kesalahan itu sebagai dosa. Dan orang yang semua
ilmu dan pengertiannya itu hanya pengakuan belaka, maka bagaimana tidak akan
menjadi semua pengakuannya kepalsuan belaka.
15)Tuhanku, hukum putusanMu
yang pasti terlaksana, dan kehendakMu yang memaksa, kedua itu tidak memberi
kesempatan bagi orang yang pandai untuk berkata-kata, atau orang yang mempunyai
kesaktian untuk melaksanakan kesaktiannya.
16)Tuhanku, berapa banyak
taat yang telah aku lakukan, dan keadaan yang telah saya perbaiki, tiba-tiba
harapanku kepadaNya digagalkan oleh keadilanMu, bahkan aku telah di geserkan
oleh kurniaMu daripada bergantung nasib kepada amal perbuatan lahir batin itu.
17)Tuhanku, Engkau telah
mengetahui, meskipun amal perbuatan taat itu tidak terus menerus dalam praktek,
maka tetap terus dalam perasaan cinta dan niatku pada amal perbuatan itu. (Maka
aku tetap suka dan ingin melakukannya).
18)Tuhanku, bagaimana aku
akan niat padahal Engkaulah yang menentukan, dan bagaimana aku tidak
bersungguh-sungguh untuk mengerjakannya, sedang Engkau yang menyuruhnya.
19)Tuhanku, hilir mudikku
(kembala-kembaliku) pada alam benda ini menyebabkan jauhnya perjalanan, karena
itu dekatkanlah aku kepadaMu dengan sesuatu amal yang dapat segera menyampaikan
aku kepadaMu.
20)Tuhanku, bagaimana dapat
dijadikan dalil untuk menunjukkan padaMu, sesuatu yang dalam wujudnya berhajat
kepadaMu. Apakah ada sesuatu yang lebih terang daripadaMu, sehingga ia dapat
menjelaskan Engkau. Bilakah Engkau ghaib (tidak ada) sehingga dibutuhkan
petunjuk yang dapat menunjukkan padaMu, dan bilakah Engkau jauh sehingga alam
ini dapat menyampaikan padaMu (rriendekatkan. kepadaMu).
21)Tuhanku, sungguh buta
niata yang tidak dapat melihat pengawasanMu terhadap diriku. Dan sungguh rugi
dagangan seorang hamba yang tidak mendapat bagian dari rasa cinta kepadaMu. Ubadah bin Asshaamit ra. berkata : Rasulullah saw. bersabda
: Seutama-utama iman seseorang, jika ia telah mengetahui bahwa Allah selalu
bersamanya di mana ia berada. Allah telah
mewahyukan kepada seorang Nabi as. : Hai hambaKu, Aku kasih padamu, maka demi
hakKu engkau harus cinta padaKu. Terjadi
seorang budak sahaya pada waktu malam berdoa : Ya. Tuhanku karena cintaMu
kepadaku, maka ampunkan bagiku. Maka ditegur oleh majikannya : Jangan berkata
demikian, harus engkau berkata : Karena cintaku kepadaMu. Jawab budaknya : Tuan
karena cinta kasih Allah kepadaku maka saya di Islamkan, dan dibangunkan untuk
ibadah, sedang lain-lain orang nyenyak tidur.
22)Tuhanku, Engkau menyuruh
aku kembali memperhatikan alam benda ini, karena itu kembalikanlah aku
kepadanya dengan diliputi oleh selubung cahaya, dan petunjuk
matahati, sehingga aku dapat kembali kepadaMu dari alam ini, sebagaimana ketika
masuk ke dalamnya, ter-pelihara hatiku (perasaanku) dari gangguannya, merasa
enggan hati untuk bersandar kepadanya, sungguh Engkau atas segala sesuatu maha
kuasa. Merasa enggan untuk bersandar diri pada
dunia ini.
23)Tuhanku, inilah
kehinaanku nyata di depanMu, dan inilah keadaanku tidak tersembunyi padaMu,
daripadaMu aku mohon supaya dapat skmpai kepadaMu. Dan dengan Engkau aku
mencari dalil (petunjuk) kepadaMu. Maka berilah kepadaku hidayat (petunjuk)
dengan nur cahayaMu untuk sampai kepadaMu, dan tegakkanlah aku dalam
kesungguhan pengabdianku di hadapanMu. Sehingga
benar-benar menurut perintahMu dan menyerah pada putusan kekuasaanMu.
24) Tuhanku, ajarkan
kepadaku dari ilmu yang langsung dan masih tersembunyi dalam perbendaharaanMu.
Dan peliharalah aku dengan rahasia namaMu yang tetap terpelihara.
25) Tuhanku, berilah
kepadaku tingkat hakikat orang-orang muqarrabin (yang dekat padaMu). Dan
jalankanlah aku di jalanan orang-orang yang Engkau kasihi yang tertarik
langsung kepadaMu. ,
26) Tuhanku,
puaskanlah aku dengan aturanMu daripada aturanku sendiri, dan dengan pilihanMu
daripada pilihanku sendiri, dan dudukkan-lah aku di tempat-tempat kebutuhanku
yang sungguh-sungguh. (Yakni dan ingatkanlah aku pada hajat kebutuhanku yang
sangat kepadaMu, supaya selalu tidak lupa kepadaMu).
