Halaman

Kamis, 28 Januari 2021

PSIKOLOGI KEPRIBADIAN

 


A.   Pengertian Kepribadian.

Menurut asal katanya, kepribadian atau personality berasal dari bahasa latinpersonare, yang berarti mengeluarkan suara (to sound through).Istilah ini digunakan untuk menunjukkan suara dari percakapan seorang pemain sandiwara melalui topeng yang dipakainya.Dan kesimpulan para ahli, arti perkataan persona itu ialah topeng, yang dipakai di dalam drama. Kemudian perkataan ini menjadi lebih jelas dalam uraian Cicero(106-43 SM) yang secara terperinci membedakan 4 (empat) pengertian perkataan persona[1], sebagai berikut:

1.      Perwujudan lahiriah seseorang.

2.      Peranan seseorang dalam kehidupannya.

3.      Kesesuaian kemampuan seseorang dengan lapangan pekerjaannya.

4.      Kekhususan dan martabat seseorang.

 

Gordon W. Allport (1937) memberikan definisi kepribadian sebagai berikut:

Personality is the dynamic organization within the individual of those psychophysical system, that determines his unique ajustment to his environment

“Kepribadian ialah organisasi system jiwa raga yang dinamis dalam diri individu yang menentukan penyesuaian dirinya yang unik terhadap lingkungannya”[2]

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kepribadian adalah satu totalitas terorganisir dari disposisi-disposisi psikis manusia yang individual, yang memberi kemungkinan untuk membedakan ciri-cirinya yang umum dengan pribadi lainnya.

  

B.    Typologi Kepribadian.

 Typologi adalah penggolongan manusia berdasarkan tipe  kepribadian, yang masing – masing tipe diwarnai oleh sejumlah sifat, ciri atau karakter tertentu[3], yang bisa membedakan suatu golongan manusia dengan golongan lainnya, berdasarkan idea-idea umum dan  perbedaan-perbedaan sifatnya yang fundamental.

 

Dasar penggolongan itu bermacam-macam, diantaranya:

a.       Kretchmer, seorang ahli penyakit jiwa bangsa Jerman,

mengklasifikasikan manusia berdasarkan penampilan perawakan menjadi 4 (empat) golongan yaitu:

1)            Atletis    : tinggi, besar, otot kuat, kekar dan tegap.

2)            Astenis   : tinggi, kurus, tidak tegap, lengan dan kaki kecil.

3)            Piknis     : bulat, gemuk, pendek, leher pejal.

4)            Displatis : orang yang perkembanganya tidak normal atau kerdil.

Ciri perawakan tersebut oleh kretchmer dihubungkan dengan temperament dan kecenderungan penyakit kejiwaan yang mungkin dialami oleh manusia.

NO

PERAWAKAN

TEMPERAMENT

PENYAKIT KEJIWAAN YANG MUNGKIN DIALAMI

1

PIKNIS

SIKLOTHIM

MANIS-DEPRESIF

2

ASTENIS

SCHIZOTHIN

SCHIZOPRENIA

3

ATLETIS

SCHIZOTHIN

SCHIZOPRENIA

4

DISPLATIS

SCHIZOTHIN

SCHIZOPRENIA

 

Keterangan:

·         Siklothim   : mempunyai sifat mudah bergaul, suka humor, pemaaf, tidak konsekuen.

·         Schizothin : mempunyai sifatsukar bergaul, orangnya tertutup, egois, sombong.

·         Manis-Depresif  : penderita penyakit ini mempunyai keadaan jiwa yang selalu berubah-

Ubah yaitu dari sifat manis (giat,aktif) ke sifat depresi (lemah,tak berdaya).

·      Schizoprenia  : penderita penyakit ini hidup berada di antara orang lain akan tetapi, seperti kehilangan kontak dengan dunia luar.

 

b.      Hipocrates dan Galenus (400 SM dan 175 M )

Mengemukakan bahwa manusia itu dapat dibagi menjadi 4 (empat) golongan menurut keadaan zat-zat cair yang ada dalam tubuhnya yaitu:

1)            Sanguinis (yang banyak darahnya), sifatnya periang, tidak stabil.

2)            Koleris (yang banyak empedu kuningnya), sifatnya mudah marah.

3)            Flegmatis (yang banyak lendirnya), sifatnya lamban, tidak mudah tergerak.

