A. Pengertian
Kepribadian.
Menurut asal katanya, kepribadian
atau personality berasal dari bahasa latinpersonare, yang berarti
mengeluarkan suara (to sound through).Istilah ini digunakan untuk
menunjukkan suara dari percakapan seorang pemain sandiwara melalui topeng yang
dipakainya.Dan kesimpulan para ahli, arti perkataan persona itu ialah topeng,
yang dipakai di dalam drama. Kemudian perkataan ini menjadi lebih jelas dalam
uraian Cicero(106-43 SM) yang secara terperinci membedakan 4 (empat) pengertian
perkataan persona[1],
sebagai berikut:
1. Perwujudan
lahiriah seseorang.
2. Peranan
seseorang dalam kehidupannya.
3. Kesesuaian
kemampuan seseorang dengan lapangan pekerjaannya.
4. Kekhususan
dan martabat seseorang.
Gordon
W. Allport (1937) memberikan definisi kepribadian sebagai berikut:
Personality is the dynamic organization within the
individual of those psychophysical system, that determines his unique ajustment
to his environment
“Kepribadian
ialah organisasi system jiwa raga yang dinamis dalam diri individu yang
menentukan penyesuaian dirinya yang unik terhadap lingkungannya”[2]
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kepribadian adalah satu totalitas terorganisir dari disposisi-disposisi psikis manusia yang individual, yang memberi kemungkinan untuk membedakan ciri-cirinya yang umum dengan pribadi lainnya.
B. Typologi Kepribadian.
Dasar
penggolongan itu bermacam-macam, diantaranya:
a. Kretchmer,
seorang ahli penyakit jiwa bangsa Jerman,
mengklasifikasikan manusia
berdasarkan penampilan perawakan menjadi 4 (empat) golongan yaitu:
1)
Atletis : tinggi, besar, otot kuat, kekar dan tegap.
2)
Astenis : tinggi, kurus, tidak tegap, lengan dan
kaki kecil.
3)
Piknis : bulat, gemuk, pendek, leher pejal.
4)
Displatis : orang yang
perkembanganya tidak normal atau kerdil.
Ciri perawakan tersebut oleh kretchmer dihubungkan dengan
temperament dan kecenderungan penyakit kejiwaan yang mungkin dialami oleh
manusia.
NO |
PERAWAKAN |
TEMPERAMENT |
PENYAKIT
KEJIWAAN YANG MUNGKIN DIALAMI |
1 |
PIKNIS |
SIKLOTHIM |
MANIS-DEPRESIF |
2 |
ASTENIS |
SCHIZOTHIN |
SCHIZOPRENIA |
3 |
ATLETIS |
SCHIZOTHIN |
SCHIZOPRENIA |
4 |
DISPLATIS |
SCHIZOTHIN |
SCHIZOPRENIA |
Keterangan:
·
Siklothim : mempunyai sifat mudah bergaul, suka humor,
pemaaf, tidak konsekuen.
·
Schizothin : mempunyai sifatsukar
bergaul, orangnya tertutup, egois, sombong.
·
Manis-Depresif : penderita penyakit ini mempunyai keadaan
jiwa yang selalu berubah-
Ubah yaitu dari sifat manis (giat,aktif) ke sifat depresi
(lemah,tak berdaya).
·
Schizoprenia : penderita penyakit ini hidup berada di
antara orang lain akan tetapi, seperti kehilangan kontak dengan dunia luar.
b. Hipocrates
dan Galenus (400 SM dan 175 M )
Mengemukakan bahwa manusia itu dapat
dibagi menjadi 4 (empat) golongan menurut keadaan zat-zat cair yang ada dalam
tubuhnya yaitu:
1)
Sanguinis (yang banyak darahnya),
sifatnya periang, tidak stabil.
2)
Koleris (yang banyak empedu
kuningnya), sifatnya mudah marah.
3)
Flegmatis (yang banyak lendirnya),
sifatnya lamban, tidak mudah tergerak.
4)
Melankolis (yang banyak empedu
hitamnya), sifatnya pesimis, pemurung.
c. Carl
Gustav Yung, ahli penyakit jiwa dari Swiss, menggolongkan tipe kepribadian
manusia berdasarkan sikap pokok individu terhadap diri sendiri dan dunia luar
yaitu sebagai berikut:
1)
Introvert : orang yang sikapnya
lebih tertuju pada dirinya sendiri, sifatnya kurang pandai bergaul, pendiam,
suka menyendiri.
