Halaman

Rabu, 06 Januari 2021

Semangat Kebangkitan Nasional Tahun 1908

Materi Pelajaran PKN Kelas 8 Semester Genap (Pertemuan 1)

Penjajah Belanda mampu memerintah negara Indonesia untuk waktu yang lama karena negara Indonesia dengan mudah terpecah dan perjuangan yang diperjuangkan secara inheren bersifat regional.

Namun kesadaran masyarakat nusantara yang bangkit dari penjajahan mulai bangkit.

Masa yang dikenal sebagai kebangkitan rakyat mulai muncul dengan lahirnya generasi muda yang terpelajar dan khawatir akan kemerdekaan Indonesia.

Pada tahun 1908, muncullah Boedi Oetomo, organisasi nasional pertama yang mengobarkan semangat kebangkitan bangsa Indonesia untuk meraih kemerdekaan bangsa Indonesia

Tapi tahukah kalian dengan situasi negara Indonesia sebelum tahun 1908?

Situasi di Indonesia sebelum 1908

Rusaknya ekonomi Eropa akibat peperangan dan berkembangnya teknologi pelayaran pada abad ke-15 menyebabkan negara-negara di Eropa melakukan ekspedisi untuk mencari sumber-sumber ekonomi baru ke seluruh dunia.



Pencarian sumber ekonomi baru ini karena rusaknya ekonomi Eropa akibat perang dan perkembangan teknologi perkapalan.

Melalui ekspedisi ini, orang Eropa menemukan sumber ekonomi dan lahan baru untuk berdagang.

Belakangan diketahui bahwa orang Eropa tidak hanya berdagang, mereka mendominasi dan menjajah apa yang dianggap sebagai negara yang baru ditemukan.

Penderitaan rakyat Nusantara



Awal mula penjajahan Belanda di Indonesia terkait dengan Vereenigde Oost-Indische Compagnie (VOC) yang didirikan pada tanggal 20 Maret 1602.

Berbagai bentuk kekerasan menimpa masyarakat nusantara yang menimbulkan penderitaan di berbagai aspek kehidupan mereka.

Beberapa peraturan kolonial Belanda yang melanda masyarakat nusantara yaitu:

Politik Adu Domba

VOC menempuh kebijakan devide et impera yaitu saling mengadu domba antara kerajaan yang satu dan kerajaan yang lain atau mengadu domba di dalam kerajaan itu sendiri. Politik adu domba makin melemahkan kerajaan-kerajaan di Indonesia dan merusak seluruh sendi kehidupan masyarakat.

Politik adu domba ini melemahkan kerajaan Indonesia dan merusak semua aspek kehidupan masyarakat nusantara.

Kerja Paksa  (Rodi)

Bangsa Indonesia makin menderita ketika Daendels (1808–1811) berkuasa. Upaya kerja paksa (rodi) guna membangun jalan sepanjang pulau Jawa (Anyer-Panarukan) untuk kepentingan militer.

Tanam paksa (Culturstelsel)

Penderitaan berlanjut saat Belanda melakukan Cultuurstelsel. Aturan budidaya diberlakukan pada tahun 1828 oleh Gubernur Van den Bosch dari Hindia-Belanda.

Sistem Tanam Paksa merupakan aturan yang mewajibkan rakyat menanami sebagian dari sawah dan ladangnya dengan tanaman yang ditentukan oleh pemerintah Hindia-Belanda dan hasilnya diserahkan kepada pemerintah Hindia-Belanda.

Perlawanan Ulama' Dan Bangsawan 

Penderitaan rakyat nusantara telah melahirkan benih-benih perlawanan di berbagai daerah. Perang melawan penjajah dipimpin oleh para sarjana dan bangsawan.

Antara lain: ulama nusantara atau bangsawan yang memimpin perang melawan penjajah:

  • Sultan Hasanuddin di Sulawesi Selatan
  • Sultan Ageng  Tirtayasa Banteng
  • Tuanku Imam Bonjol di Sumatera Barat
  • Pangeran Diponegoro di Jawa Tengah

Namun perjuangan tersebut tidak berhasil karena bersifat kedaerahan dan tidak diorganisir secara modern.

Penderitaan yang dialami bangsa Indonesia menyadarkan beberapa orang Belanda yang tinggal atau pernah tinggal di Indonesia. Di antaranya;

  • Baron van Huber
  • Edward Douwes Decker
  • Tuan Van Deventer

Edward Douwes Dekker, panggilan akrab Multatuli, menulis buku Max Havelaar pada tahun 1860. Menggambarkan penderitaan masyarakat Lebak di Banten akibat penjajahan Hindia Belanda.

Tuan Van Deventer telah menyalurkan pemikirannya supaya pemerintahan Belanda mewujudkan politik balas budi “Etische Politik”  yang saling menguntungkan. Politik tersebut terdiri dari tiga program. yaitu:

  • Pendidikan (Education)
  • Emigrasi
  • Irigasi

Atas desakan berbagai pihak, akhirnya pemerintah Belanda menerapkan Politik Balas Budi. Politik Balas Budi bukan untuk kepentingan rakyat Indonesia melainkan untuk kepentingan pemerintah Belanda. Contoh: irigasi dibangun untuk kepentingan pengairan perkebunan milik Belanda, pembangunan sekolah (edukasi) bertujuan untuk menyediakan tenaga terampil dan murah

Di sisi lain, pembangunan sekolah memberikan dampak positif bagi bangsa Indonesia, yaitu munculnya masyarakat terdidik atau mulai memiliki pemahaman dan kesadaran akan kondisi bangsa Indonesia yang sebenarnya. Bangsa Indonesia saat itu kondisinya bodoh, terbelakang, dan kemisikinan merajalela. Mereka yang mengenyam pendidikan dan sadar akan nasib bangsanya selanjutnya menjadi tokoh-tokoh Kebangkitan Nasional.