4)            Melankolis (yang banyak empedu hitamnya), sifatnya pesimis, pemurung.

 

c.       Carl Gustav Yung, ahli penyakit jiwa dari Swiss, menggolongkan tipe kepribadian manusia berdasarkan sikap pokok individu terhadap diri sendiri dan dunia luar yaitu sebagai berikut:

1)            Introvert : orang yang sikapnya lebih tertuju pada dirinya sendiri, sifatnya kurang pandai bergaul, pendiam, suka menyendiri.

2)            Extrovert :  orang yang perhatiannya lebih tertuju ke dunia luar, sifatnya lancar dalam pergaulan, terbuka, ramah tamah, periang.

Kedua tipe ini masing-masing dibagi lagi ke dalam subtype berdasarkan fungsi pokok kejiwaan. Dengan demikian akan diperoleh 8 (delapan) tipe manusia yaitu:

1)            Introvert Pikiran

2)            Introvert Perasaan

3)            Introvert Intuisi

4)            Introvert penginderaan

5)            Extrovert Pikiran

6)            Extrovert Perasaan

7)            Extrovert Intuisi

8)            Extrovert Penginderaan

 

d.      Edward Spranger, seorang penganut Verstehende Psychology, mengelompokkan tipe kepribadian manusia berdasarkan sikap manusia terhadap nilai-nilai kebudayaan yang membentuk manusia tersebut diantaranya :

1)            Tipe manusia ekonomi, sifatnya suka bekerja, mencari keuntungan.

2)            Tipe manusia sosial, sifatnya suka mengabdi dan berkorban untuk orang lain.

3)            Tipe manusia kuasa atau politik, sifatnya suka memerintah, suka menguasai orang lain.

4)            Tipe manusia teori, sifatnya suka berfikir, berfilsafat, mengabdi kepada ilmu.

5)            Tipe manusia seni, sifatnya suka menikmati keindahan.

6)            Tipe manusia agama, sifatnya suka berbakti dan beribadah.

 

e.       Heymauns, seorang ahli psikologi bangsa Belanda, mengelompokkan manusia berdasarkan sifat psikis yang menurut pendapatnya merupakan sifat pokok dari jiwa manusia.Sifat-sifat psikis tersebut ialah :

1)            Emotional yaitu kuat lemahnya kerentanan perasaan.

2)            Aktivitas yaitu cepat tidaknya seseorang bertindak.

3)            Fungsi Sekunder yaitu lamanya orang terpengaruh / menyimpan kesan-kesan di dalam jiwanya.

Selanjutnya, berdasarkan perbandingan dan komposisi dari intensitas ketiga sifat-sifat psikis diatas,Heymauns membagi watak manusia menjadi 8 (delapan) tipe,yaitu :

1)            Gepassioneer ( Berpassi ), sifatnya revolusioner dan hebat dalam segala hal.

2)            Kholerikus, sifatnya garang dan agresif.

3)            Sentimentil, sifatnya mudah merayu dan perasa.

4)            Nerveus, sifatnya gugup, mudah tersinggung, bingung.

5)            Flegmatikus, sifatnya tenang, tidak mudah berubah-ubah.

6)            Sanguinikus, sifatnya gembira, lincah, optimis.

7)            Aphathis, sifatnya apatis, manusia mesin.

8)            Amorph, sifatnya tidak berperangai, lemah.

 

C.  Aspek-Aspek Kepribadian.

Secara umum kepribadian manusia terdiri dari 3 (tiga) aspek yaitu:

a.       Aspek kognitif (pengenalan), yaitu pemikiran, ingatan, hayalan, inisiatif, kreativitas, pengamatan dan penginderaan. Fungsi aspek kognitif adalah menunjukkan jalan, mengarahkan dan mengendalikan tingkah laku.

b.      Aspek afektif, yaitu bagian kejiwaan yang berhubungan dengan alam perasa atau emosi. Berfungsi sebagai energi atau tenaga mental yang menyebabkan manusia bertingkah laku.

c.       Aspek motorik yang berfungsi sebagai pelaksana tingkah laku manusia seperti perbuatan dan gerakan jasmaniah lainnya.

William James mengemukakan bahwa kepribadian itu merupakan kesatuan dari unsur self yang berlapis-lapis. Menurutnya, diri atau self adalah esensi kepribadian yang dilihat dari dalam.