27) Tuhanku,
keluarkanlah aku dari kerendahan diriku (nafsuku) dan bersihkan aku dari
keraguan dan syirik sebelum masuk ke lubang kuburku. Yakni dilepaskan
(dibebaskan.) dari tawanan hawa nafsu, dan mohon keyakinan yang dapat
menghilangkan segala ragu dan syirik.
Hanya dengan Engkau (kepadaMu) aku minta bantflan, maka tolonglah aku, dan
padaMu aku menyerah maka jangan memberatkan bebanku, dan padaMu aku mohon, maka
jangan dikecewakan, dan pada kurniaMu aku berharap, maka jangan ditolak, dan
kepadaMu aku mendekat maka jangan Engkau jauhkan, dan di pintuMu aku berdiri,
maka jangan kau usir.
28) Tuhanku,
maha suci keridhaanMu itu akan tergantung pada sesuatu sebab daripadaMu, maka
bagaimana akan bersebab daripadaku. Sedang Engkau dzat yang terkaya daripada
sampainya sesuatu kemanfaatan dad diriMu sendiri, maka bagaimana akan mungkin
membutuhkan sesuatu daripadaku, padahal akulah hamba ciptaanMu ya Allah.
29) Tuhanku,
sesungguhnya putusan dan takdir itu telah mengalah-kan aku, dan ikatan hawa
nafsu syahwat telah menawan diriku, maka jadilah Engkau ya Allah penolongku,
sehingga menolong aku melawan hawa nafsu syahwat, dan menolong juga sahabatku
terhadap musuh-musuh mereka, dan kayakanlah aku dengan kurniaMu sehingga merasa
puas dan kaya dengan Engkau daripada minta-minta. Supaya saya tidak butuh meminta-minta kepadaMu karena telah
puas dan merasa cukup dengan kurnia pemberian Allah.
30) Engkau ya Allah yang
menerangkan (menerbitkan) nur di dalam hati para waliMu, sehingga mereka
mengenal padaMu dan mengesakan Engkau, dan Engkau pula yang menghilangkan
kotoran dunia dari hati para pencintaMu, sehingga mereka tidak suka pada
sesuatu selainMu, dan tidak bersandar kepada lainMu, Engkaulah yang
menggembirakan hati mereka ketika mereka merasa jemu dari semua alatn. Dan
Engkau pula yang memberi hidayah kepada mereka, sehingga terang bagi mereka
tanda-tanda jalan hak/kebenaran.
31) Apakah yang didapat
oleh orang yang kehilangan Engkau, dan apakah yang dirasakan kurang oleh orang
yang telah mendapatkan Engkau (Ya Allah). Sungguh kecewa orang yang puas dengan
sesuatu selainMu. Dan sungguh rugi orang yang ingin berpindah daripidaMu.
Rasulullah saw. bersabda :
Sesungguhnya Allah dengan keadilanNya telah menjadikan riang gembira itu,
di dalam ridha terhadap hukum (pemberian) Allah dan yakin, dan telah menjadikan
(meletakkan) duka dan risau hati itu di dalam keraguan dan murka terhadap ujian
(pemberian) Allah.
32) Tuhanku, bagaimana akan
diharapkan sesuatu selain Engkau, padahal Engkau tidak pernah merubah kebiasaan
pertolongan/ kebaikanMu, dan bagaimana akan diminta selain Engkau, sedang
Engkau tidak pernah merubah kebiasaan memberi kurnia.
33) Ya Tuhanku yang
merasakan (niemberi rasa) kepada kekasih-kekasihNya manisnya bermunajat,
sehingga mereka selalu tegak diri di depanNya bersuka-suka. Ya Tuhan yang
rnemakaikan pada para waliNya pakaian kehebatan sehingga mereka
berbangga.dengan kemuliaan Allah.
Karena telah rnemakaikan kepada mereka pakaian kehebatan, maka tiada takut
pada sesuatu selain Allah.
34) Engkaulah Tuhan yang
berdzikir sebelum orang-orang yang dzikir kepadaMu, dan Engkau pula mula-mula
memberi bantuan kebaikan sebelum menghadapnya -orang-orang ahli ibadah, dan
Engkaulah yang pemurah dengan pemberian-pemberian sebelum permintaan
orang-orang yang minta, dan Engkaulah yang man a memberi, kemudian terhadap apa
yang telah Engkau berikan itu Engkau pinjam (untuk dibayar berlipat:lipat
ganda).
Abu Yazid berkata : Saya pada mulanya telah salah raba dalam empat: Saya
mengira bahwa sayalah yang berdzikir, dan mengetahui padaNya dan cinta padaNya
dan mencariNya, tetapi setelah mengetahui, nyata bahwa dzikrullah mendahului
dzikirku, dan pengetahuan Allah mendahului pengetahuanku, dan cinta kasihNya
mendahului cintaku, dan la yang lebih dahulu menarik aku sebelum aku datang
kepadaNya.