2)
Extrovert : orang yang perhatiannya lebih tertuju ke dunia
luar, sifatnya lancar dalam pergaulan, terbuka, ramah tamah, periang.
Kedua tipe ini masing-masing dibagi
lagi ke dalam subtype berdasarkan fungsi pokok kejiwaan. Dengan demikian akan
diperoleh 8 (delapan) tipe manusia yaitu:
1)
Introvert Pikiran
2)
Introvert Perasaan
3)
Introvert Intuisi
4)
Introvert penginderaan
5)
Extrovert Pikiran
6)
Extrovert Perasaan
7)
Extrovert Intuisi
8)
Extrovert Penginderaan
d. Edward
Spranger, seorang penganut Verstehende Psychology, mengelompokkan tipe
kepribadian manusia berdasarkan sikap manusia terhadap nilai-nilai kebudayaan
yang membentuk manusia tersebut diantaranya :
1)
Tipe manusia ekonomi, sifatnya suka
bekerja, mencari keuntungan.
2)
Tipe manusia sosial, sifatnya suka
mengabdi dan berkorban untuk orang lain.
3)
Tipe manusia kuasa atau politik,
sifatnya suka memerintah, suka menguasai orang lain.
4)
Tipe manusia teori, sifatnya suka
berfikir, berfilsafat, mengabdi kepada ilmu.
5)
Tipe manusia seni, sifatnya suka
menikmati keindahan.
6)
Tipe manusia agama, sifatnya suka
berbakti dan beribadah.
e. Heymauns,
seorang ahli psikologi bangsa Belanda, mengelompokkan manusia berdasarkan sifat
psikis yang menurut pendapatnya merupakan sifat pokok dari jiwa
manusia.Sifat-sifat psikis tersebut ialah :
1)
Emotional yaitu kuat lemahnya
kerentanan perasaan.
2)
Aktivitas yaitu cepat tidaknya
seseorang bertindak.
3)
Fungsi Sekunder yaitu lamanya orang
terpengaruh / menyimpan kesan-kesan di dalam jiwanya.
Selanjutnya, berdasarkan perbandingan dan komposisi dari
intensitas ketiga sifat-sifat psikis diatas,Heymauns membagi watak manusia
menjadi 8 (delapan) tipe,yaitu :
1)
Gepassioneer ( Berpassi ), sifatnya
revolusioner dan hebat dalam segala hal.
2)
Kholerikus, sifatnya garang dan
agresif.
3)
Sentimentil, sifatnya mudah merayu
dan perasa.
4)
Nerveus, sifatnya gugup, mudah
tersinggung, bingung.
5)
Flegmatikus, sifatnya tenang, tidak
mudah berubah-ubah.
6)
Sanguinikus, sifatnya gembira,
lincah, optimis.
7)
Aphathis, sifatnya apatis, manusia
mesin.
8)
Amorph, sifatnya tidak berperangai,
lemah.
C. Aspek-Aspek Kepribadian.
Secara umum kepribadian manusia terdiri dari 3 (tiga) aspek
yaitu:
a. Aspek
kognitif (pengenalan), yaitu pemikiran, ingatan, hayalan, inisiatif,
kreativitas, pengamatan dan penginderaan. Fungsi aspek kognitif adalah
menunjukkan jalan, mengarahkan dan mengendalikan tingkah laku.
b. Aspek
afektif, yaitu bagian kejiwaan yang berhubungan dengan alam perasa atau emosi.
Berfungsi sebagai energi atau tenaga mental yang menyebabkan manusia bertingkah
laku.
c. Aspek
motorik yang berfungsi sebagai pelaksana tingkah laku manusia seperti perbuatan
dan gerakan jasmaniah lainnya.
William James mengemukakan bahwa
kepribadian itu merupakan kesatuan dari unsur self yang berlapis-lapis. Menurutnya,
diri atau self adalah esensi kepribadian yang dilihat dari dalam.
Keempat tingkat self itu adalah:
a. Material
self, meliputi tubuh jasmaniah.
b. Social
self, yaitu kesadaran adanya relasi antar individu di dalam kehidupan manusia.
c. Spiritual
self, yang berfungsi menyatakan setiap kecenderungan yang tidak selaras.
d. The
pure ego (the self of selves), yaitu kesadaran diri sendiri.