Keempat tingkat self itu adalah:

a.       Material self, meliputi tubuh jasmaniah.

b.      Social self, yaitu kesadaran adanya relasi antar individu di dalam kehidupan manusia.

c.       Spiritual self, yang berfungsi menyatakan setiap kecenderungan yang tidak selaras.

d.      The pure ego (the self of selves), yaitu kesadaran diri sendiri.

 

Sedangkan menurut Freud, kepribadian terdiri atas tiga aspek yaitu

a.       Das Es (the id), yaitu aspek biologis. Aspek ini merupakan bagian kepribadian yang berhubungan erat dengan prinsip kesenangan atau pemuasan dorongan biologis yang segera tanpa memperhitungkan realitas.

b.      Das Ich (the ego), yaitu aspek psikologis. Ego merupakan bagian kepribadian yang timbul setelah manusia berinteraksi dengan lingkungan, sehingga dasarnya adalah kenyataan. Ego berhubungan erat dengan proses dan kebutuhan psikologis.

c.       Das Ueber Ich (the super ego), yaitu aspek sosiologi. Super ego bagi kepribadian adalah sebagai hasil perkenalan dengan norma sosial budaya, sehingga erat hubungannya dengan moral dan kebutuhan rohaniah.

 

Ketiga aspek ini merupakan aspek struktural dari kepribadian seseorang. Apabila aspek struktural terutama id dan super ego bertentangan, maka akan timbul konflik dan ego biasanya berusaha mengharmoniskan id dan super ego sesuai dengan obyektivitas lingkungan.

 

D.      Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kepribadian.

Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan dan kepribadian antara lain sebagai berikut:

1.      Faktor biologis

Yaitu faktor yang berhubungan dengan keadaan jasmani atau sering disebut faktor fisiologis. Sifat-sifat jasmani yang ada pada setiap orang ada yang diperoleh dari keturunan, dan ada pula yang merupakan pembawaan anak / orang itu masing-masing. Keadaan fisik yang berlainan itu menyebabkan sikap dan sifat-sifat yang berbeda-beda pula.[4]

Secara sepintas pengaruh keturunan (hereditas) tampak memiliki peran penting dalam pembentukan struktur badan seperti tinggi, berat dan kuat. Namun, kita juga tidak dapat mengabaikan pengaruh lingkungan dalam pembentukan karakter nalar seperti kecerdasan, baik itu persoalan makanan, kesehatan, olahraga, memiliki pengaruh besar pada perbedaan individual. Begitu juga dengan proses pendidikan dan pelatihan keterampilan.

2.   Faktor sosial

Yang dimaksud dengan faktor sosial disini ialah masyarakat, yakni manusia-manusia lain di sekitar individu yang mempengaruhi individu yang bersangkutan.Yang termasuk juga tradisi-tradisi, adat istiadat, peraturan-peraturan, bahasa dan sebagainya yang berlaku dalam masyarakat itu.

3.   Faktor kebudayaan

Kita mengetahui bahwa kebudayaan itu tumbuh dan berkembang di dalam masyarakat dan hal ini yang akan membedakan  antara suatu daerah atau masyarakat tertentu dengan yang lainnya. Perkembangan dan pembentukan kepribadian pada diri masing-masing orang / anak tidak dapat dipisahkan dari kebudayaan masyarakat dimana anak itu dibesarkan diantaranya meliputi cara-cara hidup, adat istiadat, kebiasaan-kebiasaan, bahasa, kepercayaan dan sebagainya.[5]



[1] F. Patty MA dkk ,Pengantar Psikologi Umum, Cetakan keempat, Usaha Nasional, Surabaya, 1982,halaman           143-144.

[2] H. Abdul Aziz Ahyadi, Psikologi Agama Kepribadian Muslim Indonesia, Cetakan kedua, Sinar Baru, Bandung, 1991, halaman 67.

[3]  H. Abdul Aziz Ahyadi, Psikologi Agama Kepribadian Muslim Indonesia, Cetakan kedua, Sinar Baru, Bandung,  1991, halaman 98.

[4] M. Ngalim Purwanto. MP. Psikologi Pendidikan, Cetakan keduapuluh empat, Remaja Rosdakarya, Bandung, 2010, halaman 160.

[5] M. Ngalim Purwanto. MP. Psikologi Pendidikan, Cetakan keduapuluh empat, Remaja Rosdakarya, Bandung, 2010, halaman 163.