Maka bila telah nyata bahwa Allah yang mendahului dalam semua hal, maka
tidak ada perantara bagi seorang hamba selain kurnia rahmat dan kemurahan Allah
semata-mata.
35) Tuhanku, dekatkanlah
aku kepadaMu dengan rahmatMu supaya segera aku sampai kepadaMu, dan tariklah
aku dengan kurniaMu sehingga aku menghadap kepadaMu. Memang tidak ada jalan bagi hamba untuk sampai kepada Tuhan
kecuali dengan rahmat Tuhan sendiri, demikian pula tidak mungkin menghadap
kepada Tuhan kecuali dengan kurniaNya.
36) Tuhanku, harapanku tidak
putus daripadaMu, meskipun aku telah berbuat dosa maksiat, demikian pula rasa
takutku kepadaMu tidak hilang meskipun aku telah berbuat taat kepadaMu.
Yahya bin Mu'aadz berkata : Harapanku di dalam maksiat hampir mengalahkan
harapanku terhadap rahmat Allah di dalam amal kebaikan, sebab di dalam amal
kebaikan saya harus bersandarkan keikhlasan, sedangkan saya banyak kekurangan,
sebaliknya dalam maksiat saya hanya berharap pada ampunan Allah, sedahg Allah
mana pemurah lagi pengampun.
Abul Abbas Almarsy ra. dalam berdoa berkata : Tuhanku,
maksiat itu mengajak aku berbuat taat, dan taat itu mengajak aku berbuat
maksiat maka pada bagian yang mana saya harus takut, dan di bagian yang mana
saya harus berharap. Jika aku berkata: Dalam maksiat, tiba-tiba engkau hadapi
dengan kurnia rahmatMu sehingga hilang rasa takutku. Jika aku kira : Dalam
taat, maka Engkau hadapi dengan keadilanMu, sehingga tidak ada harapan untuk
selamat. Wahai bagaimana aku alcan dapat melihat kebaikanku disamping
kebaikanMu, atau bagaimana aku akan dapat melupakan kurniaMu di samping maksiat
dosa-dosaku.
37) Tuhanku, alam benda ini
telah mendorong aku untuk pergi kepadaMu dan pengetahuanku terhadap kemurahanMu
itulah yang memberhentikan aku untuk berdiri di depan pintuMu.
Yakni tiap aku berharap pada sesuatu dari alam ini, maka semuanya berkata:
Tidak ada yang dapat diharapkan kecuali Allah semata-mata.
38) Tuhanku, bagaimana aku
akan kecewa padahal Engkaulah harapanku, atau bagaimana aku akan terhina
padahal kepadaMulah aku bersandar dan menyerah (berserah diri).
39) Tuhanku, bagaimana aku
akan mulya (berbangga) padahal Engkau telah mepempatkan aku dalam kehinaan,
tetapi bagaimana aku tidak akan berbangga padahal kepadaMulah aku dikenal
(bemisbah) (yakni hamba Allah). Dan bagaimana aku tidak akan miskin, sedang
Engkau telah menempatkan aku dalam kemiskinan tetapi bagaimana aku akan miskin
padahal Engkau telah mencukupi aku dengan kemurahanMu, (atau : padahal dengan
kemurahanMu aku telah Engkau kayakan).
40) Engkaulah Tuhan yang
tiada Tuhan kecuali Engkau, Engkau telah mengenalkan diriMu pada tiap-tiap
sesuatu, sehingga tiada sesuatu yang tidak mengenal kepadaMu. Dan Engkau pula
yang mengenalkan diri kepadaku dalam segala sesuatu sehingga,aku melihat Engkau
jelas pada tiap (segala) sesuatu, maka Engkaulah yang dhohir (jelas) pada tiap
sesuatu.
41) Ya Tuhan yang tegak
(berkuasa) dengan sifat rahmatNya di atas Arsy, sehingga arsy itu lenyap dalam
rahmannya Allah, sebagaimana alam-alam yang lain lenyap dalam arsyullah. Engkau
yang telah menghapuskan (melenyapkan) alam dengan alam, dan melenyapkan arsy
dengan kepungan nur yang meliputinya dari sifat rahmannya Allah.
42) Ya Tuhan
yang telah berdinding di balik pagar kemuliaanNya, sehingga tidak dapat dicapai
oleh pandangan mata. Ya Tuhan, yang telah menjelma dalam kesempurnaan
keindahanNya, sehingga nyatalah bukti kebesaranNya dalam hati dan perasaan. Ya
Tuhan, bagaimana Engkau akan tersembunyi padahal Engkaulah yang sangat zhahir
(terang), dan bagaimana Engkau akan ghaib, padahal Engkaulah pengawas yang
tetap hadir. Semoga Allah yang memberi taufiq, dan kepadaNyalah aku berharap
bantuan pertolongan. Amin.