Sedangkan menurut Freud, kepribadian terdiri atas tiga aspek
yaitu
a. Das
Es (the id), yaitu aspek biologis. Aspek ini merupakan bagian kepribadian yang
berhubungan erat dengan prinsip kesenangan atau pemuasan dorongan biologis yang
segera tanpa memperhitungkan realitas.
b. Das
Ich (the ego), yaitu aspek psikologis. Ego merupakan bagian kepribadian yang
timbul setelah manusia berinteraksi dengan lingkungan, sehingga dasarnya adalah
kenyataan. Ego berhubungan erat dengan proses dan kebutuhan psikologis.
c. Das
Ueber Ich (the super ego), yaitu aspek sosiologi. Super ego bagi kepribadian
adalah sebagai hasil perkenalan dengan norma sosial budaya, sehingga erat
hubungannya dengan moral dan kebutuhan rohaniah.
Ketiga aspek ini merupakan aspek
struktural dari kepribadian seseorang. Apabila aspek struktural terutama id dan
super ego bertentangan, maka akan timbul konflik dan ego biasanya berusaha
mengharmoniskan id dan super ego sesuai dengan obyektivitas lingkungan.
D. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Kepribadian.
Faktor-faktor yang mempengaruhi
perkembangan dan kepribadian antara lain sebagai berikut:
1.
Faktor biologis
Yaitu
faktor yang berhubungan dengan keadaan jasmani atau sering disebut faktor
fisiologis. Sifat-sifat jasmani yang ada pada setiap orang ada yang diperoleh
dari keturunan, dan ada pula yang merupakan pembawaan anak / orang itu
masing-masing. Keadaan fisik yang berlainan itu menyebabkan sikap dan
sifat-sifat yang berbeda-beda pula.[4]
Secara
sepintas pengaruh keturunan (hereditas) tampak memiliki peran penting dalam
pembentukan struktur badan seperti tinggi, berat dan kuat. Namun, kita juga
tidak dapat mengabaikan pengaruh lingkungan dalam pembentukan karakter nalar
seperti kecerdasan, baik itu persoalan makanan, kesehatan, olahraga, memiliki
pengaruh besar pada perbedaan individual. Begitu juga dengan proses pendidikan
dan pelatihan keterampilan.
2.
Faktor sosial
Yang
dimaksud dengan faktor sosial disini ialah masyarakat, yakni manusia-manusia lain
di sekitar individu yang mempengaruhi individu yang bersangkutan.Yang termasuk
juga tradisi-tradisi, adat istiadat, peraturan-peraturan, bahasa dan sebagainya
yang berlaku dalam masyarakat itu.
3.
Faktor kebudayaan
Kita
mengetahui bahwa kebudayaan itu tumbuh dan berkembang di dalam masyarakat dan
hal ini yang akan membedakan antara
suatu daerah atau masyarakat tertentu dengan yang lainnya. Perkembangan dan
pembentukan kepribadian pada diri masing-masing orang / anak tidak dapat
dipisahkan dari kebudayaan masyarakat dimana anak itu dibesarkan diantaranya
meliputi cara-cara hidup, adat istiadat, kebiasaan-kebiasaan, bahasa,
kepercayaan dan sebagainya.[5]
[1] F. Patty MA dkk ,Pengantar Psikologi Umum, Cetakan keempat, Usaha Nasional, Surabaya, 1982,halaman 143-144.
[2] H. Abdul Aziz Ahyadi, Psikologi Agama Kepribadian Muslim Indonesia, Cetakan kedua, Sinar Baru, Bandung, 1991, halaman 67.
[3] H. Abdul Aziz Ahyadi, Psikologi Agama Kepribadian Muslim Indonesia, Cetakan kedua, Sinar Baru, Bandung, 1991, halaman 98.
[4] M. Ngalim Purwanto. MP. Psikologi Pendidikan, Cetakan keduapuluh empat, Remaja Rosdakarya, Bandung, 2010, halaman 160.
[5] M. Ngalim Purwanto. MP. Psikologi Pendidikan, Cetakan keduapuluh empat, Remaja Rosdakarya, Bandung, 2010, halaman 163.